Sabtu, 10 Desember 2022

Pasar Bharata


Pasar Bharata
Oleh Abdul Haris Booegies


     Beberapa bulan sesudah menulis buku harian, saya membuat peta seputar Pesantren IMMIM di awal 1983.  Denah ala kadarnya tersebut sempat saya perhatikan sebelum meracik cerpen Tiba dari Masa Depan di awal Desember 2022.
     Sepertinya ada yang salah penyebutan.  Selama tiga tahun ini, saya selalu melisankan pasar di seberang Pesantren IMMIM dengan nama Pasar Bharata.  Pada hakikatnya, ada dua area.  Bharata dan pasar.  Lokasi Bharata tepat di sisi Jalan Perintis Kemerdekaan.  Sedangkan pasar berada di belakang Bharata.
     Saya tidak tahu persis apa itu dulu Bharata.  Di situ teronggok kendaraan-kendaraan berat warna kuning.  Bila ke pasar, tampak Bharata semacam bengkel bulldozer, excavator atau track loader.
     Atlas non-Google Maps yang saya racik tak mencantumkan nama pasar.  Ini berarti pasar tradisional tersebut tanpa nama.  Santri yang ke pasar juga tidak pernah mengatakan "ayo ke Bharata".  Mereka senantiasa mengatakan "ayo ke pasar minum soda campur susu".  Kalau pasar itu bernama Bharata, tentu santri berseru; "Ayo ke Bharata minum limun".  Ini serupa "ayo ke Sentral", "ayo ke Terong", atau "ayo ke Pabbaengbaeng".
     Entah bagaimana sekarang nasib pasar yang terletak di belakang Bharata.  Dulu pasar tersebut merupakan tempat favorit santri.  Di sana kami kongko.  Ada dua warung menghadap ke Barat yang saban malam dipadati santri.  Di situ tersedia kopi, kopi susu, fanta, sprite, soda serta limun.  Limun termasuk minuman legenda di pasar ini.  Berwarna jingga, tersedia dalam botol kaca bening kecil.  Dijamin setelah diteguk, tenggorokan langsung gatal-gatal, sedikit perih.  Santri IMMIM kebal dengan gatal di tenggorokan.  Sudah divaksin antigatal dari air sumur kibar (senior).  Di pasar tradisional kegemaran santri ini, tersedia pula kue yang mulai basi, ubi goreng dan nasi goreng.
     Ada satu lagi warung di pasar.  Menghadap ke Timur, milik Tante Om.  Saya tak berani ke warung ini sendiri, selalu minta ditemani untuk beli es batu.  Saya takut dengan Tante Om.  Mungkin bukan cuma saya yang ngeri, tetapi, kawan lain yang jantan perkasa juga bergidik.  Ini Tante, Om!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Amazing People