Rabu, 26 Oktober 2022

Haman


Haman
Oleh Abdul Haris Booegies


     Piramida identik dengan Fir'aun.  Gerha limas kuno itu digunakan sebagai wadah untuk menyimpan jenazah raja-raja Mesir.  Luas dasar Piramida cukup beragam.  Dari 138 Piramida di Mesir, ada yang mencapai 55 ribu meter persegi dengan tiap sisi seluas lebih 20 ribu meter persegi.
     Penguasa Mesir sebagaimana di bentala lain disebut raja (malik).  Istilah raja terselip di surah Yusuf ayat 43, 50, 54, 72, 76 serta 100.  Fir'aun sebenarnya nama seorang kaisar, bukan julukan untuk para penguasa Mesir.  Kalau Fir'aun merupakan gelar, berarti ada Fir'aun I, Fir'aun II, Fir'aun III, Fir'aun XXX sampai beberapa nomor urut.  Apalagi, Mesir dikuasai selama tiga ribu tahun oleh puluhan dinasti.  Satu trah terdiri atas sejumlah raja.
     Dalam pelbagai pustaka ultramodern yang dikarang oleh individu paling genius di dunia, tidak ditemukan Fir'aun IV, V, VI, D (500) atau M (1.000).  Sebab, Fir'aun tiada lain nama seorang sri paduka yang memerintahkan pembangunan Menara Langit.  Ia sekurun Nabi Musa dan Nabi Harun.
     Piramida merupakan monumen kerucut dengan empat sisi rata yang banyak menyita perhatian egiptolog (ahli Mesir kuno), sejarawan, arkeolog, arsitek, geologiwan, geograf serta astronom.  Mereka terpesona karena piramida dinilai tumpukan batu yang dikreasi secara anggun dan kolosal.  Ada Piramida terdiri atas 2.300.000 blok batu.  Berat batu antara dua sampai 50 ton.
     Semua takjub dengan Piramida berkat manusia di era sebelum Masehi, telah akrab dengan teknologi konstruksi yang canggih.  Nyaris seluruh periset level mondial sepakat jika batu-batu di Piramida diangkut atau diseret untuk dirangkai.  Bila hipotesis tanpa data ini sahih, bermakna Fir'aun punya perkakas pengangkut material horizontal serta vertikal semacam wheel mounted crane, truck mounted crane, rail mounted crane dan free standing crane.  Fir'aun barangkali memiliki pula buldoser, excavator, scraper, compactor, rear dump truck serta motor grader untuk meratakan tanah.
     Alat-alat berat versi Mesir sampai kini tak ditemukan.  Bahkan, teks-teks pembuatan Piramida tidak tersedia.  Ini menandaskan bahwa cara membuat Piramida atau bangunan lain merupakan ihwal lazim di Mesir.  Layaknya kalau nenek mau bikin onde-onde, tak perlu ditulis panduannya dalam bentuk buku atau video untuk diwariskan ke cucu-cicit.

Aneka Teori
     Elon Musk menuding bahwa Piramida dibangun oleh Alien.  Tuduhan ini tersua di ciutannya di Twitter pada Jumat, 31 Juli 2020 (10 Zulhijjah 1441).  CEO SpaceX dan Tesla ini akhirnya direspons oleh egiptolog yang juga mantan Menteri Negara Urusan Kepurbakalaan Mesir Zahi Hawass bersama Menteri Kerjasama Internasional Mesir Rania al-Mashat.
     Elon Musk pasti takjub dengan Piramida.  Soalnya, mustahil ada sistem pengangkutan material untuk membangunnya.  Jika bukan Alien, bagaimana manusia begitu cekatan mengeset Piramida dengan batu seberat dua sampai 50 ton.  Piramida Agung Giza, misalnya, beratnya ditaksir mencapai 5,9 juta metrik ton dengan volume 2,5 juta meter kubik, setara 88 juta kaki kubik.
     Bertahun-tahun kita disuguhi variasi premis mengenai cadas seputar pembangunan Piramida.  Sebagai umpama, 85 persen bebatuan yang dipakai dalam konstruksi Piramida merupakan batu pasir halus.  Batu-batu tersebut bersumber dari galian yang tidak jauh dari lokasi Piramida.
     Para peneliti dari University of Liverpool serta French Institute for Oriental Archaeology di Kairo menemukan sisa-sisa suatu landasan.  Berumur sekitar 4.600 tahun.  Mereka menemukannya di tambang Hatnub di padang pasir Mesir.  Para ekspeditor ini berasumsi bahwa bangsa Mesir menggunakan gerobak luncur demi mengangkut balok batu.  Kereta itu diikat dengan mengaplikasikan tali tebal ke tiang kayu.  Pekerja leluasa menariknya dengan kemiringan landasan sekitar 20 persen.  Alhasil, balok-balok pualam tersebut enteng ditarik keluar dari parit.
     Berbilang divisi kuli mengangkut batu kapur dengan mengendarai perahu menyusuri sungai Nil.  Jarak tambang ke Giza mencapai 18 km.
     Postulat lain menegaskan bahwa Piramida didirikan dengan cadas yang diimpor dari Luxor.  Bebatuan ini lantas digotong ke Giza dengan perahu melewati sungai Nil.  Jarak Luxor ke Giza mencapai 900 km.
     Segenap spekulasi ini menyisakan pertanyaan.  Bila batu itu dikeruk dari lombong, mana contoh batu dari tambang tersebut sekarang?  Kalau diseruk dari gunung, mana ampas bukitnya?  Jika ditarik dengan tali memakai tiang, mana bukti yang tersisa?  Papirus (Cyperus papyrus) dengan hieroglif saja dapat bertahan melewati zaman maupun generasi sampai 4.000 tahun.  Apalagi tali tebal dan tiang panjang.  Lebih parah lagi teori pengangkutan lewat sungai Nil.  Percayalah, dari jutaan ton balok batu itu, pasti ada yang tercemplung ke sungai.  Boleh jadi batu tersebut jatuh menggelinding gara-gara perspektif kesalahan manusia atau perahu karam.  Sampai kini, justru tak ditemukan adanya batu Piramida di dasar bengawan Nil.
     Profesor Gilles Hug dari Amerika serta Dr Michel Barsoum asal Perancis menegaskan bahwa Piramida di Giza dibina dari batu alam dan cadas yang diproduksi secara manual.  Cara pembuatannya ialah dibakar dengan kayu.  Menurutnya, arsitek Mesir purba menggunakan tanah model bubur.  Kedua cendekiawan memprediksi bila pembakaran lumpur itu dicampur dengan adonan kapur.  Usai diolah di tungku perapian, campuran tersebut dipanaskan dengan uap air garam.  Fase selanjutnya yaitu menuang ke cetakan di dinding piramida sebelum mengeras bak karang natural.
     Ilmuwan Belgia Guy Demortier berkeyakinan kalau Piramida terbuat dari unsur tanah liat.  Pada 1981, profesor Joseph Davidovits meneliti batu Piramida di Giza.  Ia mengamati dengan mikroskop elektron.  Direktur Institut Geopolimer Perancis itu menemukan pola jejak reaksi cepat.  Ini merumuskan jika cadas tersebut terbuat dari lumpur.  Teori "tanah liat" yang dikemukakan oleh Davidovits diperoleh sesudah melakukan penelitian selama 20 tahun.
     "Bakarlah tanah liat untukku, Haman.  Bangunlah menara bagiku supaya saya bisa naik memandang Tuhan yang dipuja-puji Nabi Musa" (al-Qashash: 38).

Batu Rosetta
     Haman (هَامٰنَ) di luar Islam beken dengan sebutan Imhotep.  Haman versi al-Qur'an sempat diolok-olok oleh gerombolan orientalis.  Pasalnya, dalam Kitab Ester di Perjanjian Lama diungkap bahwa Haman merupakan pembesar di kerajaan Persia, bukan di Mesir seperti manuskrip Ilahi dalam Islam.  Ia diperkirakan hidup 1.100 tahun pascawafat Nabi Musa.
     Dalam Tanakh (Alkitab Ibrani), tertoreh nama Haman di Gulungan Ester.  Di Perjanjian Lama, Ester merupakan kitab terakhir bagi kanon Alkitab Protestan.
     Di Kitab Ester pasal 3 ayat 1-8, saya menemukan 10 nama Haman.  Pakar menengarai bila kebangsaan Haman menimbulkan simpang-siur.  Musababnya, Haman dianggap nama Persia.  Sedangkan teks Masorah menekankan kalau Haman orang Amalek.  Haman merupakan putra Hamedata yang terdaftar sebagai keturunan Agag, raja bangsa Amalek.  Kaisar Ahasyweros (Xerxes) kemudian mengangkat Haman sebagai pembesar kerajaan Persia.  Ini Haman versi Bibel.
     Pada 15 Juli 1799, seorang perwira dari pasukan Napoleon Bonaparte bernama Pierre François Xavier Bouchard, menemukan Batu Rosetta (حجر رشيد) di Port Saint Julien, el-Rashid (Rosetta) di Delta Nil.  Prasasti ini berupa lempengan cadas berukuran 112,3 kali 75,7 cm dengan tebal 28,4 cm.  Diperkirakan berasal dari tarikh 196 sebelum Masehi.  Informasi di batu granodiorit hitam tersebut ditulis dalam hieroglif, demotik serta Yunani.
     Di Batu Rosetta tercetak nama Haman yang terkait dengan Fir'aun.  Ia diidentifikasi sebagai kepala urusan istana Mesir.  Di brevet karang itu diperoleh pula epigraf jika Haman teramat dipercaya oleh Fir'aun.
     Informasi al-Qur'an identik dengan Batu Rosetta.  Inskripsi tersebut mewartakan bila Haman merupakan ketua proyek konstruksi pekerja batu pahat.  Ia berpredikat Kepala Pematung, titel terhormat di Mesir klasik.  Sementara al-Qur'an mengesahkan Haman sebagai arsitek.
     Haman versi al-Qur'an didukung artefak purbakala.  Tidak disangsikan bahwa Haman di Mesir termaktub sebagai tokoh historis dari saga spektakuler.

Tower Angkasa
     Al-Qur'an enam kali menyebut nama Haman.  Kendati al-Qur'an tak rinci menerangkan biodata Haman, namun, dapat dipastikan ia sangat dekat dengan Fir'aun.  Haman juga berkolaborasi dengan Qarun, taipan yang diangkat sebagai bendahara kerajaan Mesir.
     Trio ini mampus mengenaskan.  Fir'aun bersama Haman tewas akibat tenggelam di Laut Merah.  Sedangkan Qarun ditelan Bumi.  Koalisi tiga serangkai ini pun khatam.
     Ada dua narasi besar perihal Haman di al-Qur'an.  Pertama, ia begitu benci kepada Nabi Musa dan umatnya.  Kedua, Haman merupakan figur di balik pembangunan Menara Langit.
     Saya menerjemahkan صَرۡحًا (bangunan tinggi) di surah al-Qashas ayat 38 serta surah al-Gafir ayat 36 dengan Menara Langit.  Sebab, tujuan Fir'aun mendirikannya yakni untuk melihat Tuhan.  Dari mercu itu, Fir'aun berimajinasi tiba di jalan yang mengarah ke pintu-pintu langit demi menatap Tuhan.
     Apakah Piramida adalah Menara Langit?  Di Edfu yang berlokasi di tepi Barat sungai Nil, ditemukan tujuh Piramida berundak.  Piramida bertingkat ini tidak punya ruang di bagian dalam.  Maklum, bukan pusara raja.
     Piramida berjenjang ini laksana berhias kornis, tonjolan pada tembok.  Hingga, tampak mirip tangga raksasa.  Arkeolog menduga kalau situs berundak ini dibangun agar sang prabu baginda Mesir leluasa naik guna mengintip aktivitas Ra, Dewa Matahari.
     Mungkinkah Piramida bertingkat ini Menara Langit yang dibangun Haman pada 40 abad silam?  Sengaja dibuat berjenjang supaya memudahkan Fir'aun memanjat ke puncak bangunan untuk mengamati Tuhan yang disembah Nabi Musa.
     Sayang sekali bahwa Piramida berlenggek ini cuma bertinggi 13 meter.  Bandingkan dengan Piramida Agung Giza yang tingginya 146,609 meter.  Piramida terbesar ini menjadi konstruksi tertinggi di dunia buatan manusia sampai abad pertengahaan.  Rekornya tumbang pascapembangunan gereja Lincoln di Inggris pada 1311.
     Ada sebuah lagi Piramida dengan gatra bersusun.  Terletak di Saqqara, 20 km dari arah Barat Laut Kairo.  Tingginya 60 meter dengan dasar persegi 120 meter kali 108 meter.  Sisi masing-masing mencapai 63 meter.  Piramida ini berselubung batu kapur tura.
     Tugu arsitektural tersebut masyhur sebagai Piramida Tangga.  Didirikan oleh Djoser yang bernama asli Netjerykhet.  Kaisar ini berkuasa selama dinasti ketiga Mesir.  Piramida Tangga dibangun dengan campuran batu dan tanah liat yang mencapai 330.400 meter kubik.
     Substruktur Piramida Tangga memiliki sistem terowongan.  Koridor itu membentuk labirin dengan panjang sekitar 5,5 km.  Bagian poros tengahnya sedalam 25 meter dengan lebar delapan meter.  Di bagian Timur Piramida Tangga, ada kuburan.  Ditemukan bangkai-bangkai manusia, termasuk wanita berusia 18 tahun.  Sementara mumi Djoser raib digondol maling.
     Elok dipastikan jika Piramida Tangga bukan Mercu Cakrawala buatan Haman.  Soalnya, ada makam?  Di mana sesungguhnya Menara Langit?
     Seorang kapten angkatan laut Denmark bernama Frederic Norden punya diari yang digubah pada tarikh 1737.  Ia berpendapat dalam buku Travels in Egypt and Nubia bahwa ada empat Piramida di dataran tinggi Giza, bukan tiga (Piramida Khufu, Piramida Khafre serta Piramida Menkaure).  Piramida keempat tersebut agak hitam dengan pucuk kuning.  Letak Piramida ini menjorok ke tengah di antara tiga Piramida.
     Frederic Norden tak berhalusinasi atau menilik fatamorgana di gurun.  Pasalnya, ada penulis lain yang membenarkan.  Piramida hitam itu disembunyikan atau gaib dari sejarah pada akhir abad ke-18.
     Setelah 4.022 tahun Haman membangun Menara Langit, kita pun tergoda mencarinya.  Menemukan situs primitif nan fantastis di masa Fir'aun bakal berdampak besar bagi peradaban manusia.  Teknologi konstruksi ala Haman akan mempengaruhi konsep arsitektur futuristis di periode milenium ketiga.
     Menara Langit merupakan puncak prestasi manusia dalam konstruksi bangunan dari jejak historis tempo dulu.  Tower Angkasa tiada lain jembatan antara Bumi dengan langit.  Di era tersebut, penduduk Mesir tidak mengenal tuhan kecuali Fir'aun.  "Saya tak mengetahui ada Tuhan bagi kalian selain aku" (al-Qashash: 38).  Siapa yang mencoba menyembah Ra, Dewa Matahari pemilik sungai Nil, bakal disembelih oleh "detasemen khusus 28.4".
     Tatkala Nabi Musa muncul kembali di istana bakda hijrah ke Madyan di negara bagian Ma'an di negeri Syam.  Fir'aun sontak murka, tersinggung sekaligus penasaran.  Maklum, Nabi Musa datang dengan agenda ukhrawi.  Ia membawa risalah dari Allah, Tuhan Tertinggi yang bersemayam di langit.
     "Fir‘aun bertitah, "Hai Haman!  Buatkan untukku sebuah menara agar saya tiba di jalan yang menuju ke pintu-pintu langit untuk melihat Tuhan yang disembah Nabi Musa" (al-Gafir: 36).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Amazing People