Mitos Seputar Nabi Muhammad
Oleh Abdul Haris Booegies
Insan agung
selalu diliputi mitos. Terbukti,
rata-rata manusia dengan level the great
menyimpan misteri. Mitos berseliweran di
seputarnya.
Nabi Muhammad tak
luput dari mitos. Ada bagian sejarah
hidupnya yang diliputi tabir. Ia,
misalnya, disebut ummi alias buta
huruf. Sebagian kalangan terpelajar
Barat mempertanyakan aspek ini. Mereka
tidak yakin Rasulullah tunaaksara.
Alasannya, Nabi Muhammad tertoreh sebagai pebisnis. Ia saudagar yang pernah mengembara ke Syam
(Syria). Mustahil ada pedagang tak
mengerti dasar-dasar baca-tulis.
Sumber masalah
tentu saat Rasulullah didatangi Jibril yang membawa surah al-Alaq pada Senin, 21 Ramadan (10 Agustus 610 Masehi). Jibril berkata “Iqra” (baca). Nabi Muhammad
yang ketakutan oleh kedatangan Jibril, jelas bingung. “Iqra”,
ulang Jibril. Rasulullah tambah gentar. Apalagi, Jibril kembali merangkulnya sampai
nafasnya tersengal-sengal. Nabi Muhammad
pucat, merinding serta sendi-sendinya gemetar.
Ia juga makin bingung. Sebab, apa
yang mau dibaca! Tidak ada teks! Tak ada naskah yang menorehkan untaian kata.
Tatkala Jibril
kembali berseru ”Iqra“, maka, Rasulullah
sadar. Makhluk tersebut bukan
menyuruhnya membaca suatu naskah karena memang tidak ada. Maksud Jibril ialah ikuti saya mengucapkan “Iqra”.
Tiada riwayat
bahwa Jibril membawa prasasti berisi lima ayat pertama surah al-Alaq dari Lauhul Mahfuz. Jibril hanya
mendiktekan ayat demi ayat. Kemudian
Nabi Muhammad menghafalnya.
Pernyataan bahwa Rasulullah ummi, pada intinya terkait dengan
Kitab-kitab Suci terdahulu. Ia tak pernah
berinteraksi dengan Shuhuf Nabi
Ibrahim, Taurat, Zabur dan Injil. Ia
dianggap terputus atau ummi terhadap
kitab-kitab samawi.
Rasulullah ummi (tidak paham) perihal umat-umat
bahari. Segenap pengetahuannya tentang
Kitab Suci maupun generasi era purba merupakan Hikmah (visi Ilahi).
Ada pula teori
bahwa ummi bermakna keterasingan
bangsa Arab dari wahyu. Masyarakat Arab
tak memiliki Kitab Suci. Berbeda dengan
Yahudi yang punya Taurat, Zabur serta Injil.
“Tanyakan kepada
orang yang diberi al-Kitab (Yahudi dan Nasrani) serta yang ummi (musyrik Mekah)” (Ali
Imran: 20).
Harap dicamkan bahwa
kata ummi bersama turunannya bukan cuma
berarti tunaaksara. Ummi juga bermakna tunanetra.
Janin dalam rahim dinamakan pula ummi. Soalnya, tidak tahu perkara di sekelilingnya. Paling popular yakni ucapan seorang anak
kepada bundanya “ummi” (ibu).
Khadijah
Khadijah binti
Khuwailid merupakan istri Nabi Muhammad yang terkasih. Tiada yang sanggup menggantikan
posisinya. Ia istri pertama Rasulullah. Semua buku-buku sejarah menukil bahwa
Khadijah berusia 40 tahun kala menikah dengan Nabi Muhammad yang berumur 25 tahun.
Usia Khadijah
agak aneh. Di zaman itu, gadis-gadis umur
10 tahun sudah kawin. Taruhlah Khadijah menikah
di usia 10 tahun ketika dipersunting Atiq bin A’iz al-Makhzumi. Khadijah bercerai setelah memperoleh seorang
putri. Ia kawin lagi dengan Abu Halah
bin Zurarah at-Tamimi. Sang suami mati
dengan meninggalkan seorang putra bernama Handan.
Saat Khadijah menikah
dengan Rasulullah, putrinya ternyata sudah gadis. Umurnya tentu sekitar 10 tahun. Seumpama betul usia Khadijah 10 tahun kala
pertama kali kawin. Lantas ketika menikah
dengan Nabi Muhammad, putrinya telah gadis.
Ini berarti umur Khadijah kira-kira 21 tahun.
Dari mana usia 40
tahun yang meluber di seluruh tapak historis Rasulullah? Al-arbain (40) dipandang angka
perjuangan. Menandai kesempurnaan guna
melangkah ke masa depan. Apalagi, etnis
Quraisy doyan membangga-banggakan leluhur sekaligus keturunan. Khadijah sebagai wanita agung dinilai layak
mewakili perempuan Quraisy. Kampanye
disebar. Kaum Hawa Quraisy tetap andal
melahirkan di umur 40 sampai 60 tahun.
Lain dengan wanita di luar Quraisy.
Mereka hanya mampu melahirkan sampai usia 40-an.
Abbas
Dalam sejarah,
nama Abbas bakal terus bergiang saat ia menemani Nabi Muhammad pada Baiat
Aqabah Kedua. Ini menimbulkan
curiga. Betulkah Abbas yang mengawal Rasulullah
pada tahun ke 13 misi kenabian tersebut?
Apakah ia tak ngeri kepergok oleh Abu Lahab, kakaknya? Apalagi, Abu Lahab adalah ketua klan
Hasyim. Ia juga tokoh yang paling
keterlaluan pembangkangannya terhadap Islam.
Abbas dikenal
sebagai bankir di Mekah. Ia tergolong
kelas menengah. Abbas acap bersolek bak
pria metroseksual. Doyan berbusana
necis. Lagaknya ala pangeran jika
berjalan di Lembah Bakkah.
Di perang Badar.
Abbas berada di pihak pasukan Lata. Di
Juffah sebelum tiba Badar, bani Thalib pulang.
Mereka tersinggung karena dihina.
“Hei putra Hasyim! Kalian memang
ikut kami, tetapi, hatimu bersama Rasulullah”.
Biarpun Abbas keluaga bani Thalib, ia tetap bertekad ke medan perang
Badar. Bahkan, nekat membawa Abu Sufyan
bin Haris dan Naufal bin Aqil, cucu Abu Thalib untuk memerangi Ali bin Abu
Thalib. Memerangi Hamzah, adiknya. Memerangi sang Maharasul, keponakannya serta memerangi
Islam!
Peruntungan sial
menyergap. Serdadu Mekah terjungkal, Abbas
ditawan. Ia dihalau ke Medinah bersama
tawanan lain. Tangannya diikat. Malam pertama ketika menuju Medinah, Abbas
sering mengerang.
Pagi hari, Nabi
Muhammad mengeluh karena erangan Abbas.
Umar bin Khattab lalu minta izin untuk memenggal leher Abbas. Rasulullah bertanya kepada para sahabat. “Apakah pantas paman Nabi dibunuh?” Mereka menjawab tidak. Abbas akhirnya diberi dispendasi. Ikatannya dilepas.
Abbas tak
istimewa dalam sejarah Islam. Saat masuk
Islam, ia pun sembunyi-sembunyi. Nabi
Muhammad tahu Abbas masuk Islam berkat informasi Abu Rafi, orang Qibthy yang
merupakan sahaya Rasulullah. Nabi
Muhammad langsung memerdekakannya.
Abbas bukan
patriot Islam. Ini pasti menggusarkan dinasti
Abbasiyah. Patut diduga, tokoh-tokoh Abbasiyah
bersama penulis sejarah berembuk. Mereka
menginginkan ada kisah heroik bagi leluhur mereka, Abbas.
Dapat dibayangkan,
keluarga Hamzah tidak diundang.
Pasalnya, putra-putri Hamzah tak dikaruniai keturunan. Mengapa harus Hamzah disebut. Ini karena Hamzah paling potensial yang
mengawal Rasulullah ketika utusan Yatsrib mengikat sumpah pada Baiat Aqabah
Kedua.
Saat umat Islam
diboikot. Disuruh menyingkir ke lereng
gunung. Hamzah siang-malam dengan pedang
terhunus menjaga keselamatan Nabi Muhammad.
Dengan tubuh raksasa, ia dikenal pemburu. Hamzah pegulat ulung serta jago pedang. Ia sosok Quraisy dengan tipe die hard (pantang menyerah). Ditahbiskan sebagai pria terkuat dari Quraisy. Sehabis berburu di gunung Nu’man dekat
Arafah. Hamzah dibisik oleh perempuan
budak milik Abdullah bin Jad’an bahwa kepala Rasulullah dipukul dengan batu
sampai berdarah oleh Abu Jahal. Hamzah lalu
menggampar Abu Jahal di sisi Kabah dengan tangkai busur.
Nama Hamzah kian
semerbak dalam puja-puji. Ia gugur
secara elegan. Asadullah (Singa Allah) itu syahid di perang Uhud dengan 80 bacokan
pedang, tombak dan panah.
“Sebaik-baik pamanku
adalah Hamzah”. Puji sang Maharasul
Muhammad.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar