Wanita Ulet Pesantren IMMIM
Oleh Abdul Haris Booegies
Tatkala masih berstatus santri baru, terdengar tutur ayahanda tercinta Haji Fadeli Luran. Ia membanggakan posisi koki.
"Tiga kali sehari diadakan pesta di sini. Koki menyiapkan hidangan untuk sarapan, makan siang serta santap malam".
Narasi sederhana ini menegaskan bahwa ada sekumpulan perempuan yang teramat sibuk demi santri. Pukul 03.00 mereka bangun guna memulai pekerjaan rutin.
Dari lubuk hati terdalam, saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan dari relung jiwa kepada seluruh koki (bibi) periode 1980-1986. Mereka merupakan wanita ulet serta kuat. Tanpa koki, niscaya aktivitas para santri tidak berjalan normal. Koki dan dapur merupakan wadah konsolidasi santri agar solid belajar.
Selama enam tahun di Pesantren IMMIM, saya tak pernah mengalami masalah dengan makanan. Semua koki sangat baik dengan saya. Bahkan, bersikap manis. Saya memang malas ke dapur. Sebab, selalu makan di aula bila ada acara pihak luar semacam BKKBN, Pertanian atau Perkebunan. Kalau bosan dengan menu spesial aula seperti sup, kari serta ayam goreng, saya ke Pasar Barata menyantap nasi goreng. Terkadang juga menikmati coto di Warung Sanabo di sudut belakang pondok.
Daftar koki kelak dilampirkan di 100 SANTRI POPULER. Inilah nama koki tercinta yang menemani saya siang-malam di musim hujan maupun kemarau.
1. Mantang (kepala konsumsi aula)
2. Ibunda Taga (kepala koki)
3. Ny Suroso (dikenal dengan panggilan Bibi Jawa)
4. Hasni (teman sepermainan jika libur)
5. Hata
6. Damma
7. Ari
8. Sayya
9. Nadira (adik Sayya)
10. Rusni
11. Rusymi
12. Sariya
13. Sara'
14. Endang
15. Nonni
16. Amming
Tidak ada komentar:
Posting Komentar