Selasa, 08 September 2020

Pesantren IMMIM Sudah Terjual



 Pesantren IMMIM Sudah Terjual
(Bagian Kedua dari 13 tulisan)
Oleh Abdul Haris Booegies


     Selama beberapa hari ini sejak Sabtu, 5 September 2020, saya merindukan Rusman (Angkatan 86).  Ia sosok sabar yang tidak pernah mencampuri urusan orang lain.  Rusman tak mau melibatkan diri karena paham bahwa tiap orang punya urusan untuk diselesaikan sendiri secara mandiri.  Pelajaran moral dari Rusman yakni "jangan ikut campur kalau bukan urusanmu".
     Beberapa hari sesudah saya tamat dari pesantren, pimpinan kampus sempat berpesan.  Silakan bila ada yang ingin memberi saran ke pesantren.  Dengan catatan bukan kritik ekstrem.  Pasalnya, pembina lebih memahami kondisi pesantren.  Pembina punya kiat menghadapi dinamika santri.
     Ada sahabat karib saya selama enam tahun di pesantren.  Kini ia ketua yayasan.  Saya berkhayal nakal.  Bolehkah saya mencampuri urusan yayasannya atas nama persahabatan selama enam tahun di pesantren?
    Saya selalu berharap ada alumni mengikuti jejak Masrur Makmur La Tanro.  Ia sukses mendirikan pesantren Shohwatul Is'ad, sebuah pondok keagamaan favorit berbasis karakter.
     Di akhir Agustus 2020, alumni justru kasuk-kusuk mencampuri urusan Yasdic yang hendak mengembangkan Moncongloe.  Mereka rapat sampai jauh malam hanya untuk merongrong Yasdic.
     Alumni punya program kerja hebat.  Lebih baik berpikir mendirikan pesantren ketimbang mengurus sesuatu yang bukan wilayahnya.  Mengapa malu memetik pelajaran dari pribadi Rusman.  Ia tidak pernah mencampuri urusan orang lain.
     Gagasan Yasdic untuk menjual lahan merupakan revolusi agar tercipta energi baru di Moncongloe.  Ini tonggak spektakuler dengan mobilitas tinggi demi kemajuan pesantren.  Alumni sepantasnya mendukung kerja keras, kerja cerdas sekaligus kerja ikhlas Yasdic.  Begitu indah andai alumni menghormati integritas maupun otoritas Yasdic.  Bukan berdiri menentangnya penuh amarah akibat terbelenggu nostalgia.
     Jangan merasa jatuh gengsi karena mendukung Yasdic.  Gengsi alumni justru naik berlipat-lipat jika mendukung Yasdic.  Sebab, merintis proyek besar demi kebaikan adik-adik santri di masa depan.  Artefak-artefak yang dulu memuat seluruh kenangan di Tamalanrea harus diubah menjadi spirit untuk membangun Moncongloe.
     Perjalanan panjang alumni sudah mendekati finish lantaran terkikis usia.  Ada pergantian generasi.  Ada matahari baru bakal terbit di Moncongloe.  Inilah yang mutlak disambut oleh alumni.  Matahari baru berupa adik-adik santri yang akan mengisi sejarah panjang Pesantren IMMIM.
     Sejak tulisan Pesantren IMMIM Tidak Dijual terpublikasi di blog serta Facebook, mendadak muncul pernyataan sikap dari sejumlah unit alumni.  Semua sepakat tak mau menjual lahan Tamalanrea.
     Pernyataan ini dilandasi sikap emosional, bukan mewakili fakta sebenarnya.  Sebab, alibi "tanah wakaf" sekedar kamuflase.  Alumni merintangi penjualan karena berpegang teguh pada masa lampau yang merangkum seluruh nostalgia.  
     Opini publik dibentuk via narasi kabur bahwa lahan adalah tanah wakaf.  Padahal, sasaran utama ialah mempertahankan ikatan emosional di hamparan artefak yang bertebar di lahan Tamalanrea
     Ada pernyataan sikap menolak keras penjualan, namun, menawarkan diri untuk berdialog dengan Yasdic.  Saya geli campur malu membacanya.  Beleng-beleng.
     Sungguh mengherankan bahwa alumni merespons negatif tanpa jalan keluar.  Alumni yang selama ini memiliki keunggulan kompetitif mendadak minus inspirasi.  Apakah alumni kehilangan perspektif gara-gara nostalgia.  Hingga, tidak bisa menawarkan solusi untuk kemajuan pesantren di masa depan.
     Alumni seyogyanya menciptakan solusi agar dana pengembangan pesantren di Moncongloe bisa teratasi.  Kalau betul alumni solid, silakan kumpulkan dana 80-90 miliar guna menunjang pembangunan Moncongloe.  Harap renungkan bahwa ada alumni yang pernah punya jabatan justru tidak pernah menyumbang ke pesantren walau uang receh Rp 100.  Kasihan.
     Alumni tidak punya solusi untuk kemajuan kampus Moncongloe kecuali nafsu untuk menolak penjualan Tamalanrea.  Bahkan, ingin berdemo.  Muncul pula ancaman hendak mengambil alih pesantren dari Yasdic.  Tidak semudah itu kau rebut pesantren!  LANGKAHI DULU MAYATKU!
(Bersambung)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Amazing People