Musuh Bebuyutan
Nabi Muhammad
Oleh Abdul Haris Booegies
Apa makna kehidupan
Rasulullah? Ia jelas pemimpin manusia demi
menapak ke surga. Pada esensinya,
kelahiran Nabi Muhammad mendorong manusia untuk menyembah Allah. Inti Islam ialah la ilaha illallah
(tiada tuhan selain Allah). Empat kata
ini, baik dalam bahasa Arab maupun bahasa Indonesia, tak sesederhana jumlahnya.
Tiada tuhan kecuali
Allah bermakna dua. Pertama,
mematuhi perintah Allah. Kedua,
menjauhi larangan Allah. Kedua maksud
ini makin tajam. Menjalankan rukun Islam
serta rukun iman.
La ilaha
illallah dalam praktiknya sering ternoda.
Manusia menduakan Allah. Sangat
parah sekali karena yang disandingkan adalah berhala (al-ashnam). Ini jelas bukan
tandingan Allah.
Berhala dibuat oleh
tangan manusia. Tangan yang dipakai cebok. Tangan yang digunakan membersihkan kotoran di
dubur. Dari tangan yang jorok itu
dihasilkan patung. Baik dari kayu atau batu.
Patung tersebut
lantas disembah sebagai berhala pelindung.
Kesehatan, kekayaan, kehormatan dan kemuliaan diimpikan dari
patung. Ini sungguh ironis! Manusia membuat patung lalu mengabdikan diri
kepadanya.
Di periode ini,
masih berseliweran orang menyembah patung.
Apa yang tertancap di kepala mereka sampai tergoda menyembah
patung? Otak ataukah kerikil dalam
tengkoraknya sampai rela menyembah patung?
Dalam menegakkan
Islam, Rasulullah berhadapan dengan kawanan Quraisy. Perlawanan dipancangkan terhadap Abu Jahal, Abu
Shafwan, Abu Lahab, Abu Sofyan serta sederet Abu lainnya. Mereka sebenarnya bukan musuh utama. Ia pion.
Musuh bebuyutan Nabi Muhammad yakni patung di pelataran Kabah.
Ada aspek menarik
yang perlu diselidiki cendekiawan Muslim.
Isu yang menyambar tulang sumsum kita bahwa Kabah dihuni 360
berhala. Melihat kondisi Kabah, angka
itu teramat fantastis. Kabah model sekarang
saja mustahil bisa menampung 360 berhala.
Apalagi Kabah era jahiliah yang tingginya seukuran orang dewasa.
Angka 360 muncul
dari seorang sejarawan di Damaskus. Ini
terjadi tiga abad setelah kematian Rasulullah.
Dari mana ia memperoleh angka itu?
Saat ini, ia muskil dikonfirmasi gara-gara sudah mati!
360 berhala pasti
angka mubazir. Apalagi, tiap rumah di
Mekah menyimpan berhala, ukuran mini atau maksi, satu atau lebih. Berhala itu berfungsi sebagai penjaga
rumah. Mirip sebagian umat Islam yang
memajang ayat kursi di atas pintu rumah sebagai penjaga.
Dari berbagai kitab, diterangkan bahwa Hubal
merupakan berhala terbesar dalam Kabah. Padahal, Hubal terletak di pelataran Kabah,
bukan di dalam. Andai Hubal berada dalam
Kabah, niscaya kepalanya menyembul menembus bagian atas Kabah.
Tidak terbayang jika
Hubal berada dalam Kabah. Memasukkan
lewat pintu pasti mengakibatkan dinding jebol.
Merusak properti Kabah merupakan tindakan yang sangat ditakuti
tetua-tetua Mekah. Kalau Hubal
ditempatkan dalam Kabah, ruang apa lagi yang tersisa untuk 359 berhala?
Di sekitar Kabah,
atau lebih tepat di dekat Hubal, terdapat beberapa berhala. Tiap suku punya berhala untuk disembah. Ini menandaskan bahwa di pelataran Kabah,
patung tak lebih dari jumlah pemain inti plus cadangan kesebelasan Arab Saudi.
Kabah pra-Islam
disinyalir berisi tanduk domba.
Dipercaya sebagai tanduk domba pengganti Nabi Ismail. Ada pula pedang, gulungan naskah kuno
berbahasa Suriah dan patung merpati berbahan emas. Di dinding tergantung lukisan tentang Jibril.
Ada juga gambar Nabi Ibrahim bersama
Nabi Ismail yang sedang mengundi nasib dengan anak panah. Kemudian sejumlah benda milik Abdul Muthalib,
walikota Mekah. Sedangkan barang
berharga dipendam di bawah tanah yang menjadi tempat penyimpanan.
Aneka properti
yang disimpan dalam Kabah rupanya menjadi incaran pencuri. Kabah tidak aman. Sebab, tak punya atap pelindung. Ini yang menjadi akses para maling guna
menguras benda-benda yang disimpan dalam Kabah.
Berhala di
sekitar Kabah tersebut yang menjadi musuh bebuyutan Nabi Muhammad. Ketika Rasulullah menaklukkan Mekah pada 11
Januari 630, maka, babak baru pun dimulai.
Istilah penaklukan Mekah barangkali tidak selaras dengan realitas. Maklum, nyaris tiada perlawanan tatkala 10
ribu serdadu Muslim menduduki Mekah.
Tiada kemenangan militer yang dapat menyaingi sejarah serah terima
Mekah.
Istilah yang kerap
pula dipakai yaitu pembebasan. Mekah
dibebaskan dari politeisme. Pelataran
Kabah dibersihkan dari patung. Fath
Makkah yang berasal dari fatah juga diinterpretasikan sebagai
pembukaan. Pendudukan Mekah merupakan
pembukaan. Ibarat membaca buku, Fath
Makkah merupakan sampul. Lantas
selembar demi selembar halamannya dibuka.
Satu demi satu manusia diingatkan bahwa berhala bukan tuhan. Hari demi hari generasi diingatkan bahwa
berhala cuma seonggok benda minus jiwa.
Patung sekedar inovasi ciptaan manusia.
Bila memiliki
permohonan, silakan langsung melobi Allah. Panjatkan puja-puji sebagai
upeti. Allah tak butuh hadiah. Apalagi darah hewan yang dikurbankan.
Paling menarik
dicermati ialah rupa-rupa patung. Jika
seribu patung diperhatikan, niscaya sebagian besar berwujud manusia. Ini karena pembuatnya manusia. Andai sapi yang merancang patung, pasti
mayoritas berbentuk sapi. Soalnya,
imajinasi terbatas pada diri pembuat patung.
Keandalan berpikir suatu makhluk akan menampilkan citra dirinya.
Sebagai contoh, dalam
mitos Yunani. Tiap dewa yang ditampilkan
hanya punya satu keterampilan. Ada
Apollo dewa musik, Aphrodite dewi kecantikan, Ares dewa perang, Artemis dewi
perburuan, Athena dewi kebijaksanaan, Demeter dewi kesuburan, Dionisos dewa
anggur, Hades dewa kematian, Hefaistos dewa api, Hermes dewa perjalanan,
Poseidon dewa laut serta Zeus dewa langit.
Pasca kepergian
Nabi Idris ke langit untuk selamanya, lima berhala didesain. Kelima patung itu adalah Wadd yang berwujud pria,
melambangkan kasih sayang. Suwa berbentuk
wanita, melambangkan kecantikan. Yaguth berwujud
singa, melambangkan keperkasaan. Yauq berbentuk
kuda, melambangkan kecepatan. Nasr berwujud
elang, melambangkan ketajaman pandangan.
Dewa-dewi Yunani dan
berhala riil, rata-rata mewakili satu superioritas. Elemen ini terjadi karena penciptanya tiada
lain manusia. Cara berpikir manusia teramat
sederhana. Menyelesaikan satu demi satu masalah. Citra tersebut diimplementasikan dalam
realitas. Satu berhala didesain untuk
mewakili satu persoalan.
Ini berbeda
dengan cara berpikir Tuhan. Tidak perlu
banyak sesembahan. Pasalnya, semua
solusi terkristalisasi dalam kekuasaan tunggal.
“Tiada sesembahan yang setara dengan Allah” (al-Ikhlas: 4).
Inti Islam yakni
beriman kepada Allah. Manusia diimbau
secara tegas bahwa la ilaha illallah.
Di sinilah makna hakiki kelahiran Nabi Muhammad. Ia hadir guna memimpin manusia menyembah
Allah.
Pada hakikatnya,
penyembah patung mempertontonkan kekerdilan dalam mendayagunakan pikiran. Padahal, hati serta akal mutlak bersinergi
bahwa berhala cuma virus ganas bagi manusia yang hendak mengabdi kepada Allah,
Tuhan sejati!