Hadis Saintifik
Oleh Abdul Haris Booegies
Hadis merupakan ucapan, perbuatan dan ketetapan Maharasul Muhammad. Hadis bermaksud melaporkan pernyataan dan perilaku Sang Nabi kepada manusia. Ada ribuan Hadis ternukil dalam khazanah Islam. Hadis-hadis ini mewarnai kehidupan kaum Muslim.
Fungsi Hadis yakni bayan al-mujmal, menerangkan ayat al-Qur'an yang umum. Hadis menjelaskan perkara umum ke khusus agar mudah diterapkan. Selain itu, menjadi ta’kid al-hukm. Hadis mengokohkan hukum yang terpatri dalam al-Qur'an.
Dari beragam literatur, tercantum sejumlah sahabat yang meriwayatkan Hadis. Mereka adalah Abu Hurairah (5.374 Hadis), Abdullah bin Umar (2.630 Hadis), Anas bin Malik (2.286 Hadis), Aisyah binti Abu Bakar (2.210 Hadis), Abdullah bin Abbas (1.660 Hadis), Jabir bin Abdullah (1.540 Hadis) serta Abu Said al-Khudri (1.170 Hadis).
Di sisi lain, banyak beredar Hadis palsu. Sebagai umpama Hadis imitasi yaitu "kebersihan sebagian dari iman". "Berpuasalah supaya kamu sehat". "Tuntutlah ilmu sampai ke China". "Perpecahan di antara umatku merupakan rahmat". "Makan saat lapar, berhenti sebelum kenyang". "Bekerjalah untuk duniamu seolah kamu hidup selamanya. Bekerjalah untuk Akhiratmu seolah kamu mati besok".
Gembok Usia
Dari bilangan ribu Hadis, ada yang betul-betul mengejutkan kembara akal. Sebab, memuat isyarat ilmiah. Contoh Hadis yang menggugah nalar. "Penduduk Surga berumur 30 atau 33 tahun". Hadis ini diriwayatkan oleh Muaz bin Jabal.
Mengapa Hadis ini menyebut angka 30? Kenapa bukan 17 tahun? Usia 17 alias sweet seventeen begitu bermakna bagi anak muda.
Menjelang Ashar pada Rabu, 17 Agustus 2022, saya menyimak sebuah artikel. Di situ diinformasikan bahwa umur 30 tahun merupakan puncak perkembangan fisik.
Saya pun terkenang Hadis Muaz bin Jabal perihal usia 30 tahun di Surga. Rupanya angka ini dipilih karena manusia telah dewasa dari segi umur maupun pemikiran. Arkian, melakukan banyak evaluasi dan perubahan dalam hidup agar lebih bervariasi serta penuh inspirasi.
Sebagian berteori bahwa usia 30 tahun merupakan dekade terbaik dalam kehidupan. Di umur tersebut, manusia dianggap berada pada periode paling bahagia. Ada pesan profetik bahwa Nabi Yusuf bermetamorfosis dari narapidana menjadi menteri di usia 30 tahun.
Secara biologis, tubuh berhenti berkembang pada fase 30 tahun. Raga banyak berubah sesudah melewati rentang umur ini.
Di usia 30 tahun, tinggi badan tidak bisa lagi bertambah. Maklum, lempeng tulang pertumbuhan telah tertutup. Sel beta pankreas juga berhenti berkembang. Sementara saraf otak ikut terganti tiap 20 atau 30 tahun.
Hadis penghuni Surga berumur 30 tahun menunjukkan bahwa angka ini dipilih karena merupakan puncak gairah manusia. Rata-rata di usia 30, terlihat jika karier makin moncer.
Warga abadi Surga diteguhkan berumur 30 tahun karena terus berada dalam gairah hidup. Pemukim Surga dikunci usianya supaya tak tua dengan cara menyumbat hormon pertumbuhan atau human growth hormone (HGH). HGH bersumber dari kelenjar hipofisis anterior di otak. Hormon ini yang mendorong percepatan perkembangan manusia.
Mayat Duduk
Nyaris semua umat Islam yang wafat, dihidupkan kembali sesudah 24.jam. Ini sesuai jadwal shalat. Jenazah Muslim tidak boleh melewati satu rangkaian shalat wajib sehari-semalam.
Setelah pelayat terakhir meninggalkan kuburan dengan 70 langkah, maka, roh dikembalikan ke jasad.
Al-Munkar bersama an-Nakir pun muncul laksana kilat di siang bolong. Malaikat ini hitam kelam seolah menyerap segala cahaya dalam spektrum warna. Prototipe malaikat ini dilengkapi mata biru untuk menyorot apa saja di tempat gelap. Giginya serupa mata tombak. Rambut berjuntai sampai ke lantai. Betul-betul algojo tulen untuk makhluk pelakon maksiat.
Hadis al-Barra bin Azib mewartakan bahwa kedua malaikat kemudian mendudukkan mayat untuk diinterogasi.
Bertahun-tahun saya bingung dengan Hadis ini. Apakah Hadis ini tak salah redaksi. Rasanya terlalu berlebihan bila malaikat mendudukkan mayat. Lebay sekali. Mengapa Munkar atau Nakir tidak menyuruh secara tegas dan terukur agar mayat itu duduk! Perintah ini supaya mayat tegak lurus dengan hukum Akhirat. Apalagi, kedua malaikat memegang godam seberat Bumi yang andal dipakai mencincang ludes kasta pedosa di barzakh.
Pada 2008, saya ke Rumah Sakit Labuang Baji. Di ruang operasi, saya melirik seorang gadis. Ia terkulai tanpa daya di atas ranjang beroda yang sedang didorong. Wanita muda tersebut baru saja dioperasi di kamar bedah.
Pascaoperasi, pasien merasa lemah. Ia lemas akibat pengaruh obat bius. Selama operasi berlangsung, pasien mengalami anestesi (mati rasa). Efek negatif obat bius antara lain mual, pusing serta kedinginan. Bahkan, menggigil.
Pascaoperasi, pasien mengalami pula nyeri. Ini lantaran penyayatan pada kulit. Saraf penghantar sinyal lantas mengirim kode ke otak. Ini diterjemahkan otak sebagai rasa nyeri. Dokter acap menganjurkan penawar nyeri berupa benzodiazepin, naproxen, parasetamol atau ibuprofen.
Kondisi pasien pascaoperasi akhirnya menyibak tabir misteri Hadis al-Barra bin Azib. Kalau pasien rumah sakit saja lemas dan nyeri, tentu orang yang sudah dicabut nyawanya lebih parah lagi kondisinya. Di negeri kubur, niscaya mayat mengalami kelelahan, menggigil sekaligus bingung. Tak punya energi untuk bergerak, apalagi mau duduk. Mobilitasnya ambruk. Musababnya, 24 jam sebelumnya, simpul di ubun-ubun dibuka malaikat pencabut nyawa. Ini semacam aksi dokter yang menyayat kulit di ruang operasi.
Tatkala ikatan tersingkap, roh dihela agar terlepas dari jasmani. Inilah yang menyebabkan kaki orang yang mengalami sakratulmaut terasa dingin. Pasalnya, nyawa ditarik dari ubun-ubun. Roh pun bergeser meninggalkan raga yang dimulai dari kaki.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar