Kamis, 16 Januari 2014

Mitos Nabi Muhammad





Mitos Seputar Nabi Muhammad
Oleh Abdul Haris Booegies

     Insan agung selalu diliputi mitos.  Terbukti, rata-rata manusia dengan level the great menyimpan misteri.  Mitos berseliweran di seputarnya.
     Nabi Muhammad tak luput dari mitos.  Ada bagian sejarah hidupnya yang diliputi tabir.  Ia, misalnya, disebut ummi alias buta huruf.  Sebagian kalangan terpelajar Barat mempertanyakan aspek ini.  Mereka tidak yakin Rasulullah tunaaksara.  Alasannya, Nabi Muhammad tertoreh sebagai pebisnis.  Ia saudagar yang pernah mengembara ke Syam (Syria).  Mustahil ada pedagang tak mengerti dasar-dasar baca-tulis.
     Sumber masalah tentu saat Rasulullah didatangi Jibril yang membawa surah al-Alaq pada Senin, 21 Ramadan (10 Agustus 610 Masehi).  Jibril berkata “Iqra” (baca).  Nabi Muhammad yang ketakutan oleh kedatangan Jibril, jelas bingung.  “Iqra”, ulang Jibril.  Rasulullah tambah gentar.  Apalagi, Jibril kembali merangkulnya sampai nafasnya tersengal-sengal.  Nabi Muhammad pucat, merinding serta sendi-sendinya gemetar.  Ia juga makin bingung.  Sebab, apa yang mau dibaca!  Tidak ada teks!  Tak ada naskah yang menorehkan untaian kata.
     Tatkala Jibril kembali berseru ”Iqra“, maka, Rasulullah sadar.  Makhluk tersebut bukan menyuruhnya membaca suatu naskah karena memang tidak ada.  Maksud Jibril ialah ikuti saya mengucapkan “Iqra”.
     Tiada riwayat bahwa Jibril membawa prasasti berisi lima ayat pertama surah al-Alaq dari Lauhul Mahfuz.  Jibril hanya mendiktekan ayat demi ayat.  Kemudian Nabi Muhammad menghafalnya.
     Pernyataan bahwa Rasulullah ummi, pada intinya terkait dengan Kitab-kitab Suci terdahulu.  Ia tak pernah berinteraksi dengan Shuhuf Nabi Ibrahim, Taurat, Zabur dan Injil.  Ia dianggap terputus atau ummi terhadap kitab-kitab samawi.
     Rasulullah ummi (tidak paham) perihal umat-umat bahari.  Segenap pengetahuannya tentang Kitab Suci maupun generasi era purba merupakan Hikmah (visi Ilahi).
     Ada pula teori bahwa ummi bermakna keterasingan bangsa Arab dari wahyu.  Masyarakat Arab tak memiliki Kitab Suci.  Berbeda dengan Yahudi yang punya Taurat, Zabur serta Injil.
     “Tanyakan kepada orang yang diberi al-Kitab (Yahudi dan Nasrani) serta yang ummi (musyrik Mekah)” (Ali Imran: 20).
     Harap dicamkan bahwa kata ummi bersama turunannya bukan cuma berarti tunaaksara.  Ummi juga bermakna tunanetra.  Janin dalam rahim dinamakan pula ummi.  Soalnya, tidak tahu perkara di sekelilingnya.  Paling popular yakni ucapan seorang anak kepada bundanya “ummi” (ibu).

Khadijah
     Khadijah binti Khuwailid merupakan istri Nabi Muhammad yang terkasih.  Tiada yang sanggup menggantikan posisinya.  Ia istri pertama Rasulullah.  Semua buku-buku sejarah menukil bahwa Khadijah berusia 40 tahun kala menikah dengan Nabi Muhammad yang berumur  25 tahun.
     Usia Khadijah agak aneh.  Di zaman itu, gadis-gadis umur 10 tahun sudah kawin.  Taruhlah Khadijah menikah di usia 10 tahun ketika dipersunting Atiq bin A’iz al-Makhzumi.  Khadijah bercerai setelah memperoleh seorang putri.  Ia kawin lagi dengan Abu Halah bin Zurarah at-Tamimi.  Sang suami mati dengan meninggalkan seorang putra bernama Handan.
     Saat Khadijah menikah dengan Rasulullah, putrinya ternyata sudah gadis.  Umurnya tentu sekitar 10 tahun.  Seumpama betul usia Khadijah 10 tahun kala pertama kali kawin.  Lantas ketika menikah dengan Nabi Muhammad, putrinya telah gadis.  Ini berarti umur Khadijah kira-kira 21 tahun.
     Dari mana usia 40 tahun yang meluber di seluruh tapak historis Rasulullah?  Al-arbain (40) dipandang angka perjuangan.  Menandai kesempurnaan guna melangkah ke masa depan.  Apalagi, etnis Quraisy doyan membangga-banggakan leluhur sekaligus keturunan.  Khadijah sebagai wanita agung dinilai layak mewakili perempuan Quraisy.  Kampanye disebar.  Kaum Hawa Quraisy tetap andal melahirkan di umur 40 sampai 60 tahun.  Lain dengan wanita di luar Quraisy.  Mereka hanya mampu melahirkan sampai usia 40-an.

Abbas
     Dalam sejarah, nama Abbas bakal terus bergiang saat ia menemani Nabi Muhammad pada Baiat Aqabah Kedua.  Ini menimbulkan curiga.  Betulkah Abbas yang mengawal Rasulullah pada tahun ke 13 misi kenabian tersebut?  Apakah ia tak ngeri kepergok oleh Abu Lahab, kakaknya?  Apalagi, Abu Lahab adalah ketua klan Hasyim.  Ia juga tokoh yang paling keterlaluan pembangkangannya terhadap Islam.
     Abbas dikenal sebagai bankir di Mekah.  Ia tergolong kelas menengah.  Abbas acap bersolek bak pria metroseksual.  Doyan berbusana necis.  Lagaknya ala pangeran jika berjalan di Lembah Bakkah.
     Di perang Badar. Abbas berada di pihak pasukan Lata.  Di Juffah sebelum tiba Badar, bani Thalib pulang.  Mereka tersinggung karena dihina.  “Hei putra Hasyim!  Kalian memang ikut kami, tetapi, hatimu bersama Rasulullah”.  Biarpun Abbas keluaga bani Thalib, ia tetap bertekad ke medan perang Badar.  Bahkan, nekat membawa Abu Sufyan bin Haris dan Naufal bin Aqil, cucu Abu Thalib untuk memerangi Ali bin Abu Thalib.  Memerangi Hamzah, adiknya.  Memerangi sang Maharasul, keponakannya serta memerangi Islam!
     Peruntungan sial menyergap.  Serdadu Mekah terjungkal, Abbas ditawan.  Ia dihalau ke Medinah bersama tawanan lain.  Tangannya diikat.  Malam pertama ketika menuju Medinah, Abbas sering mengerang.
     Pagi hari, Nabi Muhammad mengeluh karena erangan Abbas.  Umar bin Khattab lalu minta izin untuk memenggal leher Abbas.  Rasulullah bertanya kepada para sahabat.  “Apakah pantas paman Nabi dibunuh?”  Mereka menjawab tidak.  Abbas akhirnya diberi dispendasi.  Ikatannya dilepas.
     Abbas tak istimewa dalam sejarah Islam.  Saat masuk Islam, ia pun sembunyi-sembunyi.  Nabi Muhammad tahu Abbas masuk Islam berkat informasi Abu Rafi, orang Qibthy yang merupakan sahaya Rasulullah.  Nabi Muhammad langsung memerdekakannya.
     Abbas bukan patriot Islam.  Ini pasti menggusarkan dinasti Abbasiyah.  Patut diduga, tokoh-tokoh Abbasiyah bersama penulis sejarah berembuk.  Mereka menginginkan ada kisah heroik bagi leluhur mereka, Abbas.
     Dapat dibayangkan, keluarga Hamzah tidak diundang.  Pasalnya, putra-putri Hamzah tak dikaruniai keturunan.  Mengapa harus Hamzah disebut.  Ini karena Hamzah paling potensial yang mengawal Rasulullah ketika utusan Yatsrib mengikat sumpah pada Baiat Aqabah Kedua.
     Saat umat Islam diboikot.  Disuruh menyingkir ke lereng gunung.  Hamzah siang-malam dengan pedang terhunus menjaga keselamatan Nabi Muhammad.  Dengan tubuh raksasa, ia dikenal pemburu.  Hamzah pegulat ulung serta jago pedang.  Ia sosok Quraisy dengan tipe die hard (pantang menyerah).  Ditahbiskan sebagai pria terkuat dari Quraisy.  Sehabis berburu di gunung Nu’man dekat Arafah.  Hamzah dibisik oleh perempuan budak milik Abdullah bin Jad’an bahwa kepala Rasulullah dipukul dengan batu sampai berdarah oleh Abu Jahal.  Hamzah lalu menggampar Abu Jahal di sisi Kabah dengan tangkai busur.
     Nama Hamzah kian semerbak dalam puja-puji.  Ia gugur secara elegan.  Asadullah (Singa Allah) itu syahid di perang Uhud dengan 80 bacokan pedang, tombak dan panah.
     “Sebaik-baik pamanku adalah Hamzah”.  Puji sang Maharasul Muhammad.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Amazing People