Fir'aun
Oleh Abdul Haris Booegies
Dalam al-Qur'an, nama Fir'aun (فِرْعَوْنَ) tertera 74 kali di 27 surah. Di zaman Maharasul Muhammad, tidak ada kontroversi tentang Fir'aun. Ia tokoh tunggal yang dinarasikan al-Qur'an.
Tatkala historikus muncul dengan serba-serbi teori, terutama Egiptolog (pakar Mesir kuno), sekonyong-konyong figur Fir'aun berubah. Sejarawan yakin kalau Fir'aun merupakan gelar, bukan nama seorang diktator tempo dulu.
Pada esensinya, penggunaan "Fir'aun" tak secorak dengan titel di bentala lain. Sebagai umpama, Sultan merupakan predikat bagi raja di sebagian mandala Islam. Kaisar untuk penguasa Romawi, Kisra di Persia, Negus di Abyssinia, Najasyi di Habasyah, Tubba di Yaman, Batlimus di India, Hamengku Buwana di Mataram atau Arung di negeri-negeri Bugis.
Egiptolog Zahi Hawass menegaskan bahwa vokabuler "Fir'aun" berpangkal dari kata "Baraa" yang berarti "rumah" atau "balairung". Morfem baraa dalam bahasa Ibrani dilafalkan "Faro". Orang Arab menambahkan fonem nun. Hingga, pengucapannya menjadi "Faron". Zahi Hawaas menengarai bila istilah ini sudah ada sejak Kerajaan Lama Mesir (2686-2181 sebelum Masehi).
Di sejumlah kuil, tersua kata "Baraa" atau "Fir'aun" dalam hieroglif kerajaan. Ini karena nama tersebut secara spesifik mengarah pada seorang raja.
Mustafa Waziri berargumentasi bahwa Fir'aun bukan julukan, melainkan nama seorang sang prabu. Sedangkan arkeolog Ahmed Nuruddin menginterpretasikan jika tertoreh isyarat di al-Qur'an mengenai kosakata "Fir'aun". Menurutnya, dalam peradaban Mesir antik yang terkandung dalam al-Qur'an, kata "Fir'aun" merupakan sebutan untuk individu khusus, bukan gelar.
Saya mengimani bahwa Fir'aun merujuk ke satu sosok. Fir'aun bukan sapaan untuk sebilangan raja Mesir. Meski teguh bahwa Fir'aun merupakan individu tunggal, namun, saya tidak menampik kalau Fir'aun tiada lain predikat seorang baginda. Misalnya saja, Arung Palakka bertajuk Petta Malampe'e Gemme'na yang bermakna Raja Gondrong. Tak semua adipati Bone berjuluk Petta Malampe'e Gemme'na. Ini eksklusif untuk Arung Palakka.
Adolf Hitler bergelar Führer und Reichskanzler (pemandu rakyat serta kanselir). Tidak ada pemimpin Jerman berlabel Führer und Reichskanzler, selain Hitler.
Idi Amin Dada Oumee dijuluki Kijambiya (si Parang). Presiden Uganda itu juga berstatus Lord of All the Beasts of the Earth and Fish of the Sea. Idi Amin yang berasal dari suku Kakna, beken pula dengan titel Conqueror of the Bristish Empire in Africa. Tak ada presiden Uganda atau insan Afrika punya emblem demikian kecuali Idi Amin.
Nama Autentik
Demi membingungkan pembaca karena artikel ini sedikit gila, saya membeberkan ulasan yang gegabah bin teledor. Ini terkait nama gadungan sekaligus urutan keliru sri paduka yang sekurun Nabi Musa.
Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad bin Abu Bakar al-Anshari al-Qurthubi mengutarakan dalam tafsirnya bahwa Fir'aun merupakan nama raja. Ia menegaskan bila nama orisinal Fir'aun yakni Qabus. Ini mirip dogma Yahudi dan Nasrani bahwa Fir'aun berpanggilan Qabus. Al-Qurthubi pun menerangkan bahwa Fir'aun sebetulnya nama sifat, bukan nama orang. Siapa doyan mendebat kebenaran, maka, diserupakan Fir'aun.
Al-Allamah al-Hafiz Jalaluddin as-Suyuthi menguraikan bahwa Fir'aun merupakan gelar. Nama sesungguhnya yaitu al-Walid bin Mush’ab. Panggilannya ialah Abu al-Walid, Abu Murrah atau Abu Abbas.
Dalam persepsi Abu Nashar Ismail bin Hammad al-Jauhari, Fir'aun merupakan julukan untuk al-Walid bin Mush'ab. Ini selaras dengan Muhammad Nawawi bin Umar bin Arabi al-Jawi al-Bantani. Dalam Tafsir al-Munir, ia berteori jika nama asli Fir'aun adalah al-Walid bin Mush’ab bin Rayyan. Sementara Abu Khalid Abdul Malik bin Abdul Aziz bin Juraij al-Qurasyi al-Umawi tampil lebih komplet. Sebab, mempresentasikan kalau al-Walid bin Mush’ab bin Rayyan berpunca dari bani Amliq bin Wilad bin Iram bin Sam bin Nabi Nuh.
Historikus mondial sepakat bahwa nama legal kaisar Mesir di masa Nabi Musa yakni Ramesses (Ramses) II. Nama ini terdengar sakti. Musababnya, Ra dalam bahasa Mesir lawas berarti tuhan.
Rombongan ahli galau, terdengar sedikit gaduh. Apakah Ramses atau putranya yang bernama Merneptah atau Mineptah yang tenggelam di Laut Merah? Saga ini makin bising lantaran muncul Thutmose II. Ia dianggap raja yang menentang risalah tauhid Nabi Musa.
Silsilah yang tidak konsisten ini, tentu bagian dari kesintingan perihal Fir'aun. Ulama serta cendekiawan saling berbeda wawasan, baik nama maupun kronologi.
Saya berpegang bahwa sejak Nabi Musa dilahirkan sampai eksodus menyeberangi Laut Merah, hanya ada satu raja Mesir di era tersebut. Fir'aun yang memperkenankan Nabi Musa tinggal di keraton setelah dihanyutkan oleh ibunya di sungai Nil, merupakan Fir'aun yang membangkang terhadap nubuat Nabi Musa.
"Nabi Musa dipungut oleh keluarga Fir‘aun. Kelak, ia menjadi musuh sekaligus dukacita bagi mereka" (al-Qashash: 8).
Dongeng Agamawan
Nama Nabi Musa dijumpai berserak dalam al-Qur'an dan Bibel. Di al-Qur'an, tercatat 136 kali namanya disebutkan. Terbanyak di antara para nabi serta rasul. Sedangkan dalam Alkitab, namanya bergema 873 kali di 803 ayat. Anehnya, tak ada dokumen resmi dari sumber otoritatif atau bukti arkeologis yang mendukung bila betul ada orang bernama Nabi Musa. Prasasti dengan hieroglif yang banyak ditemukan, tidak satu pun memuat nama Nabi Musa. Segala klaim argumentasi cuma bersandar pada teks religius, bukan analisis berbasis data ilmiah. Arkian, arkeolog curiga, benarkah Nabi Musa tokoh riil atau sekedar fiksi para agamawan.
Di Laut Merah tidak terselip benda baheula peninggalan Nabi Musa bersama pengikutnya. Padahal, 600 ribu bani Israil sempat melewati dasar Laut Merah selama kira-kira empat jam sampai fajar menyingsing. Bahkan, sampai kini tak ditemukan lembah tempat bermukim Nabi Musa bersama umatnya sesudah selamat dari cengkeraman Fir'aun. Dataran di perbatasan Mesir itu pasti luas demi menampung 600 ribu Yahudi. Di sebuah bukit terjal dekat lembah tersebut, Nabi Musa menerima Taurat.
Benda arkeologis tidak ada. Enkripsi di Piramida, kuil serta monumen tak ada. Situs tidak ketahuan rimbanya. Ini mengakibatkan arkeolog meragukan riwayat Nabi Musa.
Substansi makalah ini yaitu Fir'aun, lawan tangguh Nabi Musa. Arkeolog percaya Fir'aun mati tenggelam. Ini 100 persen tak terbantahkan, termasuk diyakini oleh sineas Hollywood. Kala Fir'aun berkuasa, tidak ada satu pun negara sanggup menandingi Mesir. Apalagi, mengusik kedaulatan Mesir. Satu-satunya musuh besar Fir'aun ialah Nabi Musa. Andai Nabi Musa tak pernah ada, niscaya Fir'aun tidak pernah mati tenggelam!
Rumpun Hyksos
Mesir menjelma superpower di bawah superioritas Fir'aun. Arsitektur sangat maju dengan memadukan matematika, astronomi, geografi dan kimia. Pertanian berkembang dengan sistem irigasi serta agrikultur. Alhasil, mewujudkan Mesir sebagai negara tersubur di Mediterania. Ini mendorong Mesir menjalin perdagangan dengan kawasan Afrika Timur, Afrika Tengah dan Mediterania Timur. Fir'aun juga memiliki militer yang teramat kuat dengan jumlah personel 600 ribu. Korps legiun ini tak sekedar andal menjaga otonomi Mesir, tetapi, bersifat ekspansionis. Fir'aun mengomandani ekspedisi militer ke Levant, wilayah yang mencakup Palestina, Suriah serta Lebanon. Ia merangsek pula ke Kana'an dan Nubia. Ini tercetak dalam epigraf di Gerf Hussein serta Beit el-Wali. Bala tentara inilah yang menjadi sokoguru supremasi Fir'aun.
Ayat 25-27 surah ad-Dukhan mendeskripsikan secara indah Mesir zaman Fir'aun. Ada beragam taman permai, kebun-kebun subur dan mata-mata air yang menyejukkan. Puri nan megah berderet dengan tiang tinggi serta besar. Kesenangan-kesenangan terpampang.
Dalam perspektif saya, ketika Fir'aun mati, terjadi kudeta. Hyksos (penguasa asing) mengambil alih tampuk kepemimpinan di Mesir. Di momen itu, Ibu Kota Pi-Ramesses yang berada di Delta Nil, lengang. Segelintir pengawal hanya bertugas menjaga istana dan keluarga Fir'aun. Pasalnya, segenap armada perang dikerahkan mengejar Nabi Musa. Pengamanan yang longgar, memicu kelompok internal enteng merampas kendali kekuasaan. Takhta, harta serta dayang-dayang Fir'aun pun direbut tanpa perlawanan oleh Hyksos. Rezim baru ini duduk empuk di singgasana setelah mencoleng Pschent, mahkota resmi Fir'aun.
"Kami wariskan seluruh pusaka Fir'aun kepada kaum yang lain" (ad-Dukhan: 28).
Kudeta di Mesir alpa dikisahkan sejarah karena ordo ulama klasik sampai kontemporer mengalami euforia. Mereka girang berkat Nabi Musa bersama partisannya terbebas dari serangan Fir'aun.
"Hyksos di Mesir barangkali golongan elite yang memperoleh kekuasaan dari dalam", simpul Chris Stantis, arkeolog di Universitas Bournemouth di Poole, Inggris, dalam sebuah acara di Science News.
Hyksos merupakan imigran kelahiran Mesir yang menetap di daerah Timur Delta Nil. Mereka berpangkal dari Levant. Puak ini mulai hijrah di periode Kerajaan Pertengahan (2040-1633 sebelum Masehi) pada trah ke-12 Mesir.
Hylsos menjadi dinasti asing pertama yang menguasai Mesir. Pascakudeta, mereka memindahkan Ibu Kota ke Avaris (Tell el-Dab'a) di Timur Laut Delta Nil, 120 kilometer di Utara Kairo. Hyksos berkuasa selama tahun 1638-1530 sebelum Masehi dengan membentuk empat wangsa penguasa Mesir.
Tengkorak Luka
Di tarikh 1881, sebuah mumi ditemukan secara utuh pada reruntuhan di Thebes, Ibu Kota Mesir bahari. Mumi berambut bergelombang dengan warna merah (cymnotricche leucoderma) ini sampai sekarang belum dapat diidentifikasi secara jitu. Kini, mumi tersebut dipamerkan di Museum Nasional Peradaban Mesir.
Benarkah mumi ini Fir'aun? Benarkah ia Kepala Negara Mesir pada fase purbakala? Kita tidak punya tongkat sakti sebagaimana milik Nabi Musa yang ampuh membelah Laut Merah. Kita tak punya tongkat bertuah untuk membedah jati diri mumi bersangkutan.
Mungkinkah mumi itu adalah Ramses II, putra Seti I yang lahir pada 1303 sebelum Masehi? Ramses merupakan kaisar ketiga dari dinasti ke-19 emir Mesir. Ia dilantik sebagai raja pada 31 Mei 1279 sebelum Masehi. Ramses memimpin Mesir selama 66 tahun. Ia bergelar Ramses Agung. Di media purba Yunani, ia masyhur sebagai Ozymandias. Ramses mangkat di usia 90 tahun pada Juli 1213 sebelum Masehi.
Sebagian periset berkepastian jika mumi di Museum Nasional Peradaban Mesir adalah Merneptah, anak ke-13 dari 162 anak Ramses II. Merneptah memerintah Mesir selama hampir satu dasawarsa. Ia naik takhta pada Agustus 1213 sebelum Masehi. Merneptah meninggal pada 2 Mei 1203 sebelum Masehi.
Pada Ahad, 3 Syawal 1396 (26 September 1976), di Museum Etnologi Paris, profesor Maurice Bucaille bersama profesor Pierre-Fernand Ceccaldi memverifikasi tengkorak mumi yang diterbangkan dari Museum Nasional Peradaban Mesir. Di mumi tersebut ada jejak guncangan keras di bagian belakang perut, dada dan tengkorak. Luka ini diperkirakan gara-gara hempasan gulungan gelombang. Ini setakar firman Allah. "Kami mencampakkan mereka ke laut" (al-Qashash: 40).
Di raga mumi, melekat sisa-sisa garam. Ini bukti kalau Fir'aun tenggelam. "Kami tenggelamkan semua di laut" (az-Zukhruf: 55).
"Pada hari ini, Kami selamatkan jasadmu supaya menjadi pelajaran bagi manusia yang datang sesudahmu." (Yunus: 92).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar