Senin, 16 Mei 2022

Reformasi Alumni Moncongloe


Reformasi Alumni Moncongloe
Oleh Abdul Haris Booegies


     Ada slogan dari hati ke hati bahwa persatuan sesama warga Ikatan Alumni Pesantren IMMIM (Iapim), teramat kental.  Tak ada rasa marah maupun dendam di hati para alumni Pesantren IMMIM.  Bahkan, ketika mereka dibinatang-binatangkan secara verbal.
     Syahdan, seorang alumnus Pesantren IMMIM merancang sebuah eksperimen mutakhir yang belum pernah ada sejak manusia pertama.  Ia berteori bahwa orang yang merapatkan gigi atas dengan bawah kemudian membuka lebar bibir.  Setelah itu mengeluarkan tawa "ha ha ha", niscaya tidak bisa melihat tangannya yang dijulurkan di depan.  Cobalah.
     Kalau sudah mempraktikkan, berarti Anda mirip kuda yang meringkik akibat digetik biji pelirnya.  Tak usah marah.  Ini sekedar guyon sesama alumni.  Silakan balas dendam dengan teman atau tetangga.  Sebab, kalian pasti sebal lantaran dikerjai secara vulgar karena dituding persis kuda meringis.
     Alumni yang berkolaborasi di Iapim, dari hari ke hari terus menggeliat dalam kreasi.  Mereka bergandeng dalam ikhtiar demi mengekspresikan diri.
     Sejak berdiri pada Kamis, 10 September 1981 (12 Zulqaidah 1401), Iapim rupanya kelabakan dari sisi kader.  Ketua Iapim cuma berasal dari angkatan 80-an.  Ada malahan kicau burung yang ditebar angin bahwa Iapim 1 wajib berasal dari angkatan pertama sampai keenam.  Di luar angkatan ini, mereka dianggap masih di bawah umur.  Anak bawang yang bau kencur.  Ibarat nonton di bioskop, mereka tidak diperkenankan menyaksikan film hot akibat usia di bawah 17 tahun.

Pesimisme Megalomaniak
     Begitu memilukan bahwa Iapim dengan anggota sekitar 5.000 alumni yang tamat di pesantren, tak punya kader.  Apakah tokoh lapuk dari era 80-an tidak merasa malu mengincar terus posisi Iapim 1?  Milikilah secuil malu agar tak merampas hak angkatan muda Iapim.
     Jangan merampok kewenangan alumni milenial, khususnya generasi Moncongloe.  Kelak, sejarawan bersama peneliti akan heran.  Mereka tidak habis pikir.  Mengapa alumni 80-an, khususnya generasi berlian (1975-1981 sampai 1980-1986) tak sudi melakukan estafet kepemimpinan di Iapim?  Mengapa mereka keras kepala!  Mengapa mereka kepala batu!
     Alumni milenial rumit berkembang gara-gara pengaderan macet.  Pengaderan yang pampat pasti tanggung jawab ketua-ketua sebelumnya yang berasal dari dinasti 80-an.
     Alumni Moncongloe (2018-2022) merupakan generasi baru yang berhak tanpa syarat menjadi Iapim 1.  Anehnya, mereka hanya memandang kosong tanpa rasa prihatin kala haknya dikangkangi oleh alumni terdahulu.  Sangat mengherankan bahwa alumni milenial justru apatis.  Alumni 80-an bermental megalomaniak, sementara alumni milenial dibekap pesimisme.  Sebuah kombinasi sempurna untuk kehancuran organisasi.

Entitas Kreatif
     Bila nanti Iapim 1 masih direbut wangsa 80-an, saya mendukung 100 persen alumni Moncongloe untuk membuat wadah berhimpun lain.  Hegemoni Moncongloe mutlak tampil di lembaga berbeda guna mengekspresikan diri.  Mereka layak membuat organisasi tandingan dengan nama Serikat Alumni Pesantren IMMIM Moncongloe (SAPIM).
     Suara azan telah berkumandang.  Kini, momen bagi alumni Moncongloe untuk bergerak mendesain Iapim milenial sebagai tandingan Iapim kolonial.  Gaungkan sekarang reformasi demi menata pergerakan lulusan Pesantren IMMIM di masa depan.
     Tanpa SAPIM, niscaya alumni milenial bakal terus berada di bawah bayang-bayang generasi berlian (1981-1986).  Tamatan milenial tidak akan berkembang sebagai sebuah entitas mandiri yang kreatif.  Sia-sia seluruh potensi alumni milenial jika tak merancang organisasi tersendiri.
     Kehadiran SAPIM bakal menambah amunisi perjuangan untuk membangun Indonesia lebih maju.  SAPIM akan membuat figur-figur tua Iapim meringis persis kuda yang dijentik biji pelirnya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Amazing People