18. Al-Kahfi
(Gua)
Dengan Nama Allah, Pemilik Kasih Sayang yang Mahapemurah
1. Segala puji bagi Allah. Ia menurunkan al-Qur’an kepada hambaNya (Maharasul
Muhammad). Tanpa ada yang bengkok di
dalamnya.
2. Al-Qur’an menjadi bimbingan guna mengingatkan
pembalasan dahsyat dari Allah. Menebar
berita gembira kepada insan saleh yang mengerjakan perbuatan bajik. Mereka akan memperoleh pahala berupa Surga.
3. Mereka kekal di Surga.
4. Al-Qur’an juga memperingatkan orang yang
berceloteh: ”Allah punya anak!”
5. Tiada secuil pengetahuan mereka mengenai
tuduhan keji tersebut. Begitu pula para
leluhurnya. Sangat buruk kata-kata yang
keluar dari mulutnya. Apa yang diucapkan
sekedar dusta belaka.
[Ayat 4-5 menandaskan kalau al-Qur’an diturunkan
untuk menegur gerombolan musyrik, Yahudi dan Kristen. Mereka tanpa bukti menuding bahwa Allah
memiliki anak]
6. Jangan kamu (wahai Nabi Muhammad) mencelakakan
diri. Menanggung dukacita terhadap perbuatan
buruknya karena enggan beriman kepada al-Qur’an.
[“Mencelakakan diri” menggambarkan kepedihan kalbu
Rasulullah terhadap kaumnya. Di masa
itu, Abu Jahal bin Hisyam, Utbah, Syaibah bin Rabiah, Nadhar bin al-Harits, Ash
bin Wail, Umayyah bin Khalaf al-Jumhi, Aswad bin Muthalib, Abu Bathuri bersama
pembesar Quraisy lain bertekad melawan Nabi Muhammad. Persekutuan ini membuat Rasulullah khawatir]
7. Kami jadikan yang ada di bumi sebagai
perhiasan baginya. Kami hendak menguji. Siapa di antara mereka paling baik
perbuatannya.
8. Kami akan jadikan yang ada di bumi itu punah-ranah
sebagaimana tanah tandus.
[Pasca Kiamat, bumi diratakan sebagai tanah kering]
9. Apakah kamu menyangka (wahai Nabi
Muhammad). Orang yang mendiami gua serta
ar-Raqim saja yang menakjubkan di
antara tanda kekuasaan Kami?
[Ar-Raqim yakni tugu peringatan
yang memuat kisah Ashabul Kahfi. Sebagian berteori bahwa ar-Raqim adalah prasasti dari pelepah kurma yang
berisi nama penghuni gua. Terpancang di
sekitar gua. Ada pula yang menduga kalau
ar-Raqim ialah lokasi gua]
10. Sekelompok pemuda bersembunyi di gua. Mereka berdoa: “Tuhan kami! Karuniakan kasih
sayangMu. Tuntaskan urusan kami dengan
cara benar”.
11. Kami tutup telinganya agar tertidur. Di gua itu selama bertahun-tahun yang
terhitung.
[Ayat ini mengandung unsur medis tentang hibernasi. Sebuah
artikel tentang Ashabul Kahfi yang
dimuat Harian Cakrawala pada Sabtu, 2 Juni 2012, diikutkan
dalam terjemah ini]
12. Kemudian Kami bangunkan. Kami uji siapa dari dua kubu di antara
penghuni. Lebih jitu menghitung berapa lama
mereka dalam gua.
[Maksud “dua kubu” yakni penghuni gua itu sendiri
yang berbeda pendapat perihal waktu tidur mereka]
13. Kami ceritakan kepadamu (wahai Nabi Muhammad). Kisah ini dengan benar. Mereka pemuda yang beriman kepada Tuhannya. Lalu Kami tambah hidayah kepada mereka.
14. Kami meneguhkan hatinya dengan kesabaran
serta keberanian sewaktu berdiri di hadapan penguasa. Mereka menegaskan: “Tuhan kami ialah pemilik
langit dan bumi. Kami tidak sudi
menyembah Tuhan selain Ia. Bila kami
menyembah yang lain, berarti kami mengakui sesuatu yang jauh dari kebenaran”.
15. “Kaum kami menyembah sejumlah tuhan selain
Allah. Semestinya mereka mengemukakan alasan
jelas yang membuktikan ketuhanan makhluk-makhluk yang disembahnya. Tiada yang lebih zalim selain manusia yang
berdusta tentang Allah”.
16. Inisiatif dilontarkan seorang pemuda Ashabul Kahfi. “Jika kalian mengasingkan diri dari mereka. Dari yang disembah selain Allah. Cari tempat persembunyian di gua. Pasti Tuhanmu melimpahkan kasih sayang. Menuntaskan urusanmu secara menyenangkan”.
17. Bila memandang gua tersebut. Kamu lihat mentari terbit. Condong ke kanan dari gua mereka. Kalau terbenam, sang surya menjauhi mereka ke
arah kiri. Mereka berada di tempat luas
dalam gua. Aspek itu merupakan sebagian tanda
kekuasaan Allah. Siapa dibimbing oleh
Allah, niscaya berjaya. Siapa disesatkan
oleh Allah. Mustahil ada penolong yang
menunjukkan jalan benar.
[Ayat ini menjabarkan jika cahaya masuk lewat arah
kanan pintu gua yang menghadap ke Utara]
18. Kamu sangka mereka terjaga. Padahal, mereka tidur. Kami membolak-baliknya ke kanan sekaligus ke
kiri. Sedangkan anjing mereka mengunjurkan
kedua kaki depannya di ambang pintu.
Kalau kamu menyaksikannya. Tentu
kamu melarikan diri. Hatimu dipenuhi
rasa takut terhadap mereka.
19. Kami bangunkan mereka agar saling bertanya. Berkata seorang di antaranya: “Berapa lama
kamu tidur?” Sebagian menjawab: “Kita
tidur sehari atau setengah hari”. Berkata
yang lain: “Tuhanmu lebih tahu berapa lama kamu tidur. Sekarang suruh seorang ke kota membawa duit perakmu. Biar ia mencari makanan yang baik untuk
dibawa kepadamu. Ia mesti berlaku lemah-lembut. Jangan menceritakan keadaanmu kepada siapa
saja”.
20. “Jika mereka tahu tempatmu. Pasti mereka merajam kamu atau mengembalikanmu
kepada agamanya secara paksa. Akibatnya,
kamu tidak beruntung selamanya”.
21. Kami singkap keadaan mereka kepada khalayak. Hingga, orang kota tahu bahwa janji Allah tentang
Hari Kiamat tidak diragukan. Terjadi perselisihan
di antara orang kota perihal penghuni gua. Sebagian berkata: “Dirikan sebuah bangunan di atas
gua. Allah lebih tahu keadaan mereka”. Pihak penguasa berkata: “Gua mereka akan
dijadikan masjid”.
[Sebelum bertemu Ashabul Kahfi,
penduduk kota dilanda debat. Benarkah
Kiamat akan terjadi? Apakah jasad
dibangkitkan atau hanya roh]
22. Nanti ada yang berkata: “Jumlah Ashabul Kahfi itu tiga, yang keempat
ialah anjingnya“. Sebagian berkata: ”Bilangan
mereka lima, yang keenam yaitu anjingnya”.
Mereka menerka masalah gaib. Sebagian lagi berkata: “Jumlah mereka tujuh, yang
kedelapan adalah anjingnya”.
Katakan (wahai Nabi Muhammad): “Tuhanku
lebih tahu bilangan mereka. Sedikit saja
orang yang mengetahuinya”.
Jangan berdebat perihal Ashabul Kahfi, kecuali debat yang
otentik kebenarannya. Jangan meminta penjelasan
kepada siapa saja tentang keadaan pemuda-pemuda itu.
[Musyrik Mekkah, Yahudi serta Kristen di masa
Maharasul Muhammad saling berteori mengenai jumlah Ashabul Kahfi]
23. Jangan berkata mengenai sesuatu yang hendak
dikerjakan: “Saya pasti melakukannya besok!”
24. Ucapkan: “Insya
Allah” (kalau Allah berkenan). Ingat
Tuhanmu jika kamu lupa. Katakan: “Semoga
Tuhanku memberi petunjuk yang lebih dekat kebenarannya dibandingkan ini”.
[Ayat 23-24 diturunkan berkaitan permintaan
sekelompok Quraisy. Mereka meminta
kepada Nabi Muhammad informasi tentang roh, Ashabul Kahfi
dan Zulqarnain. Rasulullah menyuruhnya
datang besok pagi. Ia tidak mengucapkan
“Insya Allah (bila Allah berkenan)
akan kujawab pertanyaanmu besok”.
Keesokan
harinya, tiada berita dari langit dibawa Jibril. Nabi Muhammd pun tidak bisa menjawab. Sebab, selama 40 hari tak ada wahyu.
Ayat
23-24 menegaskan agar jangan tergesa-gesa berjanji. Jangan memastikan sesuatu bakal terjadi]
25. Mereka tertidur dalam gua. Tiga ratus tahun (menurut almanak Syamsyiah). Ada yang menambahkan sembilan tahun (jika
menggunakan kalender Qamariah).
26. Katakan (wahai Nabi Muhammad): “Allah tahu
jangka tidur mereka. Milik Allah segala
yang tersembunyi di langit serta bumi. Alangkah
terang penglihatanNya. Betapa tajam
pendengeranNya. Tiada pelindung bagi
penduduk langit dan bumi selain Allah.
Ia tidak bersekutu dengan siapa pun dalam menetapkan keputusan”.
[Abu Musa meriwayatkan bahwa ketika mereka bersama
Rasulullah dalam suatu perjalanan. Mereka
mengeraskan suara dalam bertakbir.
Nabi
Muhammad bersabda, hai manusia, rendahkan suaramu. Kalian tidak memohon kepada sesuatu yang tuli
atau gaib. Kalian justru memohon kepada
Zat Mahamendengar lagi Mahadekat yang senantiasa bersamamu.
Saat itu
saya berada di belakang Rasulullah sambil membaca la haula wala
quwwata illa billah (tiada daya kecuali
dari Allah).
Nabi
Muhammad bersabda, hai Abdullah bin Qais, mau kutunjukkan kekayaan Surya yang
tersimpan? Saya jawab, tentu mau, ya
Rasulullah. Nabi Muhammad mengatakan,
ucapan la haula wala quwwata illa billah]
27. Bacakan yang diwahyukan kepadamu. Bacakan al-Qur’an, kitab Tuhanmu. Tiada yang dapat mengubah kalimat-kalimat
Allah. Mustahil kamu menemukan tempat berlindung
kecuali dari Allah.
28. Sabarkan dirimu (wahai Nabi Muhammad) bersama orang
yang menyeru Tuhannya pada pagi serta petang.
Berharaplah keridaan Allah. Jangan
memalingkan pandanganmu dari orang Mukmin karena mengharap kesenangan hidup di
dunia. Jangan mematuhi orang yang hatinya
sudah Kami lalaikan untuk mengingat Kami.
Jangan menuruti hawa nafsunya.
Tingkah-polahnya teramat keterlaluan.
[1. Nabi
Muhammad diimbau bersabar bersama hamba-hamba Allah yang minim dalam materi. Jangan memalingkan pandangan dari mereka.
2. Ayat ini
terkait dengan Umayyah bin Khalaf al-Jumhi bersama pembesar Quraisy lain. Mereka meminta agar Nabi Muhammad mengusir
sahabat yang miskin dari majelis.
Opsi lain,
membuat majelis yang terpisah dari para sahabat yang tidak berderajat
tinggi. Sahabat yang dimaksud antara
lain Bilal bin Rabah, Ibnu Mas’ud, Ammar, Salman, Shuhaib maupun Khabab]
29. Katakan (wahai Nabi Muhammad): “Kebenaran berasal
dari Tuhanmu. Siapa mau beriman. Silakan beriman. Siapa ingin kafir. Terserah padanya”.
Kami siapkan bagi manusia durjana. Api Neraka yang mengungkung dirinya. Jika mereka minta tolong agar terbebas dari
gejolak api. Mereka diberi air serupa
tembaga cair yang menghanguskan wajah.
Sangat buruk minuman itu. Teramat
jelek Neraka sebagai tempat istirahat.
[Sebelum diteguk, minuman itu langsung menghanguskan
roman muka]
30. Mereka yang beriman serta berbuat bajik. Kami tidak menyia-nyiakan pahala pelaku
kebaikan.
31. Tersedia baginya Surga Aden. Mengalir di dalamnya beberapa sungai. Mereka dihias gelang-gelang emas. Memakai busana hijau dari sutera tipis dan tebal
yang bersulam. Mereka bersandar di
pelamin-pelamin megah. Begitulah pahala paling
baik. Alangkah mewah tempat istirahat
tersebut.
32. Beri mereka tamsil (wahai Nabi Muhammad). Dua lelaki (saleh dan kafir). Seorang di antaranya Kami beri dua kebun
anggur. Di sekeliling kebun berjejer pohon
kurma. Di antara kedua kebun itu Kami
buat ladang subur.
[Maharasul Muhammad diperintahkan memberi perumpamaan
kepada umat Islam serta cecunguk kafir.
Kisah dua pria Yahudi yang berbeda jalan]
33. Kedua kebun menghasilkan buah. Tiada kurang buahnya kendati sedikit. Kami juga mengalirkan di celah kedua kebun
sebuah sungai.
34. Pemilik kebun kaya-raya. Berkata ia ketika berbincang kepada rekannya yang
Mukmin. “Hartaku lebih banyak ketimbang
milikmu. Pengikutku juga kuat”.
35. Ia masuk ke kebun bersama rekannya. Ia bersikap merugikan diri dengan berkata: “Saya
yakin kebun ini tidak punah selamanya”.
36. “Saya kira Hari Kiamat tidak bakal terjadi. Andai saya dikembalikan kepada Tuhanku sebagaimana
kepercayaanmu. Pasti tempatku lebih baik
ketimbang kebun ini”.
37. Sahabatnya menanggapi ketika mereka mengobrol. “Tidak layak kau mengingkari Allah yang
menciptakamu dari tanah. Lalu dari setetes
air mani. Lantas Ia membentukmu secara
sempurna sebagai pria”.
38. “Saya percaya bahwa Ia Allah, Tuhanku. Saya tidak mempersekutukan sesuatu dengan
Tuhanku”.
39. “Sepatutnya kala masuk ke kebunmu, kau berkata,
berkat kehendak Allah ini terwujud.
Tiada daya kecuali dari Allah. Walau
kau memandangku sangat kurang dalam masalah harta serta jumlah anak”.
40. “Semoga Tuhanku mengaruniakan saya kebun yang
lebih baik dibandingkan kebunmu. Boleh
jadi, Tuhan akan mengirim petir dari langit.
Hingga, kebunmu tandus”.
41. “Atau air kebun tersebut surut ke dalam
tanah. Akibatnya, kau tak bisa
menemukannya”.
42. Seluruh hartanya dimusnahkan. Ia pun membolak-balik kedua telapak tangan. Menyesali segala pengeluaran yang
dibelanjakan untuk mengolah kebun. Pohon
anggurnya tumbang dengan junjung-junjung tanamannya. Ia berkata:
“Aduhai, elok nian bila saya tidak menyekutukan sesuatu dengan Tuhanku!”
43. Tiada baginya segolongan yang akan menolong selain
Allah. Tidak pula ia dapat membela diri.
44. Di momen itu, pertolongan cuma dari Allah
yang Mahabenar. Ia sebaik-baik pemberi
pahala. Sebaik-baik penentu masa depan.
45. Kemukakan (wahai Nabi Muhammad) kepada manusia
suatu tamsil. Kehidupan dunia ini seperti
hujan yang Kami turunkan dari langit. Menyuburkan
tanaman di bumi. Kemudian tumbuhan itu
menjadi jerami yang ditebar angin. Ingat,
Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.
46. Harta serta anak-pinak sekedar perhiasan
hidup di dunia. Sedangkan perbuatan
bajik yang terus-menerus. Lebih baik pahalanya
di sisi Tuhanmu. Bahkan, menjadi dasar
harapan yang lebih baik.
[Ali bin Abi Thalib ditanya apa perbuatan bajik yang
terus-menerus. Ia menjawab bahwa
perkataan subhanallah, alhamdulillah, allahu akbar maupun la haula wala quwwata illa billahil aliyyil azhim]
47. Camkan tatkala Kami bongkar gunung-ganang. Kamu akan melihat bumi bagai padang
terbentang. Kami himpun semua manusia di
Padang Mahsyar. Tiada seorang yang Kami tinggalkan.
[Tak ada manusia yang tertinggal di kuburnya atau
sendiri dalam penantian. Semua diarahkan
ke Padang Mahsyar]
48. Manusia bakal digiring secara berbaris menghadap
Tuhan. Allah berfirman: “Kalian sekarang tiba kepada Kami. Kalian datang sebagaimana Kami menciptakanmu
pertama kali. Kalian mengira Kami tidak
bakal menepati janji untuk memberi balasan”.
[Pedosa selalu mengingkari Hari Kiamat. Kaum durjana itu baru tahu rasa ketika berada
di Padang Mahsyar. Mereka tersadar bahwa hidup di dunia ternyata
harus diiringi tanggung jawab. Semua
yang dinikmati tidak gratis, namun, wajib dibayar dengan pengabdian kepada
Allah]
49. Kitab-kitab Amal dibentangkan. Kamu bakal memandang para pedosa. Teramat takut dengan data yang tertera di
dalamnya. Mereka berkata: ”Celaka betul kami. Mengapa Kitab Amal ini begini? Tiada tertinggal yang kecil atau besar. Semua terhitung!” Mereka menemukan segala yang pernah
dikerjakannya. Dihadirkan di
hadapannya. Ingat, Tuhanmu tidak berlaku
zalim kepada siapa
pun.
50. Kenang saat Kami berfirman kepada para malaikat:
“Sujudlah kepada Adam”. Mereka sujud kecuali
iblis. Ia dari golongan jin. Membangkang terhadap perintah Tuhan. Tidak pantas kamu menjadikan iblis bersama
keturunannya sebagai pelindung selain Aku.
Mereka musuhmu. Alangkah buruk iblis
sebagai pengganti Allah bagi orang durjana.
51. Aku tidak memanggil iblis hadir menyaksikan
penciptaan langit serta bumi. Tidak juga
menjadikan sebagian dari mereka sebagai saksi atas penciptaan sebagian yang
lain. Tidak Aku jadikan makhluk-makhluk penyesat
sebagai pembantu!
52. Suatu hari Allah akan bertitah: “Panggil yang
kalian sekutukan dengan Aku. Kamu menyebutnya
mitraKu”. Mereka memanggil, namun,
sia-sia. Makhluk-makhluk itu tidak
menyahut seruannya. Kami jadikan untuk
mereka tempat yang membinasakan (Neraka).
53. Pedosa menatap Neraka. Mereka yakin bakal terpental ke dalamnya. Tiada mereka temukan cara untuk mengelak agar
terbebas.
54. Kami telah uraikan kepada manusia. Pelbagai perumpamaan di dalam al-Qur’an. Begitulah, manusia dalam banyak hal doyan membantah.
[Ali bin Abi Thalib mewartakan. Suatu malam, Nabi Muhammad mengetuk pintu
rumahnya (Ali dan Fathimah) seraya bertanya:
“Apakah kalian tidak shalat malam?”
Ali menjawab: “Wahai Rasulullah, jiwa kami di tangan Allah. Andai Ia hendak membangunkan kami dalam
kebaikan, tentu Ia melakukannya”.
Nabi
Muhammad pergi tanpa membantahnya. Dari
kejauhan ia menepuk pahanya seraya membaca ayat “Manusia dalam banyak hal doyan
membantah”]
55. Tidak ada penghalang bagi manusia (musyrik
Mekkah) untuk beriman ketika al-Qur’an tiba.
Tiada juga perintang untuk memohon ampun kepada Tuhannya. Keinginan mereka ialah menunggu mukjizat
sebagaimana dialami umat terdahulu. Atau
dibekuk azab secara terang-terangan.
56. Kami utus para Rasul sebagai pembawa warta
gembira sekaligus pemberi peringatan. Gerombolan
kafir membantah dengan alibi batil demi menghapus kebenaran. Mereka jadikan ayat-ayatKu. Mereka jadikan peringatanKu. Bahan olok-olok.
57. Tiada yang lebih zalim dibandingkan manusia
yang sudah diingatkan dengan ayat-ayat Tuhannya. Lantas memungkirinya. Kemudian lupa perbuatan yang pernah dilakukan
kedua tangannya. Akibatnya, Kami
selubungi secara berlapis hati mereka. Hingga,
terhalang memahami masalah ini. Kami
sumbat telinganya. Bila kamu (wahai Nabi
Muhammad) menyeru petunjuk kepada mereka dengan kondisi demikian. Selamanya mereka tidak memperoleh hidayah.
58. Camkan ini.
Tuhanmu Mahapengampun. Berlimpah
kasih sayangNya. Kalau Ia berkehendak
menghukum mereka di dunia karena kelakuannya.
Pasti Ia mempercepat azab itu.
Tuhan tidak berbuat demikian. Ada
waktu bagi mereka. Di saat itu, tiada
tempat untuk berlindung.
[Pedosa tidak langsung dihukum. Mereka diberi peluang untuk insaf. Pasalnya, di Akhirat, kata “tobat” tidak lagi
berlaku]
59. Penduduk negeri-negeri yang durhaka. Kami binasakan saat mereka berbuat jahat. Kami tetapkan waktu khusus untuk
membinasakannya.
60. Kenang ketika Nabi Musa berkata kepada
pembantunya: “Saya tidak akan berhenti berjalan sampai tiba di tempat pertemuan
dua laut atau saya terus berkelana bertahun-tahun”.
[Pembantu Nabi Musa yang ikut dalam perjalanan itu ditengarai
bernama Yusya bin Nun.
Latar
belakang pengembaraan Nabi Musa ialah mencari manusia agung. Ketika duduk bersama sejumlah bani Israil,
tiba-tiba datang seorang lelaki bertanya.
“Adakah yang lebih pandai dibandingkan kamu, ya Nabi Musa?” Musa Alaihissalam
menjawab tidak ada.
Allah
kemudian mewahyukan kepada Nabi Musa bahwa ada yang lebih pandai. Namanya Nabi Khidir. Nabi Musa pun berniat menemuinya. Allah menyuruhnya membawa ikan. Jika ikan hilang, berarti di sana tempat Nabi
Khidir]
61. Kala keduanya sampai di pertemuan dua laut. Mereka lupa ikannya. Ikan itu menceburkan diri ke laut.
[Ada laporan bahwa ikan yang dibawa sudah
diasinkan. Disimpan dalam keranjang
berbahan pelepah kurma. Saat keduanya
beristirahat, ikan yang berada di sisi Yusya bin Nun, sontak menggelepar. Melarikan diri masuk ke laut. Jejak ikan itu menggores laut. Tidak hilang diterpa ombak]
62. Setelah melewati tempat itu. Nabi Musa bersabda. “Bawa kemari makanan kita. Penat terasa lantaran perjalanan ini”.
63. Sang pembantu menyahut. “Tahukah apa yang terjadi ketika kita mengaso
di batu besar tadi? Saya lupa menceritakan
gara-gara bisik setan. Ikan itu meloncat
ke laut dengan cara yang sungguh aneh”.
[Lompatan ajaib ikan tersebut seharusnya tidak
terlupakan. Sial bagi Yusya bin Nun
karena terbuai godaan setan.
Ayat ini
menjabarkan bahwa setan tidak pandang bulu.
Setan selalu hadir kala manusia hendak berbuat baik atau buruk. Modus operandi setan cuma satu. Menggelincirkan manusia dalam derita]
64. Nabi Musa berkata: “Tempat itu yang ingin
kita tuju”. Keduanya balik ke tempat
semula mengikuti jejak yang ditinggalkan.
65. Mereka pun bersua dengan seorang hamba di
antara hamba Kami yang memperoleh rahmat.
Ilmu diajarkan kepadanya dari Kami.
[Nabi Musa akhirnya bertemu Nabi Khidir. Al-Khiḍr bermakna
manusia hijau. Melambangkan kesegaran
jiwa]
66. Nabi Musa bertanya. “Boleh saya mengikutimu agar kamu mengajarku yang
diajarkan Allah kepadamu. Suatu ilmu
yang menjadi petunjuk bagiku menuju kebenaran”.
67. Ia menjawab: “Kamu tidak dapat bersabar
bersamaku”.
68. “Bagaimana bisa bersabar terhadap persoalan yang
tidak kamu tahu hakikatnya”.
69. Nabi Musa bertutur: “Insya Allah, kamu akan melihatku sabar. Tiada kutentang kamu dalam urusan apa saja”.
70. Ia menjawab: “Jika mau ikut, maka, jangan coba
bertanya kepadaku sampai saya terangkan”.
71. Keduanya lalu berangkat. Ketika naik ke perahu, ia melubanginya. Nabi Musa menghardik: “Mengapa kamu membocorkannya. Perbuatanmu bisa menenggelamkan
penumpang-penumpangnya. Kamu melakukan kejahatan
berat!”
72. Ia menjawab: “Sudah kubilang. Kamu tidak sanggup bersabar bersamaku”.
73. Nabi Musa berkata: “Jangan marah padaku karena
saya lupa syaratmu. Jangan pula membebaniku
kerumitan dalam urusanku menuntut ilmu”.
74. Keduanya meneruskan perjalanan. Mereka berjumpa seorang remaja. Ia membunuhnya. Nabi Musa menegur. “Mengapa kamu bunuh satu jiwa suci. Tiada ia membunuh manusia. Kamu melakukan kemungkaran!”
75. Ia menjawab: “Telah kukatakan. Kamu tidak dapat bersabar bersamaku”.
76. Nabi Musa berkata: “Kalau saya bertanya lagi sesuatu
sesudah ini. Jangan kamu biarkan saya mengikutimu. Kamu punya cukup alasan tentang diriku untuk
meninggalkan saya”.
77. Keduanya melanjutkan kembara. Kala sampai kepada penduduk suatu kota. Mereka meminta makan. Warga menolak menjamunya. Kemudian ditemukannya sebuah dinding yang
nyaris roboh. Ia memperbaiki. Nabi Musa berujar: “Bila mau, tentu kamu
berhak meminta upah”.
78. Ia berkata: “Ini momen perpisahan kita. Saya akan terangkan maksud peristiwa yang
memaksamu tidak mampu bersabar“.
79. Perahu itu milik orang miskin yang bekerja di
laut. Saya sengaja merusaknya. Sebab, di belakang mereka ada raja bengis yang
akan merampas perahu tanpa cacat.
80. Terkait sang pemuda. Ayah-ibunya termasuk insan beriman. Kami cemas ia akan menggiring orangtuanya pada
kedurhakaan serta kekafiran.
81. Kami berharap Tuhan mengganti bagi mereka
putra yang lebih baik. Lebih besar kasih
sayangnya kepada orangtua.
82. Sementara tembok itu milik dua anak yatim di
kota tersebut. Di bawahnya ada harta
terpendam bagi mereka. Ayahnya orang
saleh. Tuhan menghendaki supaya mereka
cukup umur guna mengeluarkan harta itu sebagai rahmat Tuhan. Tiada kulakukan
ini menurut kemauanku. Begitulah penjelasan
mengenai perkara-perkara yang membuatmu tidak sabar menghadapinya”.
83. Mereka bertanya kepadamu (wahai Nabi
Muhammad) mengenai Zulqarnain. Katakan:
“Kepadamu akan kukisahkan. Legenda
tentang dirinya”.
84. Kami memberikannya kekuasaan memerintah di
bumi. Kami beri ia jalan mencapai segala
sesuatu.
85. Ia menempuh suatu jalan.
[Zulqarnain menuju belahan bumi bagian Barat]
86. Tatkala sampai di kawasan matahari terbenam. Ia menemukannya terbenam di laut berlumpur
hitam. Di dekatnya bermukim kaum kafir. Kami ilhamkan kepadanya: “Hai Zulqarnain! Kamu boleh menghukumnya atau memperlakukannya secara
baik”.
[Zulqarnain diimbau mengajak mereka beriman]
87. Bertitah Zulqarnain: “Pelaku durjana kami
hukum. Ia akan dikembalikan kepada
Tuhannya untuk diazab dengan siksa mengerikan”.
88. Kepada insan saleh dan pelaku bajik. Tersedia balasan terbaik. Dimudahkan baginya segala urusan atas perintah
kami.
89. Kemudian Zulqarnain menempuh jalan lain.
90. Ketika tiba di daerah terbit matahari. Ia menemukan mentari menyinari suatu
kaum. Kami tidak buatkan mereka tudung
yang melindunginya dari terik sang surya.
91. Pengetahuan Kami mencakup segala yang ada
pada Zulqarnain.
92. Ia menempuh lagi jalan lain.
93. Tatkala tiba di antara dua gunung. Ia temukan di depannya kaum yang hampir tidak
mengerti pembicaraan.
94. Mereka berkata: “Hai Zulqarnain. Ya’juj
bersama Ma’juj senantiasa melakukan
kerusakan di bumi. Sudikah kalau kami memberimu
bayaran? Syaratnya, kamu bangun tembok. Penghalang antara kami dengan mereka”.
[Ada dugaan, selain merusak, juga Ya’juj dan Ma’juj adalah kanibal, pemakan manusia]
95. Zulqarnain menjawab: “Kuasa yang dianugerahkan
Tuhanku lebih baik ketimbang bayaranmu.
Bantu saya dengan tenagamu. Saya
akan dirikan antara kalian dengan mereka.
Suatu tembok pemisah”.
96. “Bawa kepadaku potongan-potongan besi”. Setelah besi terpasang rata dengan kedua puncak
gunung. Zulqarnain memerintahkan
membakarnya. “Tiupkan api”. Ketika
besi menjadi merah bagai api. Ia berkata:
“Bawa tembaga cair supaya kutuangkan ke atas besi panas itu”.
97. Ya’juj
serta Ma’juj tidak dapat mendaki
tembok tersebut. Tiada jua sanggup
melubanginya.
98. Berkata Zulqarnain: “Tembok ini adalah rahmat
dari Tuhanku. Jika datang janji Tuhanku,
Ia jadikan tembok itu luluh-lantak menjelang Kiamat. Pasti, janji Tuhanku benar”.
[Tiap hari, Ya’juj dan Ma’juj berusaha sekuat tenaga melubangi dinding
Zulqarnain. Mereka akhirnya
berhasil. Cahaya matahari terlihat. Pemimpin mereka berkata: “Pulanglah, besok kalian melubangi
lagi”. Esoknya, mereka kembali melubangi
dinding itu.
Syahdan, Nabi
Muhammad terbangun dari tidurnya. Ia
bersabda: “Celaka bangsa Arab”. Para sahabat bertanya: “Ada apa, ya Rasulullah?” Nabi Muhammad menjawab: “Tembok Ya’juj dan Ma’juj sudah berlubang sebesar ini”. Rasulullah membuat lingkaran dengan
tangannya]
99. Hari ketika tembok hancur-lebur, Kami biarkan
Ya’juj serta Ma’juj keluar. Berbaur
antara satu dengan yang lain. Kemudian bunyi
kedua sangkakala terdengar. Kami himpun
segenap makhluk di Padang Mahsyar.
[Ya’jud serta Ma’juj keluar terbanting-banting. Seolah gelombang yang saling tindih-menindih]
100. Hari itu, Kami pertontonkan secara terang Neraka
Jahanam kepada gerombolan kafir.
101. Mereka merupakan orang-orang yang terselubung
mata hatinya terhadap peringatan-peringatanKu.
Tak sudi pula mendengarKu lewat suara iman dari indra hati.
102. Apakah cecunguk kafir menyangka. Mereka bisa menjadikan hamba-hambaKu sebagai penolong
selain Aku? Kami siapkan Neraka Jahanam sebagai
kediaman bagi gerombolan kafir.
103. Katakan (wahai Nabi Muhammad): “Apakah perlu Kami kabarkan kepadamu. Manusia paling rugi perbuatannya?”
104. Mereka itu yang sia-sia usahanya dalam
kehidupan dunia karena minus iman. Sementara
mereka mengira dirinya selalu berbuat baik.
105. Mereka mengingkari ayat-ayat Tuhannya. Memungkiri pertemuan dengan Tuhan. Akibatnya, gugur amal-amal mereka. Kami menampik penilaian amalnya pada Hari
Kiamat.
106. Mereka yang bersifat begitu. Balasannya yakni Neraka Jahanam. Mereka ingkar. Menjadikan ayat-ayatKu bersama rasul-rasulKu sebagai
olok-olok.
107. Insan saleh serta pelakon bajik. Disediakan bagi mereka Taman Firdaus sebagai kediaman
megah.
108. Mereka kekal di sana. Tiada berminat pindah dari situ.
109. Katakan (wahai Nabi Muhammad): “Andai samudra
menjadi tinta untuk menulis kalimat-kalimat Tuhanku. Pasti habis sebelum tuntas ditulis. Sekalipun ditambah lagi samudra yang
sebanding”.
[Orang Quraisy menceritakan jawaban Nabi Muhammad kepada
kaum Yahudi terkait roh, Ashabul Kahfi serta
Zulqarnain. Yahudi lantas membanggakan
diri. “Kami dianugerahi ilmu yang
berlimpah sekaligus diberi Taurat. Siapa
diberi Taurat, ia memperoleh banyak kebaikan”.
Ayat 109 kemudian diwahyukan guna menandaskan bahwa ilmu Allah sangat
banyak]
110. Katakan (wahai Nabi Muhammad): “Saya cuma manusia
seperti kamu. Diwahyukan kepadaku bahwa
Tuhan kalian ialah Tuhan yang Esa. Siapa
berhasrat bertemu Tuhannya. Ia mutlak
mengerjakan kebajikan. Jangan mempersekutukan
apa pun dalam beribadah kepada Tuhan”.
Keutamaan
Surah al-Kahfi
Siapa menghafal 10 ayat awal surah al-Kahfi, akan terlindung dari
Dajjal. Siapa menghafal 10 ayat terakhir,
bakal terjaga dari fitnah Dajjal.
Siapa membaca surah al-Kahfi
pada Jumat. Ia disinari cahaya dari
telapak kaki sampai langit. Cahaya
tersebut akan meneranginya pada Hari Kiamat. Sedangkan dosanya diampuni selama dua Jumat.
Riwayat lain menerangkan bahwa siapa membaca
surah al-Kahfi pada Jumat. Ada cahaya membentang dari Mekkah yang sampai
kepada dirinya.
Rumah
yang di dalamnya dibaca surah al-Kahfi
atau al-Baqarah. Sepanjang malam itu setan tidak mampu
memasukinya.
Anti-Penuaan
ala Ashabul Kahfi
ala Ashabul Kahfi
Oleh
Abdul Haris Booegies
Usia
merupakan berkah bagi manusia. Dengan umur tersebut kita melewati
waktu. Sementara di dalam waktu tersedia rupa-rupa profesi. Usia
dan tempo sesungguhnya bergerak ke dua arah. Satu menuju pada
kebaikan, lainnya ke keburukan.
Umur serta
waktu yang bertabir rahasia jelas wajib dipakai secara positif.
Ketika usia wassalam dari dunia, berarti sang kala tak lagi
berfaedah.
Saat berdoa
kepada Allah, hampir semua bani Adam mengharapkan umur panjang. Dari
aspek religius, tentu usia di tangan Allah. Manusia hanya berikhtiar
agar tetes rahmat Sang Khaliq turun guna memperoleh bonus
umur.
Usia di
tangan Allah! Kendati demikian, Allah tetap mencurahkan kasih sayang
lewat konstruksi ilmiah. Al-Qur’an menegaskan kalau para penghuni
gua (Ashabul Kahfi) tertidur karena telinga mereka disumbat.
Elemen itu menandaskan jika secara medis seseorang bisa mengalami
hibernasi beberapa hari dengan metode menutup telinganya.
Hibernasi
merupakan kondisi ketidakaktifan sekaligus penurunan metabolisme.
Hibernasi membuat rendah suhu badan. Pernafasan pun menjadi
perlahan. Sedangkan kecepatan metabolisme menurun. Kondisi tubuh
begitu dialami Ashabul Kahfi.
“Andai kamu menyaksikannya, kamu pasti berpaling melarikan diri. Hatimu penuh ketakutan terhadap mereka” (al-Kahfi:18).
“Andai kamu menyaksikannya, kamu pasti berpaling melarikan diri. Hatimu penuh ketakutan terhadap mereka” (al-Kahfi:18).
Sesudah
menyumpal telingannya, maka, orang yang mengalami hibernasi harus
ditempatkan di suatu ruang khusus. Ia mesti terisolir dari
hiruk-pikuk keseharian.
Hibernasi
secara sederhana pernah menimpa Mitsutaka Uchikoshi. Pada 7 Oktober
2006, ia terjatuh di gunung Rokko, Jepang. Pengusaha berumur 35
tahun tersebut akhirnya tergeletak tanpa pertolongan selama 24 hari
dalam kondisi hipotermia. Organ-organ raga Uchikoshi tak berfungsi.
Ia akhirnya pulih berkat penanganan tim medis.
Teknologi
hibernasi merupakan ilmu spektakuler di masa depan. Sebab, dianggap
dapat membantu astronot di luar angkasa. Selain itu, hibernasi
membuat manusia awet muda. Hibernasi menjadi landasan anti-penuaan.
Orang tetap belia sekalipun masa hidupnya telah mengarungi deretan
tahun.
Serikat
Decapolis
Al-Qur’an
tidak merinci identitas pemuda penghuni gua. Mereka cuma diwartakan
sebagai insan dengan kalbu bertabur tauhid. Dari observasi mendetail
yang terus terkuak, maka, termaktub bila mereka berasal dari kalangan
cendekiawan. Profesinya yakni penasehat Raja Diqyanius.
Status
mereka jelas menentukan saga Ashabul Kahfi. Kalau saja mereka
sekedar gembel, tentu, penguasa tak ambil pusing. Maklum, sekali
sabet niscaya komplotan tersebut mampus terjengkang. Jika mereka
punya kedudukan, berarti prahara bagi istana. Seorang jenderal
bintang tiga yang melawan lembaganya pasti memiliki efek gigantik.
Berbeda bila kopral berambisi menentang markasnya. Kalau ia
dihabisi, sejarah otomatis tidak sudi mengenangnya. Tiada
penghormatan buatnya kecuali caci-maki pedih nan perih dari
institusinya.
Al-Qur’an
yang diwahyukan kepada Maha Rasul Muhammad, tak menukil nama pahlawan
tauhid yang tidur selama 309 tahun. Segi itu diabaikan al-Qur’an
lantaran sejarah bisa ditelisik lewat gebyar modernisasi dan
globalisasi yang serba matematis. Penemuan aneka prasasti
memungkinkan manusia menyimpulkan sejarah.
Kini, ada
riwayat jika nama mereka ialah Maximilianus, Solidanus, Martinus,
Yonasius, Talmikho berikut Yamanis. Petinggi tersebut dilengkapi
seorang penggembala kambing bernama Antonius dengan anjing yang
dipanggil Genesius. Mereka menetap di Kota Philadelphia dengan Raja
Diaclitianus atau Decius. Sekarang, Philadelphia tiada lain Kota
Amman. Ketika narasi bermula, Imperium Romawi membangun serikat
Decapolis yang berpusat di Philadelphia.
Versi Islam
hikayat penghuni gua memaklumkan bila nama mereka yaitu Tamlikha,
Miksalmina, Mikhaslimina, Martelius, Casitius serta Sidemius. Keenam
individu itu tertera sebagai penasehat Raja Diqyanius. Lokasi
peristiwa terjadi di Imperium Romawi. Mereka mendiami Kota Aphesus
(Ephese). Aphesus berganti nama menjadi Tharsus (Tarse) sesudah
kedatangan Islam. Dewasa ini, kota Tharsus terletak di wilayah
Turki.
Dalam sebuah
acara, keenam pembesar tersebut menentang ketuhanan Raja Diqyanius.
Mereka muak dengan pengakuannya sebagai tuhan. Apalagi, rezimnya
serba represif. Cacat moral dengan ragam tindak kriminal
bergentayangan. Kelompok pembangkang itu malahan mendiskreditkan
Jupiter, Apollo, Jianus, Diana dan Herakel sebagai patung tanpa
secuil otoritas. Aksi brilian mereka dengan mencemooh berhala
Romawi, membuatnya digiring ke bui. Di penjara yang jorok, mereka
rupanya sanggup meloloskan diri.
Dalam
pelarian tersebut, mereka bersua dengan seorang penggembala kambing
bersama anjingnya. Anjing hitam itu bernama Qithmir. Mereka lantas
melarikan diri ke gua Washid atau Kheram di lereng gunung Naglus.
Mitochondrial
Coupling
Gua tempat
persembunyian Ashabul Kahfi punya desain unik. Pasalnya,
cahaya surya leluasa masuk di waktu pagi serta petang. “Kamu
melihat matahari tatkala terbit, condong ke kanan dari gua mereka.
Kalau terbenam, mentari menjauhinya ke kiri” (al-Kahfi: 17).
Bagian dalam
liang begitu luas. “Mereka berada di ruang luas dalam gua”
(al-Kahfi: 17). Suasana gua yang lapang membuat oksigen tetap
memadai. Hingga, aroma kesegaran udara cukup nyaman bagi pemuka
Aphesus.
Kala tidur
dalam gua, maka, Allah mengawasinya. Badan mereka di bolak-balik
supaya tidak kesemutan. Faktor tersebut juga untuk menghindarkan
mereka dari iritasi kulit. Jasmani mereka di balik ke sebelah kanan
atau kiri agar sinar surya menguatkan tulang dan kulitnya “Kami
bolak-balik mereka ke kanan-kiri” (al-Kahfi: 18).
Di bibir
liang gunung, berjaga anjingnya. “Anjing mereka menjulurkan kedua
kaki depannya di ambang mulut gua” (al-Kahfi: 18).
Silsilah
historis Ashabul Kahfi menunjukkan kepada kita dua aspek
pokok. Pertama, tauhid tak pernah kalah oleh kelaliman
penguasa. Hari ini mereka diburu sebagai buronan. Esok sosoknya
menjulang tinggi oleh sanjungan. Kedua, Ashabul Kahfi
menegaskan jika usia dapat direkonstruksi secara medis. Surat
al-Kahfi merupakan blue print rekayasa biologis di bidang
hibernasi.
Hewan yang
kerap hibernasi antara lain beruang, tupai, kelinci, tazmania
Australia serta marsupilami Afrika. Teknologi hibernasi paling
memukau ditemukan pada katak bawah tanah (cyclorana alboguttata).
Reptil itu bisa hidup terkubur dalam tanah tanpa makan maupun minum.
Katak spesial tersebut enteng tidur berkat sel mitochondria.
Makhluk vertebrata itu mampu memaksimalkan energinya untuk bertahan
hidup lewat proses mitochondrial coupling.
Pada
esensinya, kisah penghuni gua membeberkan kepada kita perihal iman
dan sains. Walau al-Qur’an diturunkan di gurun gersang, namun,
himpunan ayatnya kaya makna. Tiap alfabetnya mengairi damba dahaga
insan beriman. Bukti-bukti terus mengalir dari al-Qur’an.
Surat-surat Ilahi tersebut dari hari ke hari mengasah daya nalar demi
menggapai gagasan gemilang. Sementara kitab suci itu sendiri tidak
jua mengering. Ide-ide cemerlang nan orisinal tanpa jeda selalu
tersembur membuncah. Maha Suci Allah dengan segala ilmu-Nya.
(Cakrawala, Sabtu, 2 Juni 2012)
Derajat Terjemahan
Terjemah
al-Qur’an bukan al-Qur’an sesungguhnya.
Bukan al-Qur’an sejati yang diwahyukan kepada Maharasul Muhammad. Al-Qur’an senantiasa berbahasa Arab
klasik. Tidak dinamakan al-Qur’an jika
firman-firman Allah tersebut disadur ke bahasa Bugis atau Perancis. Soalnya, terjemahan muskil menampung seratus
persen maksud al-Qur’an. Alih bahasa
mustahil sepadan dengan arti hakiki yang dimaksud Allah. Apalagi, bahasa al-Qur’an bernas, ringkas,
puitis sekaligus sarat makna. Sedangkan aneka
bahasa yang digunakan dalam terjemahan tak efektif serta efisien.
Terjemah
al-Qur’an hanya deretan kata manusia, bukan untaian Kalam Ilahi dari Lauhul Mahfuz. Hingga, terjemah al-Qur’an tidak hidup, tak
punya sukma yang bisa menggelorakan spirit.
Terjemah al-Qur’an selalu kaku dan acap membingungkan. Dengan demikian, posisi terjemahan sekedar
“pengantar” untuk membaca al-Qur’an.
Bukan “kunci” buat memahami al-Qur’an.
Terjemah
al-Qur’an tidak pernah serupa.
Terjemahan senantiasa tampil beda.
Aspek itu menandaskan bahwa terjemahan tak mungkin setara dengan
al-Qur’an. Maklum, Kalam Ilahi tersebut
memiliki irama dalam teks, kejelasan arti, sintaks kalimat serta penggunaan
kata.
Terjemah
al-Qur’an secara harfiah (letterlejk) termasuk
repot diaplikasikan. Mayoritas ulama
berpendapat bahwa terjemahan harfiah rumit lantaran membutuhkan persyaratan
yang berat direalisasikan. Terjemahan
harfiah susah karena ada mufradat
(sinonim) per huruf antara bahasa penerjemah dengan bahasa al-Qur’an. Kemudian ada tanda baca yang sama pada bahasa
penerjemah terhadap tanda baca pada bahasa al-Qur’an. Tanda baca tersebut minimal mirip. Selain itu, terjemahan secara harfiah
menuntut kesamaan susunan kata antara bahasa penerjemah dengan bahasa
al-Qur’an. Kesamaan tersebut mencakup
kalimat, sifat atau tambahan-tambahannya.
Terjemahan
harfiah diharamkan ulama akibat makna yang dikandungnya kurang sempurna. Hatta, jauh dari maksud al-Qur’an.
Walau sukar,
tetapi, ada terjemahan yang benar-benar setia pada kata-kata dalam
al-Qur’an. Mereka berusaha selaras
dengan wahyu. Sebab, khawatir
mengaburkan arti. Mereka menjaga
interpolasi pikiran.
Terjemahan tidak
lepas pula dari platform sastra.
Terjemahan berdimensi puitis itu diperkaya dengan nuansa keindahan
bahasa si penerjemah. Dalam kasus ini,
penerjemah dapat digolongkan sebagai figur liberal. Pasalnya, menyuntikkan semangat bahasa ibu si
penerjemah ke dalam terjemahan. Mereka
tak menyukai kesetiaan pada tiap kata-kata Arab. Penerjemah semacam ini memakai kebebasan
dengan kata-kata pilihan.
Di berbagai
bentala, ada terjemahan yang benar-benar akademis. Ada juga sekedar informatif dengan bumbu
bahasa jurnalistik sastrawi. Tiap
kalimat tidak setia dengan kata per kata al-Qur’an. Spirit yang diemban ialah bagaimana al-Qur’an
cepat diserap dan tak membosankan ditelaah.
Pada akhirnya,
seluruh terjemahan dilandasi vitalitas agar Kalam Ilahi tersebut membuncah di
hati. Tiada seorang pun ingin
menampilkan terjemahan ala kadarnya. Elemen
itu pula yang membuat segenap terjemahan wajib dilengkapi di sisi kanan atau
atasnya teks al-Qur’an yang berbahasa Arab.
Alhasil, bila ada yang salah atau keliru, maka, pembaca segera mengecek
ke al-Qur’an asli.
Terjemahan apa
saja terasa sempurna kalau dilampiri teks tulen al-Qur’an. Soalnya, al-Qur’an berbahasa Arab tersebut
sanggup berpengaruh secara psikologis terhadap pembacanya, biarpun ia tidak
mengerti bahasa Arab.
Di luar
negara-negara Arab, istilah paling membingungkan dalam al-Qur’an yakni kata nahnu.
Dhamir (kata ganti) nahnu bermakna “kita” atau “kami”. Dalam ilmu Nahwu (sintaksis), nahnu
bisa diterjemahkan “kita”, “kami”, “saya” atau yang lain tergantung konteks
kalimat.
Dalam bahasa
Arab, istilah serta kata tak selalu berarti zahir atau apa adanya. Sebagai contoh, kata antum (kalian). Antum sering digunakan untuk menyapa
lawan bicara kendati cuma satu orang.
Tidak dipakai kata anta
(kamu). Penggunaan antum yang plural dipandang lebih sopan sembari menghargai lawan bicara.
Di Indonesia,
orang menyapa lawan bicara dengan kamu, Anda atau tuan. Kamu, Anda dan tuan punya rasa bahasa yang
berbeda. Kamu biasa dipakai untuk lawan
bicara yang lebih muda atau di kalangan sebaya.
Anda digunakan kepada lawan bicara yang dituakan. Sementara tuan buat orang yang
dimuliakan. Anda serta tuan dalam
sosio-linguistik Arab bermakna ta’zim
alias kata beradab terhadap lawan bicara yang memiliki derajat tinggi atau
kepada khalayak.
“Kami” merupakan
sebutan Allah untuk diriNya. Dalam
bahasa Arab, ada jamak kuantitas dan jamak kualitas. Jamak kuantitas (al-mutakallim ma’a ghairihi) menunjukkan jumlah banyak atau kata
ganti orang pertama plural. Sedangkan
jamak kualitas (al-mutakallim al-muazzim
li nafsih) menerangkan pola tunggal dengan banyak predikat atau berarti
keagungan atas dirinya.
Dalam tata bahasa
Arab, terdapat kata ganti pertama singular “ana”
(saya). Lantas ada kata ganti pertama
plural “nahnu” (kami atau kita). Lazim terjadi pada bahasa lain jika kata
ganti pertama plural bisa berperan sebagai singular. Dalam nahwu
sharaf (Arabic grammar), inilah
yang dinamakan al-mutakallim al-muazzim
li nafsih (kata ganti pertama yang mengagungkan diri sendiri).
Allah menegaskan
diri dengan “Kami” berkat predikat di sisi-Nya berjumlah banyak. Zat Esa itu tercantum sebagai pencipta,
pengatur, pemelihara, pemaaf, penyayang serta Raja Diraja alam semesta. Allah tak tidur! Ia sibuk terus mencipta seraya mendengar doa
insan saleh.
“Semua makhluk di
langit dan bumi senantiasa memohon kepada-Nya.
Tiap waktu Ia sibuk (mencipta serta memelihara makhluk-makhluk-Nya)” (ar-Rahman: 29).
Saat membaca
al-Qur’an, maka, bertabur kata Allah dalam Kitab Suci. Harap dimafhumi bahwa nama asli penguasa
langit dan bumi tiada lain Allah. “Aku
ini Allah. Tiada Tuhan kecuali Aku!” (Thaha: 14).
Allah sendiri
memaklumatkan bila nama-Nya adalah Allah.
Allah merupakan nama diri (proper
name) dari Zat Mahakuasa. Dalam
kaidah bahasa Arab, kata Allah berwujud ism
jamid. Kategori tersebut menjabarkan
kalau kata Allah bukan ism (kata
benda) yang diambil dari kata kerja.
Arkian, tidak boleh diubah dalam bentuk apa pun! Ini berbeda dengan kata rabbun (tuhan). Rabbun modelnya ism musytaq (kata benda yang dibentuk dari kata lain dengan arti
berbeda dari kata pembentuknya). Rabbun terambil dari kata kerja rabba, rabbi atau tarbiyatan.
Istilah Allah bagi
umat Islam teramat jelas posisinya.
Berbeda dengan Yahudi. Mereka tak
mengerti bagaimana mengucapkan fonem יהוה (YHVH) dalam Perjanjian Lama. Ini gara-gara tidak ada tradisi sanad (rentetan
jalur sumber) yang sampai kepada Nabi Musa.
Akibatnya, Yahudi bingung bin bimbang membaca YHWH (tetragrammaton alias empat huruf nama tuhan). Bahkan, Yahudi Ortodoks ogah
melafalkannya. Mereka terpaksa
membacanya adonai (tuhan atau tuan). Di kamus tersua bahwa adonai ialah a Hebrew name
for God, usually translated in the Old Testament by the word “Lord”.
Untuk mengibuli
umatnya serta penduduk planet biru ini, maka, YHWH diinformasikan sebagai
sebutan dalam bentuk orang ketiga tunggal.
YHWH dicelotehkan sebagai “Dialah yang ada, Dialah Dia”.
Pada esensinya, empat
konsonan itu sekedar ditebak pengucapannya.
Kadang dibaca Yahweh, Yahuweh,
Yehuwa, Yahavah, Yaheveh, Yahaveh atau apa saja sesuai selera. Dengan demikian, Yahweh atau Yehovah
sekedar nama jadi-jadian bagi tuhan mereka.
Ini sungguh aneh. Sebab, nama
tuhan mereka sendiri tak diketahui secara pasti.
Di kalangan
Kristen, istilah Allah bukan nama diri sebagaimana konsep Islam. Kristen menganggap jika Allah merupakan
sebutan untuk “wujud yang disembah” (al-ilah). Hingga, tuhan boleh dipanggil Allah, Yahweh, God atau Lord. Mereka cuma paham bahwa nama tersebut merujuk
pada sesuatu yang disembah.
Terkutuk
sekawanan agen Thaghut (sesembahan
paling nista) berlabel Islam progresif berasas liberal yang berceloteh: “Tiada
tuhan selain Tuhan”.
Abdul Haris Booegies
Tidak ada komentar:
Posting Komentar