Kamis, 26 Mei 2022

Rindu Berbuah Iapim


Rindu Berbuah Iapim
Oleh Abdul Haris Booegies


     Angkatan pertama (1975-1981) Pesantren Modern Pendidikan al-Qur'an IMMIM merupakan alumni dengan simpul persaudaraan yang teramat kental.  Di pondok, mereka tak punya kakak kelas.  Tidak aneh jika Armada 7581 menyebut pimpinan kampus dengan istilah "akhunaa" (kakak kita).
     Angkatan pertama hidup dalam suasana sangat sederhana.  Asrama hanya satu yakni Rayon Datuk Ribandang.  Ranjang mereka cuma dipan dari potongan papan.
     Ilalang dan tumbuhan liar berkembang di sekeliling area kampus.  Suara jangkrik serta kepak sayap burung di malam hari, acap terdengar.  Di musim hujan, katak jantan di rawa-rawa di belakang asrama Datuk Ribandang, turut berdendang.  Hewan amfibi tersebut bersenandung untuk menarik perhatian kodok betina.  Musim hujan merupakan musim kawin bagi katak.  Maklum, banyak serangga keluar sarang.  Cacing-cacing pun muncul ke permukaan.  Ini santapan sedap bagi kodok.
     Sore kala hujan, santri berbaring menyembunyikan diri di balik sarung.  Bau apek sarung terasa lantaran sudah sebulan belum dicuci.  Seprai kotor ikut menambah runyam.  Pasalnya, membuat kulit gatal.  Mencuci gampang, namun, sabun tak ada.  Ini gara-gara kiriman uang telat.
     Serba terbatas di pondok memantik rasa persaudaraan yang erat.  Dalam keterbatasan, santri menyatukan tekad.  Setelah terkurung selama enam tahun, mereka pun terbebas.  Rantai aturan terlepas.
     Beberapa hari seusai tamat, ada rindu merayap di sanubari angkatan pertama.  Segenap alumni yang terpisah, rindu untuk berkumpul bersama.
     Di tarikh 1981, transportasi minim.  Menunggu mikrolet (petepete) di Sentral untuk ke Daya bisa mencapai setengah jam.  Di masa itu, juga belum ada alat komunikasi semacam ponsel.  Pesantren IMMIM saja baru memiliki jaringan telepon pada 1984.  Antenanya menjulang setinggi 20 meter di belakang aula.
     Di tengah keterbatasan komunikasi dan transportasi, mencuat tekad.  Alumni Pesantren IMMIM wajib mempunyai wadah berhimpun.  Amir Mahmud, Ansar Ilyas, Indra Jaya Mansyur, Khairuddin SB bersama Muhammad Nur Anugrawan, akhirnya bersepakat dalam kesepahaman.  Mereka menggodok konsep awal untuk mendirikan serikat alumni.
     Pada Rabu, 9 September 1981, lima penggagas ini menghadap ke Fadeli Luran, pendiri Pesantren IMMIM.  Mereka berkonsultasi mengenai pembentukan perhimpunan.  Alumni perintis ini merasa perlu ada forum komunikasi serta pertukaran informasi antarlulusan.
     Pada Kamis, 10 September 1981, sejumlah angkatan pertama bersua di kediaman Ansar Ilyas di Jalan Cendrawasih.  Mereka bersiap melahirkan himpunan alumni.
     Sebenarnya, seluruh 32 alumni pertama Tamalanrea dan Minasa Te'ne, diundang untuk hadir.  Kendala komunikasi serta transportasi, tidak dapat dihindari.
     "Ketika kami datang ke rumah Ansar Ilyas, hampir semua naik mikrolet.  Tak ada yang naik motor.  Sebagian belum ada yang memiliki motor, lainnya tidak tahu naik motor", kenang Zainal Abidin, hadratussyaikh alumni.
     Dalam pertemuan, disepakati mendirikan organisasi sosial kemasyarakatan bernama Ikatan Alumni Pesantren IMMIM (Iapim).
     Khairuddin SB secara aklamasi lantas dibaiat sebagai ketua Iapim.  Inilah awal narasi-narasi besar Iapim.  Pada Kamis, 10 September 1981 ini pula, gagasan-gagasan besar kerap tercetus dari Iapim.

Duo Sakti
     Setahun sesudah pendirian Iapim, organisasi ini makin kokoh berkat kehadiran alumni kedua yang dimotori oleh Andi Nurzaman Razaq bersama Syamsulbahri Salihima.  Kedua alumni bukan orang sembarang.  Mereka tertoreh sebagai aktivis di UIN Alauddin.  Duo sakti ini sering bertandang ke rektor untuk pengembangan mahasiswa dan pramuka.
     Pada 1987, Nurzaman yang disapa kak Maman terpilih sebagai ketua Senat Fakultas Adab.  Ia juga dua kali terpilih sekretaris umum Iapim di periode Anshar Ilyas serta Mappinawang.  Pada 1987, Syamsulbahri yang akrab dipanggil kak Sambas terpilih ketua Iapim.
     Berikut susunan ketua Iapim periode pertama sampai sekarang.
     Khairuddin SB
     Muhammad Nur Anugrawan
     Ansar Ilyas
     Mappinawang
     Syamsulbahri Salihima
     Indra Jaya Mansyur
     Ahmad Fathanah
     Mustafa Irate
     Muhammad Imran Yusuf
     Mappinawang
     "Secara resmi, Iapim berdiri pada 1984.  Program pertama antara lain meregistrasi alumni.  Sosialisasi Iapim ke Pesantren IMMIM Putra-Putri.  Diadakan pula Program basic pascawisuda di pesantren.  Ini semacam orientasi untuk diterima sebagai warga Iapim", ungkap Nurzaman.
     Sekretariat pertama Iapim berada di samping kantor Fadeli Luran di Gedung IMMIM di Jalan Jenderal Sudirman.  Tatkala Syamsulbahri terpilih ketua, sekretariat pindah ke sisi Gedung IMMIM di Jalan Sungai Lariang.  Jarak antara sekretariat pertama dengan kedua sekitar 15 meter.  Dengan berjalan kaki, bisa ditempuh 10 detik.
     Pada pertengahan 1986 saat saya mengikuti program basic, terlintas seberkas info.  Pernah ada pakaian pelopor Iapim dipajang di dinding sekretariat.  Busana lusuh penuh debu dan bercak cat tersebut dikenakan ketika merancang serta memoles sekretariat.  Kalau ada yang merasa mengambil, mohon dikembalikan.  Soalnya, itu adalah inventaris Iapim yang kini tergolong artefak purbakala.  Bernilai tinggi!

Fanatisme Angkatan
     Memasuki 1990, Iapim secara perlahan terus menunjukkan kegiatan-kegiatan positif.  Anggota Iapim menancapkan citra sebagai sekelompok anak muda bermutu.
     "Iapim menjadi wadah pemenuhan kebutuhan bagi alumni.  Iapim merupakan sistem nilai dari sumber daya insani untuk mendesain totalitas karya di tengah umat", tutur Mahmuddin Achmad Akil dari Divisi 8288.
     Memasuki milenium ketiga, Iapim tetap mempertahankan dominasi dinasti 80-an sebagai pucuk pimpinan organisasi.  Tak ada angkatan 90-an maupun alumni milenial yang pernah menjadi Grand Syaikh Iapim.
     "Perlu ada kaderisasi sebagai regenerasi.  Ini untuk melanjutkan estafet perjuangan Iapim.  Jangan monoton.  Akibatnya, terkesan stagnan", ujar Nur Miati Aminuddin dari Korps 7985.
     Dewasa ini, Iapim menghadapi setumpuk tantangan, termasuk internal.  Iapim harus realistis, jangan ada fanatisme angkatan atau kelompok.  Memaksakan alumnus lapuk rasa rongsokan sebagai ketua, tentu tidak realistis.  Sebab, kesibukan di luar aktivitas organisasi mempengaruhi keseriusan mengelola Iapim.
     Di era metaverse, Iapim sudah usang bila hanya mau kumpul kangen demi bernostalgia.  Aplikasi video call di ponsel dan video conference mampu menjadi solusi jika cuma cuap-cuap tentang zaman old di almamater.
     Kita berharap ada peremajaan, terutama memunculkan alumni Moncongloe sebagai Iapim 1.  Tenaga segar sanggup menjadi lokomotif untuk mendorong 42 gerbong Iapim.  Figur milenial akan menata struktur organisasi demi mengoptimalkan efektivitas komunikasi, koordinasi serta kolaborasi antaralumni.  Hatta, awak Iapim leluasa bergandeng dalam ikhtiar.
     Di tangan alumni milenial, ekspektasi digaungkan agar visi bisnis Iapim turut terpacu.  Hingga, ada Departemen Pengembangan Karier (Career Center) dalam jenjang Iapim.  Lembaga ini untuk menyalurkan minat alumni yang tertarik mengembangkan bisnis.  Selain itu, menggagas Departemen Co-Branding untuk konsolidasi dalam kemitraan guna memaksimalkan ekuitas merek.
     Career Center dan Co-Branding bakal memicu program-program bisnis, khususnya niaga ukhrawi.  Alhasil, dua tahun mendatang ada "Pertemuan Saudagar Iapim".  Keren bangets...!

Narasumber
Andi Nurzaman Razak
Mahmuddin Achmad Akil
Muhammad Imran Yusuf
Nur Miati Aminuddin
Zainal Abidin


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Amazing People