Senin, 04 Desember 2023

Santri dan Artis


Santri dan Artis
Oleh Abdul Haris Booegies


     Cerita di bawah merupakan penggalan sepotong hari dari diari.  Ini momen syahdu yang dialami lima santri IMMIM kelas IV.  Peristiwa terjadi pada Rabu, 5 Oktober 1983 (28 Zulhijah 1403).  TKP di bioskop New Artis dan sekitarnya.
     Pukul 15.00, saya bersama Zulkifli ke Artis II.  Kami naik Vespa milik pak mantri.  Zulkifli nonton Maju Kena Mundur Kena.  Saya tak ikut nonton karena malas terkekeh-kekeh dalam bioskop menyaksikan kekonyolan Dono cs.
     Saya lalu ke New Artis karena bosan menunggu Zulkifli yang asyik nonton.  Tidak berselang lama, Wati muncul.  Ia karyawati New Artis.
     Wati kemudian berkisah kalau tadi malam Roy Marten hadir di New Artis.  Ia mempromosikan film Tapak-tapak Kaki Walter Mongisidi.  Tadi malam memang film ini diputar perdana di New Artis.  Harga karcis Rp 7.500 untuk pertunjukan pukul 20.00 serta 22.00 selama dua hari pada 4 dan 5 Oktober.
     Setelah bertukar cerita dengan Wati, saya memintanya memasukkanku ke bioskop.  Saya pun diselundupkan ke dalam gedung untuk nonton.  Ini namanya santri mujur karena nonton gratis.
     Pukul 17.00, pertunjukan selesai.  Saya segera ke Artis II menemui Zulkifli.  Kami akhirnya berboncengan untuk pulang ke Pesantren IMMIM.
     Di perjalanan, saya melihat Ahmad Hidayat, Ahmad Natser bersama Hesdy Wahyuddin.  Ketiganya berjalan kaki.
     "Mau ke mana?"  Saya
bertanya.
     "Pulang ke kampus", ujar mereka serentak.
     "Pukul 22.00 nanti, ada film hot di Artis II", ujarku berpromosi sambil mengacungkan jempol.
     "Betul?"
     "Ya".
     "Kalau begitu, kita ke Artis".
     Saya dengan Zulkifli lalu melaju ke pesantren.  Sementara Hidayat, Natser serta Hesdy yang dipanggil Oge, balik badan menuju ke Artis.
     Di pesantren, saya bergegas mandi lantas bertukar busana.  Satu jam berikutnya, kami sudah di New Artis.  Suasana di bioskop terlihat ramai.
     Pukul 20.00, film Mongisidi diputar.  Kami lima santri IMMIM cuma mengobrol di halaman bioskop.  Kami menunggu waktu.  Berharap jam 10 malam selekasnya tiba.
     Di lobi New Artis, mendadak muncul Roy Marten.  Ia duduk di sofa menghadap ke Timur.  Kami lima santri IMMIM lantas menengok ke dalam lobi.  Ternyata ini orangnya Roy Marten.
     Baru kali ini saya lihat bintang film.  Kami lima santri IMMIM cuma berjarak dua meter.  Sayangnya, ia di dalam lobi.  Sementara kami di luar.  Terhalang dinding kaca.
     Kami lima santri IMMIM bangga memandang Roy Marten.  Ini aktor populer yang setara Robby Sugara maupun Rano Karno.
     Pukul 22.00, saya nonton film Mongisidi di New Artis.  Zulkifli ke bioskop Makassar.  Sedangkan Hidayat, Natser serta Hesdy ke Artis II untuk nonton The Lady Tenant Next Door.
     The Lady Tenant Next Door dibintangi oleh Edwige Fenech, aktris Italia yang doyan bugil.  Tidak terbayang di kepala, tiga santri IMMIM sekarang sedang menahan nafas menyaksikan kemulusan tubuh Edwige Fenech.  Sudah mulus, bening pula kulitnya.  Air liur mereka pasti meleleh kala Edwige Fenech melepas  kutang.  Mana tahan...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Amazing People