Selasa, 21 Januari 2014

Perjuangan Nabi Muhammad





Inspirasi Perjuangan
Sang Maharasul
Oleh Abdul Haris Booegies

     Deretan manusia kudus zaman bahari selalu asyik ditelaah.  Riwayatnya menggugah nurani.  Legendanya menarik hati.  Bumbu-bumbu pengagungan dari pengagumnya menambah gairah untuk menelisiknya secara saksama.
     Orang suci paling agung tentu Nabi Muhammad.  Sosoknya senantiasa dirindukan.  Rasa cinta terhadapnya melebihi wanita yang melahirkan kita.  Padahal, “ia manusia biasa”, begitu klaim al-Qur’an.  Rasulullah bukan anak tuhan, apalagi dewa yang pantas disembah.  Ia makan, minum dan kawin.
     Penghormatan terhadap Nabi Muhammad sangat tinggi.  Jejak hidupnya pun teramat kentara, sejelas mengamati garis-garis pada telapak tangan.  Ia disusukan oleh Halimah as-Sa’diyah bin Abu Zuaib Abdullah bin al-Haris.  Ia istri Haris bin Abdul Uzza yang berjuluk Abu Kabsyah, keturunan Sa’ad bin Bakar dari suku Hawazin.  Klan Halimah tergolong seminomaden.
     Sejatinya, kala mencapai usia dua tahun, hak pemeliharaan sudah berada di tangan ibu kandung.  Kalau sang ibu bersedia, ia bisa memperpanjang sampai umur delapan tahun.
     Halimah menolak berpisah dengan Rasulullah.  Ia merengek, setengah memaksa.  “Biarkan putramu kembali bersama saya agar fisiknya lebih kuat”.  Halimah bermanis mulut bahwa gurun menjanjikan udara segar bagi pernafasan.  Kemudian memberi kebebasan terhadap jiwa puak Quraisy yang suka berkelana.  Tidak kalah penting, padang pasir mengajarkan bahasa Arab yang belum terkontaminasi dengan bahasa Aramaik.
     Kelak, Nabi Muhammad yang tinggal di daerah pedalaman (badiyah) memang mahir mengucapkan kata-kata.  Ia fasih sekali mengucap huruf dhad.
     Aminah akhirnya merelakan Rasulullah balik lagi ke padang pasir yang jaraknya 50 mil dari Mekah.  Di sana, ia dibimbing tata cara menggembala domba serta unta.
     Pagi hari, Nabi Muhammad mengikuti asy-Syaima, putri Halimah yang biasa dipanggil Huzafah atau Juzamah binti al-Haris.  Syaima yang menanjak gadis mengarahkan Rasulullah menggembala.
     Dengan kaki yang belum sempurna menapak hamparan pasir, Nabi Muhammad terkadang tertatih-tatih.  “Ayo jalan, Quraisy!”, seru Syaima memberi semangat.  Quraisy menjadi panggilan Rasulullah dalam keluarga Halimah.
     Bila Nabi Muhammad yang memasuki usia tiga tahun merasa letih, maka, Syaima menggendongnya.  Lelah dan udara kering membuat Rasulullah acap menggeliat dalam gendongan Syaima.
     Sekali waktu, saat digendong untuk bergabung dengan para penggembala domba di bukit Sarar.  Nabi Muhammad menggigit lengan Syaima.  Gadis belia tersebut melolong persis serigala yang kakinya terkena anak panah.  Dampak gigitan si Quraisy ternyata lebih parah dari sengatan listrik atau kalajengking.
     57 tahun berlalu.  Tatkala pasukan Islam mempecundangi musuh pada perang Hunain.  Seorang nenek meronta ketika hendak ditawan.  “Saya keluarga Rasulullah!”  Ia akhirnya digiring ke tenda kulit merah Nabi Muhammad.  Perempuan tua itu diinterogasi.  “Apa bukti kau putri Halimah”, tanya Rasulullah.
     Si nenek menggulung baju.  Mempertontonkan bekas luka di lengannya yang masih tercetak pada kulit keriputnya.  “Ini bekas gigitanmu”, tandas Syaima.
     Episode paling mematikan dalam hidup Nabi Muhammad yakni Perang Uhud.  Ia nyaris terbunuh.  Sesungguhnya adegan maut tersebut mustahil terjadi.  Kemenangan tinggal hitungan detik.  Semua berubah saat detasemen khusus pemanah tergiur ghanimah (pampasan perang).  Pesona duniawi mengalahkan tekad memenangkan pertempuran demi keesaan Allah.
     Titah Rasulullah dilanggar.  Dari 50 pemanah jitu di bukit ar-Rumat, cuma 10 yang tak tergoda ghanimah.  Perintah Abdullah bin Jubair sebagai komandan divisi pemanah tidak digubris.  Khalid bin Walid selaku kapten sayap kanan barisan berkuda melacak celah garis belakang pertahanan yang ditinggalkan satuan pemanah.  Ia membawa kavalerinya mengelilingi bukit.  Tentara Khalid diikuti pasukan Ikrimah bin Abu Jahal dari sayap kiri.  Mereka memacu 200 kuda melewati 10 pemanah yang kewalahan membidik.
     Ketika menengok ke belakang, 40 pemanah terkejut.  Khalid tinggal beberapa langkah.  Sedekat itu pula nyawa serdadu Islam menanti dicabut.
     Kalah tragis.  Prajurit Hubal yang berjumlah 3.000 akhirnya merampas kemenangan 700 laskar Medinah.  Mengapa malaikat tak membantu sebagaimana di perang Badar?  Al-Qur’an menuduh pasukan Muslim lalai, tidak disiplin.  Bukan karena tentara malaikat ogah bergabung.
     Perang Uhud tak hanya menewaskan Hamzah.  Bahkan, menempatkan Nabi Muhammad pada posisi paling krusial.  Di pucuk gunung Uhud, Rasulullah dilindungi sembilan serdadu.  Tujuh Anshar serta dua Muhajirin; Thalhah bin Ubaidillah bersama Sa’ad bin Abu Waqqas.
     Satu per satu prajurit Anshar terbunuh.  Nabi Muhammad tinggal bertiga bahu-membahu melawan.  Di momen kritis tersebut, Utbah bin Abu Waqqas melempar batu ke arah Rasulullah.  Sebuah batu mengenai lambung.  Batu lain merobek bibir bawah.  Gigi seri dekat gigi taring Nabi Muhammad pecah.  Serangan juga datang dari Abdullah bin Syihab az-Zuhri yang menghantam kening Rasulullah.
     Abdullah bin Qum’ah, algojo dari Quraisy pinggiran, muncul.  Ia menebas Nabi Muhammad, namun, terhalang oleh Thalhah yang merelakan diri sebagai perisai hidup.  Jari-jari tangannya putus.  Tebasan kedua menyerempet mahkota topi baja Rasulullah.  Dua rantai topi terlepas.  Akibatnya, merobek pelipis Nabi Muhammad.  Hantaman itu malahan membentur kedua bahunya.  Sakitnya terasa sebulan.
     Nabi Muhammad terdesak ke belakang.  Kakinya terkilir.  Ia terperosok ke lubang.  Pingsan.  Abu Bakar bersama Abu Ubaidillah bin Jarrah akhirnya tiba.  Rasulullah mendadak siuman.  Syamas dari klan Makhzum turut berjuang melindungi Nabi Muhammad.
     Rekam jejak Rasulullah memaparkan jika ia tumbuh dari seorang gembala menjadi panglima perang.  Bunga kehidupan merias hidupnya.  Sementara beragam rintangan membentang membentuk jalan hidupnya sangat manusiawi.  “Ia manusia biasa”, tandas al-Qur’an.
     Nabi Muhammad bukan anak tuhan atau dewa.  Ia makan, minum dan menikah.  Bahkan, menggigit kakaknya yang justru berniat melindunginya dari keletihan.  Rasulullah seperti tentara yang lain.  Kepalanya bocor oleh senjata lawan.  Ia tidak kebal.  Suara gemerincing pedang di tubuhnya terdengar karena ia memakai dua baju besi di Perang Uhud.  Andai saja satu, niscaya Islam tak pernah hinggap ke pedalaman-pedalaman Sulawesi Selatan.  Islam kemungkinan cuma menjadi catatan kecil di buku bertema monoteisme.
     Figur Nabi Muhammad identik dengan perjuangan.  Segala yang digapai butuh perjuangan.  Tiga tahun belajar menggembala di gurun bersama Syaima.  Di umur 40 tahun, ia direkomendasikan menggembala masyarakat Quraisy yang angkuh serta keras kepala.  Perlahan, ia menggembala seluruh umat dari segenap belahan bumi.


1 komentar:

  1. makanya NABI ISA ( YESUS ) kedudukanya paling tinggi paling mulia di atas NABI 2 lainya di sisi TUHAN YME, udah jelas dan gamblang di ayat 2 islam di terangkan, jangan menutup-nutupi kebenaran bahwa nabi isa adalah perantara masuk surga, baca dengan teliti . . . . ! ! !

    BalasHapus

Amazing People