Inovasi Tradisi
Oleh Abdul Haris Booegies
Termaktub beberapa guru berlabel legenda di Pesantren IMMIM. Satu di antaranya yakni Prof Dr H Azhar Arsyad MA. Visinya sangat kuat dengan basis spiritual kokoh. Gagasan-gagasannya membumi. Ia jenius dalam perkara pendidikan.
Saat mengasuh majalah LEKTURA Universitas Hasanuddin pada 1990, saya mewawancarai ustaz Azhar perihal pendidikan di Indonesia, khususnya Makassar. Ketika itu, ia menjabat direktur Pesantren IMMIM.
Dalam bincang-bincang tersebut, terkuak kalau ustaz Azhar bertekad merombak budaya Kampus Tamalanrea. Ia berniat merenovasi tradisi agar pesantren terus melaju. Wajib menggaungkan inovasi di tengah pertumbuhan pondok-pondok keislaman. Contoh perubahan yang dilakukan yaitu jadwal makan malam dimajukan sebelum Maghrib. Busana ke masjid diimbau baju koko putih.
Suasana kantor direktur diremajakan. Ustaz Azhar mengangkut sofa dari rumahnya ke ruang direktur. Penampilan pesantren tampak berwarna oleh sentuhan ustaz Azhar. Sebab, ia andal merancang perubahan berkat kerangka berpikirnya tajam.
Ustaz Azhar merupakan sosok lembut dengan karakter prima. Ia senantiasa menuntaskan masalah tanpa riak. Ustaz Azhar mahir membangun hubungan antarpersonal. Ia jauh dari kontroversi serta santapan lezat ahlul bual bani nyinyir. Bekerja di bawah arahannya selalu menyenangkan. Pasalnya, ia pribadi yang teramat teliti dan jeli.
Terkenang tatkala ustaz Azhar memanggil saya ke rumahnya pada 1990. Ada persoalan yang sedang dihadapi. Oknum qismul aman (seksi keamanan) memukul dada seorang santri yang membuatnya sesak nafas. Di luar dugaan, santri ini bukan sembarang bocah. Ayahnya polisi, ibunya jaksa serta pamannya wartawan. Kombinasi ideal yang betul-betul menggetarkan nyali.
Di kediaman ustaz Azhar di Jalan Hertasning, saya merangkai catatan. Ini bantahan untuk berita yang mendiskreditkan pesantren. Beberapa pilihan kata yang saya lampirkan rupanya kurang diminati ustaz Azhar. Soalnya, tak taat kaidah bahasa. Bahkan, terkesan agresif.
Saya menerangkan bahwa bahasa pers kadang keluar dari aturan bahasa. Ciri utama bahasa pers ialah langsung mengerti dalam sekali baca. Pilihan kata pun tidak mesti baku, yang penting lazim di masyarakat.
Dulu ustaz Azhar mengajar saya bahasa Inggris. Kini, saya yang berkhotbah tentang bahasa pers.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar