Gurita Bisnis Quraisy
Oleh Abdul Haris Booegies
Hampir semua buku-buku sejarah memaparkan bahwa Quraisy murka kepada Nabi
Muhammad lantaran leluhur mereka dihujat.
Padahal, menghormati ayah dan nenek moyang merupakan inti kehormatan bangsa
Arab. Di samping itu, Islam mencela berhala
yang mereka sembah.
Ada instrumen yang terlupa. Quraisy bertambah marah akibat bisnisnya
terancam. Kedatangan Islam mengubah pola
hidup. Ini menggusarkan taipan-taipan
Mekah. Lembah Bakkah memang gersang,
rumput pun emoh tumbuh. Biarpun
demikian, mereka tiap tahun untung beruntun.
Sekali setahun, jemaah haji kafir berdatangan ke Mekah. Quraisy bertindak selaku tuan rumah.
Tamu-tamu berhala Hubal tersebut lalu mereka rampok secara profesional. Quraisy tidak menodongkan pedang, lembing atau
belati, namun, menjual mahal segala kebutuhan jemaah haji paganisme. Makanan, minuman serta upah penggembala unta
yang mahal memaksa peziarah Kabah merogoh kocek dalam-dalam.
Makanan dan minuman yang mahal tetap dibeli dengan perasaan dongkol. Tiada protes terbuka atau demonstrasi di sekitar
Kabah. Jemaah haji cuma mendiamkan
dengan hati menggerutu.
Kios-kios Mekah
menyediakan zamzam, jus delima, sirup, teh madu, susu madu, krim, khazirah (kue berbahan tepung dan susu),
roti serta kari kambing. Sedangkan buah
yang dijajakan antara lain kurma, kacang almond, anggur, apel, aprikot, jeruk,
lemon, tebu, semangka dan pisang. Aneka
penganan yang dibeli lantas dibungkus daun anggur. Di kios khusus, tersedia nabiz az-zabih, tuak asli Mekah berbahan anggur yang enteng membuat
teler.
Bisnis tahunan yang menguntungkan itu sekarang terancam. Semua karena dakwah Rasulullah. Islam menghendaki penghormatan yang sama
terhadap manusia. Di sisi lain, Quraisy
mengklaim diri etnis pilihan di Hijaz.
“Tiada pemimpin kecuali dari Quraisy”.
Islam memerintahkan berbuat baik.
Sementara bisnis tahunan warga Quraisy penuh borok. Komunitas Badui mengolok-olok nama Quraisy
dengan makna hiu. Ikan ganas tersebut
segendang sepenarian dengan karakter Quraisy yang rakus meraup laba dalam
berdagang.
Bisnis Quraisy
bukan hanya di Mekah. Dua kali setahun,
sejumlah konglomerat Mekah mengirim ekspedisi bisnis dengan 200 unta. Pada musim semi, kafilah ke Damaskus. Di musim gugur, misi niaga menuju ke
Yaman. Kabilah itu membawa muatan emas,
perak, kulit, wol, kemenyan serta getah mur.
Ekspansi ke
mancanegara membuat Quraisy makmur. Di
Thaif, golongan aristokrat Mekah punya vila musim panas. Sekelompok dinarwan (miliarder) Quraisy memiliki
aset di luar negeri. Ada yang punya vila
di Damaskus, perkebunan di Mesir, kebun kurma di Irak dan lahan pertanian di
Palestina.
Kini, petinggi Quraisy cemas jika pengikut Nabi Muhammad kian bertambah.
Kalau Islam kuat serta mandiri, berarti
alamat sial bagi Quraisy. Kaum Muslim bisa
menyerobot bisnis yang sudah turun-temurun dilakoni. Paling mengerikan yakni Islam bersekutu
dengan suku-suku lain untuk mengusir mereka dari Mekah. Ini bukan isapan jempol.
Dulu Mekah dikuasai wangsa Jurhum dari Yaman. Mereka mengurus Mekah. Keturunan Nabi Ibrahim setuju karena istri
kedua Nabi Ismail orang Jurhum. Wangsa ini
kemudian melakukan kesewenang-wenangan. Satu
kata untuk Jurhum: “Usir!” Sebagai
ucapan goodbye bertendensi balas
dendam, Jurhum menimbun sumur zamzam.
Khuza’ah mengambil alih posisi Jurhum.
Mereka merupakan keturunan Nabi Ismail.
Sumur zamzam lalu dicari, tetapi, hasilnya nihil. Kepemimpinan Khuza’ah atas Mekah tak
stabil. Terjadi keruwetan pelik.
Ketika Hulail bin Hubsyiah, pemimpin Khuza’ah, mati. Ia digantikan oleh Qushai, menantunya dari
klan Quraisy. Qushai lantas mengajak
keluarganya mendiami Mekah. Secara
bertahap, peran Khuza’ah tersisih.
Seiring perjalanan waktu, Quraisy makin menancapkan kekuasaan di
Mekah. Tiap bagian Kabah merupakan milik
suku Quraisy. Sisi tempat pintu hak bani
Abdul Manaf bersama Zuhrah. Rukun Aswad dan
rukun Yamani kepunyaan bani Makhzum bersama kabilah pendukungnya. Bagian atas Kabah milik bani Jumah serta
Sahm. Sisi Hajar Aswad hak Abdul Dar.
Keturunan Abdul Dar bukan cuma berwenang pada sisi Hajar Aswad. Mereka juga pemegang bendera perang Quraisy sekaligus
pemegang kunci Kabah. Cicit Abdul Dar
yang tersohor di perang Uhud ialah Mush’ab bin Umair. Ia pembawa panji perang Muhajirin.
Di momen tersebut, Mush’ab turun dari gunung Uhud setelah tahu Rasulullah
selamat dari pembantaian. Ia kembali ke medan
tempur sambil menutup wajah dengan secarik kain. Matanya saja yang terlihat. Seorang prajurit Hubal langsung
membabatnya. Tangan kanan Mush’ab
putus. Panji perang ia alihkan ke tangan
kiri. Ia kembali diserang. Tangan Mush’ab putus lagi. Ia mengepit panji perang agar tidak
jatuh. Di saat itu ia dibantai. Bukan lagi tangan Mush’ab yang putus, melainkan
nyawanya terputus meninggalkan jasad.
Pembunuh tersebut kemudian meraung-raung seperti sirene pemadam
kebakaran. “Saya telah membunuh Nabi
Muhammad!”
Tentara Hubal itu salah!
Menyangka Mush’ab yang hanya matanya terlihat adalah Rasulullah. Dari segenap sahabat, memang Mush’ab yang
paling mirip matanya dengan Nabi Muhammad.
Islam yang kian kokoh seperti bentangan baja, sekarang merisaukan para
hamba Hubal. Nasib Jurhum bersama
Khuza’ah terus tergiang-giang secara bertalu-talu di kepala tokoh-tokoh
Quraisy. Mereka risau riwayat Quraisy
berakhir tragis di tangan umat Islam.
Mereka tak dapat tidur nyenyak karena membayangkan terusir dari
Mekah. Ke mana harus mencari koloni baru
di semenanjung Arab?
Perlawanan terhadap Rasulullah akhirnya digelorakan. Puncak kemarahan Quraisy terpantul dari tekad
mereka untuk membunuh Nabi Muhammad. Segala
kesemrawutan bermula dari Rasulullah.
Kini, tindakan yang wajib ditempuh yaitu membantai figur utama tersebut
guna menghentikan sepak-terjang Islam.
12 orang yang berwajah paling angker dengan pedang paling tajam, justru tidak
sanggup melukai Nabi Muhammad. Mereka
kalah lihai. Tatkala 12 algojo mendobrak
masuk ke rumah sasaran, Rasulullah telah tiba di luar kota. Ia eksodus ke Yatsrib.
Ketakutan Quraisy
pun menjadi nyata. Sukuisme digantikan ummah (masyarakat Muslim). Kesukuan berubah menjadi ikatan iman. Nabi Muhammad yang bervisi paripurna dengan
daya pikir radikal sukses mereformasi dunia.
Bumi berubah seiring dinamika manusia.
Masyarakat berubah berkat syiar Islam yang digemakan Maharasul Muhammad.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar