Kiamat Sugra Pesantren IMMIM
(Bagian kesepuluh dari 21 tulisan)
Oleh Abdul Haris Booegies
Mimpi-mimpi buruk sejak akhir Agustus sampai menjelang ujung 2020, terus berkecamuk dalam kasus penjualan lahan Tamalanrea. Ini perjuangan panjang yang bakal menguras pikiran serta tenaga. "IAPIM Perjuangan" tetap fokus untuk melakukan perlawanan demi kegemilangan Kampus Moncongloe.
"IAPIM Perjuangan" merupakan forum komunikasi alumni yang 100 persen berbakti kepada ayahanda tercinta Haji Fadeli Luran. "IAPIM Perjuangan" akan "mendengar dan taat" apa saja titah Yasdic sebagai warisan impresif Fadeli Luran. "IAPIM Perjuangan" bukan alumni tukang ikut campur. Bukan alumni minus etika yang seenaknya mengintervensi Yasdic.
Hari ini, wajib ada revolusi lokasi agar Pesantren IMMIM tidak terbenam dalam kompetisi. Paradigma baru di Moncongloe mutlak disambut penuh optimisme mengingat Tamalanrea telah keropos sekaligus mengalami krisis lingkungan. Tamalanrea sudah uzur sebagai cakrawala cemerlang guna melahirkan ulama intelek nan brilian. Tamalanrea menjelma cita-cita cacat, bukan lagi struktur sentral Pesantren IMMIM di abad 21. Kampus Moncongloe bakal muncul secara eksklusif serta elegan di tengah kompetisi sekolah agama semacam pesantren.
Agenda "IAPIM Perjuangan" yang paling mendasar yaitu mendesakkan perubahan lahan secara agresif supaya Pesantren IMMIM enteng bersaing di dekade berikut. Revolusi lokasi merupakan antisipasi radikal terhadap persaingan sekolah agama.
"IAPIM Perjuangan" tak mengakomodasi nostalgia-nostalgia sontoloyo dari alumni durhaka tukang ikut campur. Dunia berubah cepat, jangan berjalan gontai demi artefak-artefak masa silam Tamalanrea. Dasar cengeng.
Tergelitik rasa usil melihat perangai alumni tukang ikut campur. Apakah kalau kas Yasdic kosong, kau mau membantu secara sukarela? Seperti saja punya uang! Kenang yang dulu saat memiliki jabatan, tetapi, tidak pernah mengulurkan bantuan finansial untuk pesantren. Apalagi sekarang di zaman peceklik ekonomi. Makan saja kau susah!
Ihwal yang membuat saya heran, mengapa alumni begitu gatal mencampuri urusan Yasdic. Siapa yang merekomendasikan hawa nafsunya untuk mengusik Yasdic. Apakah mereka memang gerombolan kesurupan atau dilanda kemelut keuangan. Kawanan ini mungkin mencari lahan penghidupan baru. Hingga, aksi norak ini semacam langkah kecil untuk secara perlahan merebut Yasdic. Siapa tahu. Hanya setan di kepalanya yang paham. Bagi saya, biarkan Yasdic berkreasi. Bukan urusanmu jika Yasdic berkehendak menjual Tamalanrea. Sederhana sekali ini masalah. Silakan alumni menuntaskan persoalannya. Yasdic pun menata programnya. Selesai perkara. Kasus ditutup.
Golongan yang andal bernalar pasti ternganga oleh ulah gatal alumni tukang ikut campur. Bagi saya, ini percik huru-hara di akhir zaman. Ini kiamat kecil yang menimpa Pesantren IMMIM.
Teramat disayangkan ketika Pesantren IMMIM dikelilingi saingan, terjadi kemelut intern. Bila kasus ini berisik tanpa jeda di media sosial maupun blog, maka, persepsi masyarakat terbentuk. Ada perselisihan akut di Pesantren IMMIM yang dihembuskan pertama kali oleh alumni tukang ikut campur. Almamater tercinta pasti diasingkan dan terasing dari masyarakat. Biangnya tentu saja alumni kepala batu yang menghalangi penjualan Tamalanrea.
Lahan Tamalanrea boleh jadi ingin dijual untuk menghadapi kompetisi di bidang pendidikan. Sebab, saingan makin banyak. Pesantren IMMIM akan repot kalau tak punya sumber dana baru dalam mengembangkan Kampus Moncongloe. Tanpa anggaran segar, segalanya bisa musnah. Dewasa ini, dunia bergemuruh dalam gelora kehidupan karena ada rangkaian kompetisi.
Tidak terbayang dalam imajinasi paling liar bahwa ada alumni bermerek generasi abnormal dengan mental illness yang di ujung usianya menantang Yasdic. Sudah bau tanah, masih juga berlagak. Padahal, seyogianya mereka bergandeng tangan dengan Yasdic demi mengembangkan Pesantren IMMIM yang berada di tikungan tajam persaingan.
Wajib dipahami agar jangan bergerak ke arah masa depan tunggal. Saya yakin Yasdic berikhtiar mencari masa depan alternatif dengan fokus membangun Kampus Moncongloe. Besar harapan saya supaya begundal penghalang Yasdic secepatnya mati bergelimpangan dirajam corona.
Alumni tukang ikut campur barangkali menganggap monografi ini menyakitkan. Begitu pula ulahmu yang menghalangi Yasdic menjual Tamalanrea. Menyakitkan bagi "IAPIM Perjuangan". Bahkan, secara vulgar mengancam mau mengambil alih pesantren. Tidak segampang itu kau rebut! Saya wakafkan semua darahku demi mempertahankan Pesantren IMMIM!
"AYO KITA PERANG!"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar