James Bond
Oleh Abdul Haris Booegies
“You know the name, you know the number”
bermakna seorang ksatria Inggris yang sakti.
Namanya James Bond dengan kode 007 yang menandakan ia memiliki lisensi
untuk membunuh. Pria ulet dengan selera
humor tinggi itu sarat dengan tradisi Negeri Lady Diana. Hingga, rona penampilannya terkesan British dan sangat English. Tokoh Inggris yang
abadi tersebut adalah petualang jantan sejati di lingkungan yang beraroma mesiu
serta parfum. Ia cerdas, lihai
baku-tarung dan bertenaga menaklukkan hati wanita sampai terlena di atas
bantal.
Bond yang macho, dandy, gentleman, gallant
sekaligus lady killer, identik pula
dengan teknologi canggih. Di tiap episodenya
yang serba gemerlap, ia selalu bersanding bersama senjata yang unik nian. Alhasil, agen yang malang-melintang di dunia
spionase itu enteng menekuk mampus bandit maniak.
Detektif terbesar
sepanjang masa tersebut punya kendaraan berdimensi mustahil dengan sinar laser. Mobilnya sanggup mengarungi darat, laut maupun
udara. Kendaraan roda empat terbarunya
yang anti-peluru malahan dilengkapi rudal Stinger. Ia pun memiliki arloji dengan gergaji
otomatis serta bom mini berupa pulpen.
Kemudian alat peledak yang mengeluarkan asap kalau Bond menyiulkan Rule Britannia. Spion dari Dinas Rahasia Kerajaan Inggris MI6
yang mengandalkan pistol Walter PPK 7.65 mm itu, juga punya ikat pinggang yang
dapat diulur buat pendakian darurat. Ia
didampingi pula korek yang menyemburkan api raksasa. Semua “onderdil keberuntungan” dengan
sentuhan teknologi milenium tersebut, dirakit oleh Mr Q, ahli persenjataan.
Teknologi modern
yang senantiasa memoles sepak-terjang Bond adalah sebuah mata rantai dalam
mengurai alur problem. Kehebatannya
berkelahi, menembak jidat musuh dan menggoda makhluk molek, belum dibilang jago
tanpa sederet persenjataan berteknologi apik.
Keandalan
teknologi tersebut mencerminkan bila manusia mutlak menguasai teknologi. Sebab, teknologi bisa menopang produktivitas
warga dunia. Di samping itu, juga teknologi
merupakan juru selamat dalam mengarungi bentangan perangkap lawan.
Silsilah
teknologi memperlihatkan jika puncak energi “perkakas bantu” manusia tertoreh
penuh hikmat dalam rangkaian agung sejarah Islam. Kala itu, teknologi bergemuruh tiada tara serta
tanpa banding. Di zaman pembangunan
Kabah, misalnya. Nabi Ibrahim memiliki
batu safir (yaqut) yang dinamakan Maqam Ibrahim (tempat berdiri Nabi
Ibrahim). Wahana melayang tersebut
dipakai menyusun batu-batu pembentuk dinding Baitullah. Benda itu berfungsi seperti pesawat mini yang
bertautan dengan pikiran Nabi Ibrahim.
Arkian, materi Surga yang sisinya tidak rata dengan panjang 36 cm dan
tinggai 20 cm tersebut, mampu bergerak horisontal sekaligus vertikal.
Di era Nabi
Sulaiman termaktub kisah menyangkut Flying
Carpet yang melanglang bebas di bibir orbit planet. Kekuasaan putra Nabi Daud yang meliputi
hamparan angin, menjadikannya leluasa menyeberangi segala atap pelosok negeri
dengan selembar permadani. Pasalnya,
Nabi Sulaiman dianugerahi pengetahuan ketakterhinggaan duniawi yang menyentuh
pola rekayasa arah serta kandungan udara.
Sementara di masa Nabi Muhammad, terdapat alat angkut yang dinamakan
Buraq. Kendaraan bak kilat khusus super
kencang itu sanggup menembus kepekatan malam gulita nan sunyi.
Teknologi Maqam Ibrahim, Flying Carpet dan Buraq merupakan warisan berlian emas
dalam sejarah olah pikir. Superioritas
tersebut seyogianya mengilhami kaum Muslim zaman sekarang agar bercinta mesra
dengan teknologi. Maklum, dengan teknologi,
seorang dai Ibu Kota dapat berceramah subuh di surau dusun terpencil dengan
mengendarai helikopter. Hatta, menjelang
pagi, ia tiba kembali di kediamannya guna menghirup secangkir kopi hangat.
Dengan teknologi,
para ustaz maupun kyai mampu menyerukan bahaya api Neraka lewat dakwah inovatif
berkemasan mutakhir yang segar. Berkat
sepotong teknologi, ulama sanggup menyampaikan fatwa terbaru via telepon genggam
secara serentak. Teknologi malahan
membuat golongan Mukmin punya akses di media komunikasi dalam era digital demi
mengetahui saudara seaqidah di segenap penjuru dunia.
Aneka kedahsyatan
teknologi, mempertontonkan kalau wujudnya merupakan suatu mata rantai yang
menempa manusia bertahan hidup.
Teknologi tersebut yang sesungguhnya memberikan secarik tiket kehidupan
kepada Bond di tengah puing-puing nista Blok Timur (Uni Soviet bersama
komunisme). Ia bisa menghipnotis insan
Federasi Mondial perihal kejayaan teknologi lewat hikayat spy-action yang mendebarkan jantung sekaligus menghibur hati.
Teknologi yang
berirama serta berdenting gita kemaslahatan dalam riwayat Mr Bond, layak
dipelajari sejak buaian ayunan gemulai sampai liang lahat senyap. Hingga, tercipta Generasi Tauhid yang siap
mengambil alih kendali permainan yang bertabur problematik jahanam. Apalagi, Islam dilandasi akar teknologi ultra-modern
maupun pedoman mulia berupa ayat-ayat Ilahi.
“Alif Lam Ra. Ini
Kitab yang Kami wahyukan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari
kegelapan menuju cahaya benderang dengan izin Tuhan yang Mahaperkasa
Mahaterpuji” (Ibrahim: 1).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar