Rabu, 06 November 2013

Terjemah Surah al-Kahfi versi Abdul Haris Booegies


18. Al-Kahfi
(Gua)
Dengan Nama Allah, Pemilik Kasih Sayang yang Mahapemurah



1.  Segala puji bagi Allah.  Ia menurunkan al-Qur’an kepada hambaNya (Maharasul Muhammad).  Tanpa ada yang bengkok di dalamnya.

2.  Al-Qur’an menjadi bimbingan guna mengingatkan pembalasan dahsyat dari Allah.  Menebar berita gembira kepada insan saleh yang mengerjakan perbuatan bajik.  Mereka akan memperoleh pahala berupa Surga.

3.  Mereka kekal di Surga.

4.  Al-Qur’an juga memperingatkan orang yang berceloteh: ”Allah punya anak!”

5.  Tiada secuil pengetahuan mereka mengenai tuduhan keji tersebut.  Begitu pula para leluhurnya.  Sangat buruk kata-kata yang keluar dari mulutnya.  Apa yang diucapkan sekedar dusta belaka.

[Ayat 4-5 menandaskan kalau al-Qur’an diturunkan untuk menegur gerombolan musyrik, Yahudi dan Kristen.  Mereka tanpa bukti menuding bahwa Allah memiliki anak]

6.  Jangan kamu (wahai Nabi Muhammad) mencelakakan diri.  Menanggung dukacita terhadap perbuatan buruknya karena enggan beriman kepada al-Qur’an.

[“Mencelakakan diri” menggambarkan kepedihan kalbu Rasulullah terhadap kaumnya.  Di masa itu, Abu Jahal bin Hisyam, Utbah, Syaibah bin Rabiah, Nadhar bin al-Harits, Ash bin Wail, Umayyah bin Khalaf al-Jumhi, Aswad bin Muthalib, Abu Bathuri bersama pembesar Quraisy lain bertekad melawan Nabi Muhammad.  Persekutuan ini membuat Rasulullah khawatir]

7.  Kami jadikan yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya.  Kami hendak menguji.  Siapa di antara mereka paling baik perbuatannya.

8.  Kami akan jadikan yang ada di bumi itu punah-ranah sebagaimana tanah tandus.

[Pasca Kiamat, bumi diratakan sebagai tanah kering]

9.  Apakah kamu menyangka (wahai Nabi Muhammad).  Orang yang mendiami gua serta ar-Raqim saja yang menakjubkan di antara tanda kekuasaan Kami?

[Ar-Raqim yakni tugu peringatan yang memuat kisah Ashabul Kahfi.  Sebagian berteori bahwa ar-Raqim adalah prasasti dari pelepah kurma yang berisi nama penghuni gua.  Terpancang di sekitar gua.  Ada pula yang menduga kalau ar-Raqim ialah lokasi gua]

10.  Sekelompok pemuda bersembunyi di gua.  Mereka berdoa: “Tuhan kami! Karuniakan kasih sayangMu.  Tuntaskan urusan kami dengan cara benar”.

11.  Kami tutup telinganya agar tertidur.  Di gua itu selama bertahun-tahun yang terhitung.

[Ayat ini mengandung unsur medis tentang hibernasi.  Sebuah artikel tentang Ashabul Kahfi yang dimuat Harian Cakrawala pada Sabtu, 2 Juni 2012, diikutkan dalam terjemah ini]

12.  Kemudian Kami bangunkan.  Kami uji siapa dari dua kubu di antara penghuni.  Lebih jitu menghitung berapa lama mereka dalam gua.

[Maksud “dua kubu” yakni penghuni gua itu sendiri yang berbeda pendapat perihal waktu tidur mereka]

13.  Kami ceritakan kepadamu (wahai Nabi Muhammad).  Kisah ini dengan benar.  Mereka pemuda yang beriman kepada Tuhannya.  Lalu Kami tambah hidayah kepada mereka.

14.  Kami meneguhkan hatinya dengan kesabaran serta keberanian sewaktu berdiri di hadapan penguasa.  Mereka menegaskan: “Tuhan kami ialah pemilik langit dan bumi.  Kami tidak sudi menyembah Tuhan selain Ia.  Bila kami menyembah yang lain, berarti kami mengakui sesuatu yang jauh dari kebenaran”.

15.  “Kaum kami menyembah sejumlah tuhan selain Allah.  Semestinya mereka mengemukakan alasan jelas yang membuktikan ketuhanan makhluk-makhluk yang disembahnya.  Tiada yang lebih zalim selain manusia yang berdusta tentang Allah”.

16.  Inisiatif dilontarkan seorang pemuda Ashabul Kahfi.  “Jika kalian mengasingkan diri dari mereka.  Dari yang disembah selain Allah.  Cari tempat persembunyian di gua.  Pasti Tuhanmu melimpahkan kasih sayang.  Menuntaskan urusanmu secara menyenangkan”.

17.  Bila memandang gua tersebut.  Kamu lihat mentari terbit.  Condong ke kanan dari gua mereka.  Kalau terbenam, sang surya menjauhi mereka ke arah kiri.  Mereka berada di tempat luas dalam gua.  Aspek itu merupakan sebagian tanda kekuasaan Allah.  Siapa dibimbing oleh Allah, niscaya berjaya.  Siapa disesatkan oleh Allah.  Mustahil ada penolong yang menunjukkan jalan benar.

[Ayat ini menjabarkan jika cahaya masuk lewat arah kanan pintu gua yang menghadap ke Utara]

18.  Kamu sangka mereka terjaga.  Padahal, mereka tidur.  Kami membolak-baliknya ke kanan sekaligus ke kiri.  Sedangkan anjing mereka mengunjurkan kedua kaki depannya di ambang pintu.  Kalau kamu menyaksikannya.  Tentu kamu melarikan diri.  Hatimu dipenuhi rasa takut terhadap mereka.

19.  Kami bangunkan mereka agar saling bertanya.  Berkata seorang di antaranya: “Berapa lama kamu tidur?”  Sebagian menjawab: “Kita tidur sehari atau setengah hari”.  Berkata yang lain: “Tuhanmu lebih tahu berapa lama kamu tidur.  Sekarang suruh  seorang ke kota membawa duit perakmu.  Biar ia mencari makanan yang baik untuk dibawa kepadamu.  Ia mesti berlaku lemah-lembut.  Jangan menceritakan keadaanmu kepada siapa saja”.

20.  “Jika mereka tahu tempatmu.  Pasti mereka merajam kamu atau mengembalikanmu kepada agamanya secara paksa.  Akibatnya, kamu tidak beruntung selamanya”.

21.  Kami singkap keadaan mereka kepada khalayak.  Hingga, orang kota tahu bahwa janji Allah tentang Hari Kiamat tidak diragukan.  Terjadi perselisihan di antara orang kota perihal penghuni gua.  Sebagian berkata: “Dirikan sebuah bangunan di atas gua.  Allah lebih tahu keadaan mereka”.  Pihak penguasa berkata: “Gua mereka akan dijadikan masjid”.

[Sebelum bertemu Ashabul Kahfi, penduduk kota dilanda debat.  Benarkah Kiamat akan terjadi?  Apakah jasad dibangkitkan atau hanya roh]

22.  Nanti ada yang berkata: “Jumlah Ashabul Kahfi itu tiga, yang keempat ialah anjingnya“.  Sebagian berkata: ”Bilangan mereka lima, yang keenam yaitu anjingnya”.

     Mereka menerka masalah gaib.  Sebagian lagi berkata: “Jumlah mereka tujuh, yang kedelapan adalah anjingnya”.

     Katakan (wahai Nabi Muhammad): “Tuhanku lebih tahu bilangan mereka.  Sedikit saja orang yang mengetahuinya”.

     Jangan berdebat perihal Ashabul Kahfi, kecuali debat yang otentik kebenarannya.  Jangan meminta penjelasan kepada siapa saja tentang keadaan pemuda-pemuda itu.

[Musyrik Mekkah, Yahudi serta Kristen di masa Maharasul Muhammad saling berteori mengenai jumlah Ashabul Kahfi]

23.  Jangan berkata mengenai sesuatu yang hendak dikerjakan: “Saya pasti melakukannya besok!”

24.  Ucapkan: “Insya Allah” (kalau Allah berkenan).  Ingat Tuhanmu jika kamu lupa.  Katakan: “Semoga Tuhanku memberi petunjuk yang lebih dekat kebenarannya dibandingkan ini”.

[Ayat 23-24 diturunkan berkaitan permintaan sekelompok Quraisy.  Mereka meminta kepada Nabi Muhammad informasi tentang roh, Ashabul Kahfi dan Zulqarnain.  Rasulullah menyuruhnya datang besok pagi.  Ia tidak mengucapkan “Insya Allah (bila Allah berkenan) akan kujawab pertanyaanmu besok”.

     Keesokan harinya, tiada berita dari langit dibawa Jibril.  Nabi Muhammd pun tidak bisa menjawab.  Sebab, selama 40 hari tak ada wahyu.

     Ayat 23-24 menegaskan agar jangan tergesa-gesa berjanji.  Jangan memastikan sesuatu bakal terjadi]

25.  Mereka tertidur dalam gua.  Tiga ratus tahun (menurut almanak Syamsyiah).  Ada yang menambahkan sembilan tahun (jika menggunakan kalender Qamariah).

26.  Katakan (wahai Nabi Muhammad): “Allah tahu jangka tidur mereka.  Milik Allah segala yang tersembunyi di langit serta bumi.  Alangkah terang penglihatanNya.  Betapa tajam pendengeranNya.  Tiada pelindung bagi penduduk langit dan bumi selain Allah.  Ia tidak bersekutu dengan siapa pun dalam menetapkan keputusan”.

[Abu Musa meriwayatkan bahwa ketika mereka bersama Rasulullah dalam suatu perjalanan.  Mereka mengeraskan suara dalam bertakbir.

     Nabi Muhammad bersabda, hai manusia, rendahkan suaramu.  Kalian tidak memohon kepada sesuatu yang tuli atau gaib.  Kalian justru memohon kepada Zat Mahamendengar lagi Mahadekat yang senantiasa bersamamu.

     Saat itu saya berada di belakang Rasulullah sambil membaca la haula wala quwwata illa billah (tiada daya kecuali dari Allah).

     Nabi Muhammad bersabda, hai Abdullah bin Qais, mau kutunjukkan kekayaan Surya yang tersimpan?  Saya jawab, tentu mau, ya Rasulullah.  Nabi Muhammad mengatakan, ucapan la haula wala quwwata illa billah]

27.  Bacakan yang diwahyukan kepadamu.  Bacakan al-Qur’an, kitab Tuhanmu.  Tiada yang dapat mengubah kalimat-kalimat Allah.  Mustahil kamu menemukan tempat berlindung kecuali dari Allah.

28.  Sabarkan dirimu (wahai Nabi Muhammad) bersama orang yang menyeru Tuhannya pada pagi serta petang.  Berharaplah keridaan Allah.  Jangan memalingkan pandanganmu dari orang Mukmin karena mengharap kesenangan hidup di dunia.  Jangan mematuhi orang yang hatinya sudah Kami lalaikan untuk mengingat Kami.  Jangan menuruti hawa nafsunya.  Tingkah-polahnya teramat keterlaluan.

[1.  Nabi Muhammad diimbau bersabar bersama hamba-hamba Allah yang minim dalam materi.  Jangan memalingkan pandangan dari mereka.

2.  Ayat ini terkait dengan Umayyah bin Khalaf al-Jumhi bersama pembesar Quraisy lain.  Mereka meminta agar Nabi Muhammad mengusir sahabat yang miskin dari majelis.

     Opsi lain, membuat majelis yang terpisah dari para sahabat yang tidak berderajat tinggi.  Sahabat yang dimaksud antara lain Bilal bin Rabah, Ibnu Mas’ud, Ammar, Salman, Shuhaib maupun Khabab]

29.  Katakan (wahai Nabi Muhammad): “Kebenaran berasal dari Tuhanmu.  Siapa mau beriman.  Silakan beriman.  Siapa ingin kafir.  Terserah padanya”.

     Kami siapkan bagi manusia durjana.  Api Neraka yang mengungkung dirinya.  Jika mereka minta tolong agar terbebas dari gejolak api.  Mereka diberi air serupa tembaga cair yang menghanguskan wajah.  Sangat buruk minuman itu.  Teramat jelek Neraka sebagai tempat istirahat.

[Sebelum diteguk, minuman itu langsung menghanguskan roman muka]

30.  Mereka yang beriman serta berbuat bajik.  Kami tidak menyia-nyiakan pahala pelaku kebaikan.

31.  Tersedia baginya Surga Aden.  Mengalir di dalamnya beberapa sungai.  Mereka dihias gelang-gelang emas.  Memakai busana hijau dari sutera tipis dan tebal yang bersulam.  Mereka bersandar di pelamin-pelamin megah.  Begitulah pahala paling baik.  Alangkah mewah tempat istirahat tersebut.

32.  Beri mereka tamsil (wahai Nabi Muhammad).  Dua lelaki (saleh dan kafir).  Seorang di antaranya Kami beri dua kebun anggur.  Di sekeliling kebun berjejer pohon kurma.  Di antara kedua kebun itu Kami buat ladang subur.

[Maharasul Muhammad diperintahkan memberi perumpamaan kepada umat Islam serta cecunguk kafir.  Kisah dua pria Yahudi yang berbeda jalan]

33.  Kedua kebun menghasilkan buah.  Tiada kurang buahnya kendati sedikit.  Kami juga mengalirkan di celah kedua kebun sebuah sungai.

34.  Pemilik kebun kaya-raya.  Berkata ia ketika berbincang kepada rekannya yang Mukmin.  “Hartaku lebih banyak ketimbang milikmu.  Pengikutku juga kuat”.

35.  Ia masuk ke kebun bersama rekannya.  Ia bersikap merugikan diri dengan berkata: “Saya yakin kebun ini tidak punah selamanya”.

36.  “Saya kira Hari Kiamat tidak bakal terjadi.  Andai saya dikembalikan kepada Tuhanku sebagaimana kepercayaanmu.  Pasti tempatku lebih baik ketimbang kebun ini”.

37.  Sahabatnya menanggapi ketika mereka mengobrol.  “Tidak layak kau mengingkari Allah yang menciptakamu dari tanah.  Lalu dari setetes air mani.  Lantas Ia membentukmu secara sempurna sebagai pria”.

38.  “Saya percaya bahwa Ia Allah, Tuhanku.  Saya tidak mempersekutukan sesuatu dengan Tuhanku”.

39.  “Sepatutnya kala masuk ke kebunmu, kau berkata, berkat kehendak Allah ini terwujud.  Tiada daya kecuali dari Allah.  Walau kau memandangku sangat kurang dalam masalah harta serta jumlah anak”.

40.  “Semoga Tuhanku mengaruniakan saya kebun yang lebih baik dibandingkan kebunmu.  Boleh jadi, Tuhan akan mengirim petir dari langit.  Hingga, kebunmu tandus”.

41.  “Atau air kebun tersebut surut ke dalam tanah.  Akibatnya, kau tak bisa menemukannya”.

42.  Seluruh hartanya dimusnahkan.  Ia pun membolak-balik kedua telapak tangan.  Menyesali segala pengeluaran yang dibelanjakan untuk mengolah kebun.  Pohon anggurnya tumbang dengan junjung-junjung tanamannya.  Ia berkata:  “Aduhai, elok nian bila saya tidak menyekutukan sesuatu dengan Tuhanku!”

43.  Tiada baginya segolongan yang akan menolong selain Allah.  Tidak pula ia dapat membela diri.

44.  Di momen itu, pertolongan cuma dari Allah yang Mahabenar.  Ia sebaik-baik pemberi pahala.  Sebaik-baik penentu masa depan.

45.  Kemukakan (wahai Nabi Muhammad) kepada manusia suatu tamsil.  Kehidupan dunia ini seperti hujan yang Kami turunkan dari langit.  Menyuburkan tanaman di bumi.  Kemudian tumbuhan itu menjadi jerami yang ditebar angin.  Ingat, Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.

46.  Harta serta anak-pinak sekedar perhiasan hidup di dunia.  Sedangkan perbuatan bajik yang terus-menerus.  Lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu.  Bahkan, menjadi dasar harapan yang lebih baik.

[Ali bin Abi Thalib ditanya apa perbuatan bajik yang terus-menerus.  Ia menjawab bahwa perkataan subhanallah, alhamdulillah, allahu akbar maupun la haula wala quwwata illa billahil aliyyil azhim]

47.  Camkan tatkala Kami bongkar gunung-ganang.  Kamu akan melihat bumi bagai padang terbentang.  Kami himpun semua manusia di Padang Mahsyar.  Tiada seorang yang Kami tinggalkan.

[Tak ada manusia yang tertinggal di kuburnya atau sendiri dalam penantian.  Semua diarahkan ke Padang Mahsyar]

48.  Manusia bakal digiring secara berbaris menghadap Tuhan.  Allah berfirman:  “Kalian sekarang tiba kepada Kami.  Kalian datang sebagaimana Kami menciptakanmu pertama kali.  Kalian mengira Kami tidak bakal menepati janji untuk memberi balasan”.

[Pedosa selalu mengingkari Hari Kiamat.  Kaum durjana itu baru tahu rasa ketika berada di Padang Mahsyar.  Mereka tersadar bahwa hidup di dunia ternyata harus diiringi tanggung jawab.  Semua yang dinikmati tidak gratis, namun, wajib dibayar dengan pengabdian kepada Allah]

49.  Kitab-kitab Amal dibentangkan.  Kamu bakal memandang para pedosa.  Teramat takut dengan data yang tertera di dalamnya.  Mereka berkata:  ”Celaka betul kami.  Mengapa Kitab Amal ini begini?  Tiada tertinggal yang kecil atau besar.  Semua terhitung!”  Mereka menemukan segala yang pernah dikerjakannya.  Dihadirkan di hadapannya.  Ingat, Tuhanmu tidak berlaku zalim kepada siapa

pun.

50.  Kenang saat Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kepada Adam”.  Mereka sujud kecuali iblis.  Ia dari golongan jin.  Membangkang terhadap perintah Tuhan.  Tidak pantas kamu menjadikan iblis bersama keturunannya sebagai pelindung selain Aku.  Mereka musuhmu.  Alangkah buruk iblis sebagai pengganti Allah bagi orang durjana.

51.  Aku tidak memanggil iblis hadir menyaksikan penciptaan langit serta bumi.  Tidak juga menjadikan sebagian dari mereka sebagai saksi atas penciptaan sebagian yang lain.  Tidak Aku jadikan makhluk-makhluk penyesat sebagai pembantu!

52.  Suatu hari Allah akan bertitah: “Panggil yang kalian sekutukan dengan Aku.  Kamu menyebutnya mitraKu”.  Mereka memanggil, namun, sia-sia.  Makhluk-makhluk itu tidak menyahut seruannya.  Kami jadikan untuk mereka tempat yang membinasakan (Neraka).

53.  Pedosa menatap Neraka.  Mereka yakin bakal terpental ke dalamnya.  Tiada mereka temukan cara untuk mengelak agar terbebas.

54.  Kami telah uraikan kepada manusia.  Pelbagai perumpamaan di dalam al-Qur’an.  Begitulah, manusia dalam banyak hal doyan membantah.

[Ali bin Abi Thalib mewartakan.  Suatu malam, Nabi Muhammad mengetuk pintu rumahnya (Ali dan Fathimah) seraya bertanya:  “Apakah kalian tidak shalat malam?”  Ali menjawab: “Wahai Rasulullah, jiwa kami di tangan Allah.  Andai Ia hendak membangunkan kami dalam kebaikan, tentu Ia melakukannya”.

     Nabi Muhammad pergi tanpa membantahnya.  Dari kejauhan ia menepuk pahanya seraya membaca ayat “Manusia dalam banyak hal doyan membantah”]

55.  Tidak ada penghalang bagi manusia (musyrik Mekkah) untuk beriman ketika al-Qur’an tiba.  Tiada juga perintang untuk memohon ampun kepada Tuhannya.  Keinginan mereka ialah menunggu mukjizat sebagaimana dialami umat terdahulu.  Atau dibekuk azab secara terang-terangan.

56.  Kami utus para Rasul sebagai pembawa warta gembira sekaligus pemberi peringatan.  Gerombolan kafir membantah dengan alibi batil demi menghapus kebenaran.  Mereka jadikan ayat-ayatKu.  Mereka jadikan peringatanKu.  Bahan olok-olok.

57.  Tiada yang lebih zalim dibandingkan manusia yang sudah diingatkan dengan ayat-ayat Tuhannya.  Lantas memungkirinya.  Kemudian lupa perbuatan yang pernah dilakukan kedua tangannya.  Akibatnya, Kami selubungi secara berlapis hati mereka.  Hingga, terhalang memahami masalah ini.  Kami sumbat telinganya.  Bila kamu (wahai Nabi Muhammad) menyeru petunjuk kepada mereka dengan kondisi demikian.  Selamanya mereka tidak memperoleh hidayah.

58.  Camkan ini.  Tuhanmu Mahapengampun.  Berlimpah kasih sayangNya.  Kalau Ia berkehendak menghukum mereka di dunia karena kelakuannya.  Pasti Ia mempercepat azab itu.  Tuhan tidak berbuat demikian.  Ada waktu bagi mereka.  Di saat itu, tiada tempat untuk berlindung.

[Pedosa tidak langsung dihukum.  Mereka diberi peluang untuk insaf.  Pasalnya, di Akhirat, kata “tobat” tidak lagi berlaku]

59.  Penduduk negeri-negeri yang durhaka.  Kami binasakan saat mereka berbuat jahat.  Kami tetapkan waktu khusus untuk membinasakannya.

60.  Kenang ketika Nabi Musa berkata kepada pembantunya: “Saya tidak akan berhenti berjalan sampai tiba di tempat pertemuan dua laut atau saya terus berkelana bertahun-tahun”.

[Pembantu Nabi Musa yang ikut dalam perjalanan itu ditengarai bernama Yusya bin Nun.

     Latar belakang pengembaraan Nabi Musa ialah mencari manusia agung.  Ketika duduk bersama sejumlah bani Israil, tiba-tiba datang seorang lelaki bertanya.  “Adakah yang lebih pandai dibandingkan kamu, ya Nabi Musa?”  Musa Alaihissalam menjawab tidak ada.

     Allah kemudian mewahyukan kepada Nabi Musa bahwa ada yang lebih pandai.  Namanya Nabi Khidir.  Nabi Musa pun berniat menemuinya.  Allah menyuruhnya membawa ikan.  Jika ikan hilang, berarti di sana tempat Nabi Khidir]

61.  Kala keduanya sampai di pertemuan dua laut.  Mereka lupa ikannya.  Ikan itu menceburkan diri ke laut.

[Ada laporan bahwa ikan yang dibawa sudah diasinkan.  Disimpan dalam keranjang berbahan pelepah kurma.  Saat keduanya beristirahat, ikan yang berada di sisi Yusya bin Nun, sontak menggelepar.  Melarikan diri masuk ke laut.  Jejak ikan itu menggores laut.  Tidak hilang diterpa ombak]

62.  Setelah melewati tempat itu.  Nabi Musa bersabda.  “Bawa kemari makanan kita.  Penat terasa lantaran perjalanan ini”.

63.  Sang pembantu menyahut.  “Tahukah apa yang terjadi ketika kita mengaso di batu besar tadi?  Saya lupa menceritakan gara-gara bisik setan.  Ikan itu meloncat ke laut dengan cara yang sungguh aneh”.

[Lompatan ajaib ikan tersebut seharusnya tidak terlupakan.  Sial bagi Yusya bin Nun karena terbuai godaan setan.

     Ayat ini menjabarkan bahwa setan tidak pandang bulu.  Setan selalu hadir kala manusia hendak berbuat baik atau buruk.  Modus operandi setan cuma satu.  Menggelincirkan manusia dalam derita]

64.  Nabi Musa berkata: “Tempat itu yang ingin kita tuju”.  Keduanya balik ke tempat semula mengikuti jejak yang ditinggalkan.

65.  Mereka pun bersua dengan seorang hamba di antara hamba Kami yang memperoleh rahmat.  Ilmu diajarkan kepadanya dari Kami.

[Nabi Musa akhirnya bertemu Nabi Khidir.  Al-Khiḍr bermakna manusia hijau.  Melambangkan kesegaran jiwa]

66.  Nabi Musa bertanya.  “Boleh saya mengikutimu agar kamu mengajarku yang diajarkan Allah kepadamu.  Suatu ilmu yang menjadi petunjuk bagiku menuju kebenaran”.

67.  Ia menjawab: “Kamu tidak dapat bersabar bersamaku”.

68.  “Bagaimana bisa bersabar terhadap persoalan yang tidak kamu tahu hakikatnya”.

69.  Nabi Musa bertutur: “Insya Allah, kamu akan melihatku sabar.  Tiada kutentang kamu dalam urusan apa saja”.

70.  Ia menjawab: “Jika mau ikut, maka, jangan coba bertanya kepadaku sampai saya terangkan”.

71.  Keduanya lalu berangkat.  Ketika naik ke perahu, ia melubanginya.  Nabi Musa menghardik: “Mengapa kamu membocorkannya.  Perbuatanmu bisa menenggelamkan penumpang-penumpangnya.  Kamu melakukan kejahatan berat!”

72.  Ia menjawab: “Sudah kubilang.  Kamu tidak sanggup bersabar bersamaku”.

73.  Nabi Musa berkata: “Jangan marah padaku karena saya lupa syaratmu.  Jangan pula membebaniku kerumitan dalam urusanku menuntut ilmu”.

74.  Keduanya meneruskan perjalanan.  Mereka berjumpa seorang remaja.  Ia membunuhnya.  Nabi Musa menegur.  “Mengapa kamu bunuh satu jiwa suci.  Tiada ia membunuh manusia.  Kamu melakukan kemungkaran!”

75.  Ia menjawab: “Telah kukatakan.  Kamu tidak dapat bersabar bersamaku”.

76.  Nabi Musa berkata: “Kalau saya bertanya lagi sesuatu sesudah ini.  Jangan kamu biarkan saya mengikutimu.  Kamu punya cukup alasan tentang diriku untuk meninggalkan saya”.

77.  Keduanya melanjutkan kembara.  Kala sampai kepada penduduk suatu kota.  Mereka meminta makan.  Warga menolak menjamunya.  Kemudian ditemukannya sebuah dinding yang nyaris roboh.  Ia memperbaiki.  Nabi Musa berujar: “Bila mau, tentu kamu berhak meminta upah”.

78.  Ia berkata: “Ini momen perpisahan kita.  Saya akan terangkan maksud peristiwa yang memaksamu tidak mampu bersabar“.

79.  Perahu itu milik orang miskin yang bekerja di laut.  Saya sengaja merusaknya.  Sebab, di belakang mereka ada raja bengis yang akan merampas perahu tanpa cacat.

80.  Terkait sang pemuda.  Ayah-ibunya termasuk insan beriman.  Kami cemas ia akan menggiring orangtuanya pada kedurhakaan serta kekafiran.

81.  Kami berharap Tuhan mengganti bagi mereka putra yang lebih baik.  Lebih besar kasih sayangnya kepada orangtua.

82.  Sementara tembok itu milik dua anak yatim di kota tersebut.  Di bawahnya ada harta terpendam bagi mereka.  Ayahnya orang saleh.  Tuhan menghendaki supaya mereka cukup umur guna mengeluarkan harta itu sebagai rahmat Tuhan. Tiada kulakukan ini menurut kemauanku.  Begitulah penjelasan mengenai perkara-perkara yang membuatmu tidak sabar menghadapinya”.

83.  Mereka bertanya kepadamu (wahai Nabi Muhammad) mengenai Zulqarnain.  Katakan: “Kepadamu akan kukisahkan.  Legenda tentang dirinya”.

84.  Kami memberikannya kekuasaan memerintah di bumi.  Kami beri ia jalan mencapai segala sesuatu.

85.  Ia menempuh suatu jalan.

[Zulqarnain menuju belahan bumi bagian Barat]

86.  Tatkala sampai di kawasan matahari terbenam.  Ia menemukannya terbenam di laut berlumpur hitam.  Di dekatnya bermukim kaum kafir.  Kami ilhamkan kepadanya: “Hai Zulqarnain!  Kamu boleh menghukumnya atau memperlakukannya secara baik”.

[Zulqarnain diimbau mengajak mereka beriman]

87.  Bertitah Zulqarnain: “Pelaku durjana kami hukum.  Ia akan dikembalikan kepada Tuhannya untuk diazab dengan siksa mengerikan”.

88.  Kepada insan saleh dan pelaku bajik.  Tersedia balasan terbaik.  Dimudahkan baginya segala urusan atas perintah kami.

89.  Kemudian Zulqarnain menempuh jalan lain.

90.  Ketika tiba di daerah terbit matahari.  Ia menemukan mentari menyinari suatu kaum.  Kami tidak buatkan mereka tudung yang melindunginya dari terik sang surya.

91.  Pengetahuan Kami mencakup segala yang ada pada Zulqarnain.

92.  Ia menempuh lagi jalan lain.

93.  Tatkala tiba di antara dua gunung.  Ia temukan di depannya kaum yang hampir tidak mengerti pembicaraan.

94.  Mereka berkata: “Hai Zulqarnain.  Ya’juj bersama Ma’juj senantiasa melakukan kerusakan di bumi.  Sudikah kalau kami memberimu bayaran?  Syaratnya, kamu bangun tembok.  Penghalang antara kami dengan mereka”.

[Ada dugaan, selain merusak, juga Ya’juj dan Ma’juj adalah kanibal, pemakan manusia]

95.  Zulqarnain menjawab: “Kuasa yang dianugerahkan Tuhanku lebih baik ketimbang bayaranmu.  Bantu saya dengan tenagamu.  Saya akan dirikan antara kalian dengan mereka.  Suatu tembok pemisah”.

96.  “Bawa kepadaku potongan-potongan besi”.  Setelah besi terpasang rata dengan kedua puncak gunung.  Zulqarnain memerintahkan membakarnya.  “Tiupkan api”.   Ketika besi menjadi merah bagai api.  Ia berkata: “Bawa tembaga cair supaya kutuangkan ke atas besi panas itu”.

97.  Ya’juj serta Ma’juj tidak dapat mendaki tembok tersebut.  Tiada jua sanggup melubanginya.

98.  Berkata Zulqarnain: “Tembok ini adalah rahmat dari Tuhanku.  Jika datang janji Tuhanku, Ia jadikan tembok itu luluh-lantak menjelang Kiamat.  Pasti, janji Tuhanku benar”.

[Tiap hari, Ya’juj dan Ma’juj berusaha sekuat tenaga melubangi dinding Zulqarnain.  Mereka akhirnya berhasil.  Cahaya matahari terlihat.  Pemimpin mereka berkata:  “Pulanglah, besok kalian melubangi lagi”.  Esoknya, mereka kembali melubangi dinding itu.

     Syahdan, Nabi Muhammad terbangun dari tidurnya.  Ia bersabda:  “Celaka bangsa Arab”.  Para sahabat bertanya:  “Ada apa, ya Rasulullah?”  Nabi Muhammad menjawab:  “Tembok Ya’juj dan Ma’juj sudah berlubang sebesar ini”.  Rasulullah membuat lingkaran dengan tangannya]

99.  Hari ketika tembok hancur-lebur, Kami biarkan Ya’juj serta Ma’juj keluar.  Berbaur antara satu dengan yang lain.  Kemudian bunyi kedua sangkakala terdengar.  Kami himpun segenap makhluk di Padang Mahsyar.

[Ya’jud serta Ma’juj keluar terbanting-banting.  Seolah gelombang yang saling tindih-menindih]

100.  Hari itu, Kami pertontonkan secara terang Neraka Jahanam kepada gerombolan kafir.

101.  Mereka merupakan orang-orang yang terselubung mata hatinya terhadap peringatan-peringatanKu.  Tak sudi pula mendengarKu lewat suara iman dari indra hati.

102.  Apakah cecunguk kafir menyangka.  Mereka bisa menjadikan hamba-hambaKu sebagai penolong selain Aku?  Kami siapkan Neraka Jahanam sebagai kediaman bagi gerombolan kafir.

103.  Katakan (wahai Nabi  Muhammad): “Apakah perlu Kami kabarkan kepadamu.  Manusia paling rugi perbuatannya?”

104.  Mereka itu yang sia-sia usahanya dalam kehidupan dunia karena minus iman.  Sementara mereka mengira dirinya selalu berbuat baik.

105.  Mereka mengingkari ayat-ayat Tuhannya.  Memungkiri pertemuan dengan Tuhan.  Akibatnya, gugur amal-amal mereka.  Kami menampik penilaian amalnya pada Hari Kiamat.

106.  Mereka yang bersifat begitu.  Balasannya yakni Neraka Jahanam.  Mereka ingkar.  Menjadikan ayat-ayatKu bersama rasul-rasulKu sebagai olok-olok.

107.  Insan saleh serta pelakon bajik.  Disediakan bagi mereka Taman Firdaus sebagai kediaman megah.

108.  Mereka kekal di sana.  Tiada berminat pindah dari situ.

109.  Katakan (wahai Nabi Muhammad): “Andai samudra menjadi tinta untuk menulis kalimat-kalimat Tuhanku.  Pasti habis sebelum tuntas ditulis.  Sekalipun ditambah lagi samudra yang sebanding”.

[Orang Quraisy menceritakan jawaban Nabi Muhammad kepada kaum Yahudi terkait roh, Ashabul Kahfi serta Zulqarnain.  Yahudi lantas membanggakan diri.  “Kami dianugerahi ilmu yang berlimpah sekaligus diberi Taurat.  Siapa diberi Taurat, ia memperoleh banyak kebaikan”.  Ayat 109 kemudian diwahyukan guna menandaskan bahwa ilmu Allah sangat banyak]

110.  Katakan (wahai Nabi Muhammad): “Saya cuma manusia seperti kamu.  Diwahyukan kepadaku bahwa Tuhan kalian ialah Tuhan yang Esa.  Siapa berhasrat bertemu Tuhannya.  Ia mutlak mengerjakan kebajikan.  Jangan mempersekutukan apa pun dalam beribadah kepada Tuhan”.



Keutamaan Surah al-Kahfi

     Siapa menghafal 10 ayat awal surah al-Kahfi, akan terlindung dari Dajjal.  Siapa menghafal 10 ayat terakhir, bakal terjaga dari fitnah Dajjal.

     Siapa membaca surah al-Kahfi pada Jumat.  Ia disinari cahaya dari telapak kaki sampai langit.  Cahaya tersebut akan meneranginya pada Hari Kiamat.  Sedangkan dosanya diampuni selama dua Jumat.

     Riwayat lain menerangkan bahwa siapa membaca surah al-Kahfi pada Jumat.  Ada cahaya membentang dari Mekkah yang sampai kepada dirinya.
     Rumah yang di dalamnya dibaca surah al-Kahfi atau al-Baqarah.  Sepanjang malam itu setan tidak mampu memasukinya.


Anti-Penuaan
ala Ashabul Kahfi
Oleh Abdul Haris Booegies

      Usia merupakan berkah bagi manusia. Dengan umur tersebut kita melewati waktu. Sementara di dalam waktu tersedia rupa-rupa profesi. Usia dan tempo sesungguhnya bergerak ke dua arah. Satu menuju pada kebaikan, lainnya ke keburukan.
      Umur serta waktu yang bertabir rahasia jelas wajib dipakai secara positif. Ketika usia wassalam dari dunia, berarti sang kala tak lagi berfaedah.
      Saat berdoa kepada Allah, hampir semua bani Adam mengharapkan umur panjang. Dari aspek religius, tentu usia di tangan Allah. Manusia hanya berikhtiar agar tetes rahmat Sang Khaliq turun guna memperoleh bonus umur.
      Usia di tangan Allah! Kendati demikian, Allah tetap mencurahkan kasih sayang lewat konstruksi ilmiah. Al-Qur’an menegaskan kalau para penghuni gua (Ashabul Kahfi) tertidur karena telinga mereka disumbat. Elemen itu menandaskan jika secara medis seseorang bisa mengalami hibernasi beberapa hari dengan metode menutup telinganya.
      Hibernasi merupakan kondisi ketidakaktifan sekaligus penurunan metabolisme. Hibernasi membuat rendah suhu badan. Pernafasan pun menjadi perlahan. Sedangkan kecepatan metabolisme menurun. Kondisi tubuh begitu dialami Ashabul Kahfi.
     “Andai kamu menyaksikannya, kamu pasti berpaling melarikan diri. Hatimu penuh ketakutan terhadap mereka” (al-Kahfi:18).
      Sesudah menyumpal telingannya, maka, orang yang mengalami hibernasi harus ditempatkan di suatu ruang khusus. Ia mesti terisolir dari hiruk-pikuk keseharian.
      Hibernasi secara sederhana pernah menimpa Mitsutaka Uchikoshi. Pada 7 Oktober 2006, ia terjatuh di gunung Rokko, Jepang. Pengusaha berumur 35 tahun tersebut akhirnya tergeletak tanpa pertolongan selama 24 hari dalam kondisi hipotermia. Organ-organ raga Uchikoshi tak berfungsi. Ia akhirnya pulih berkat penanganan tim medis.
      Teknologi hibernasi merupakan ilmu spektakuler di masa depan. Sebab, dianggap dapat membantu astronot di luar angkasa. Selain itu, hibernasi membuat manusia awet muda. Hibernasi menjadi landasan anti-penuaan. Orang tetap belia sekalipun masa hidupnya telah mengarungi deretan tahun.

Serikat Decapolis
      Al-Qur’an tidak merinci identitas pemuda penghuni gua. Mereka cuma diwartakan sebagai insan dengan kalbu bertabur tauhid. Dari observasi mendetail yang terus terkuak, maka, termaktub bila mereka berasal dari kalangan cendekiawan. Profesinya yakni penasehat Raja Diqyanius.
      Status mereka jelas menentukan saga Ashabul Kahfi. Kalau saja mereka sekedar gembel, tentu, penguasa tak ambil pusing. Maklum, sekali sabet niscaya komplotan tersebut mampus terjengkang. Jika mereka punya kedudukan, berarti prahara bagi istana. Seorang jenderal bintang tiga yang melawan lembaganya pasti memiliki efek gigantik. Berbeda bila kopral berambisi menentang markasnya. Kalau ia dihabisi, sejarah otomatis tidak sudi mengenangnya. Tiada penghormatan buatnya kecuali caci-maki pedih nan perih dari institusinya.
      Al-Qur’an yang diwahyukan kepada Maha Rasul Muhammad, tak menukil nama pahlawan tauhid yang tidur selama 309 tahun. Segi itu diabaikan al-Qur’an lantaran sejarah bisa ditelisik lewat gebyar modernisasi dan globalisasi yang serba matematis. Penemuan aneka prasasti memungkinkan manusia menyimpulkan sejarah.
      Kini, ada riwayat jika nama mereka ialah Maximilianus, Solidanus, Martinus, Yonasius, Talmikho berikut Yamanis. Petinggi tersebut dilengkapi seorang penggembala kambing bernama Antonius dengan anjing yang dipanggil Genesius. Mereka menetap di Kota Philadelphia dengan Raja Diaclitianus atau Decius. Sekarang, Philadelphia tiada lain Kota Amman. Ketika narasi bermula, Imperium Romawi membangun serikat Decapolis yang berpusat di Philadelphia.
      Versi Islam hikayat penghuni gua memaklumkan bila nama mereka yaitu Tamlikha, Miksalmina, Mikhaslimina, Martelius, Casitius serta Sidemius. Keenam individu itu tertera sebagai penasehat Raja Diqyanius. Lokasi peristiwa terjadi di Imperium Romawi. Mereka mendiami Kota Aphesus (Ephese). Aphesus berganti nama menjadi Tharsus (Tarse) sesudah kedatangan Islam. Dewasa ini, kota Tharsus terletak di wilayah Turki.
      Dalam sebuah acara, keenam pembesar tersebut menentang ketuhanan Raja Diqyanius. Mereka muak dengan pengakuannya sebagai tuhan. Apalagi, rezimnya serba represif. Cacat moral dengan ragam tindak kriminal bergentayangan. Kelompok pembangkang itu malahan mendiskreditkan Jupiter, Apollo, Jianus, Diana dan Herakel sebagai patung tanpa secuil otoritas. Aksi brilian mereka dengan mencemooh berhala Romawi, membuatnya digiring ke bui. Di penjara yang jorok, mereka rupanya sanggup meloloskan diri.
      Dalam pelarian tersebut, mereka bersua dengan seorang penggembala kambing bersama anjingnya. Anjing hitam itu bernama Qithmir. Mereka lantas melarikan diri ke gua Washid atau Kheram di lereng gunung Naglus.

Mitochondrial Coupling
      Gua tempat persembunyian Ashabul Kahfi punya desain unik. Pasalnya, cahaya surya leluasa masuk di waktu pagi serta petang. “Kamu melihat matahari tatkala terbit, condong ke kanan dari gua mereka. Kalau terbenam, mentari menjauhinya ke kiri” (al-Kahfi: 17).
      Bagian dalam liang begitu luas. “Mereka berada di ruang luas dalam gua” (al-Kahfi: 17). Suasana gua yang lapang membuat oksigen tetap memadai. Hingga, aroma kesegaran udara cukup nyaman bagi pemuka Aphesus.
      Kala tidur dalam gua, maka, Allah mengawasinya. Badan mereka di bolak-balik supaya tidak kesemutan. Faktor tersebut juga untuk menghindarkan mereka dari iritasi kulit. Jasmani mereka di balik ke sebelah kanan atau kiri agar sinar surya menguatkan tulang dan kulitnya “Kami bolak-balik mereka ke kanan-kiri” (al-Kahfi: 18).
      Di bibir liang gunung, berjaga anjingnya. “Anjing mereka menjulurkan kedua kaki depannya di ambang mulut gua” (al-Kahfi: 18).
      Silsilah historis Ashabul Kahfi menunjukkan kepada kita dua aspek pokok. Pertama, tauhid tak pernah kalah oleh kelaliman penguasa. Hari ini mereka diburu sebagai buronan. Esok sosoknya menjulang tinggi oleh sanjungan. Kedua, Ashabul Kahfi menegaskan jika usia dapat direkonstruksi secara medis. Surat al-Kahfi merupakan blue print rekayasa biologis di bidang hibernasi.
      Hewan yang kerap hibernasi antara lain beruang, tupai, kelinci, tazmania Australia serta marsupilami Afrika. Teknologi hibernasi paling memukau ditemukan pada katak bawah tanah (cyclorana alboguttata). Reptil itu bisa hidup terkubur dalam tanah tanpa makan maupun minum. Katak spesial tersebut enteng tidur berkat sel mitochondria. Makhluk vertebrata itu mampu memaksimalkan energinya untuk bertahan hidup lewat proses mitochondrial coupling.
      Pada esensinya, kisah penghuni gua membeberkan kepada kita perihal iman dan sains. Walau al-Qur’an diturunkan di gurun gersang, namun, himpunan ayatnya kaya makna. Tiap alfabetnya mengairi damba dahaga insan beriman. Bukti-bukti terus mengalir dari al-Qur’an. Surat-surat Ilahi tersebut dari hari ke hari mengasah daya nalar demi menggapai gagasan gemilang. Sementara kitab suci itu sendiri tidak jua mengering. Ide-ide cemerlang nan orisinal tanpa jeda selalu tersembur membuncah. Maha Suci Allah dengan segala ilmu-Nya.

(Cakrawala, Sabtu, 2 Juni 2012)



Derajat Terjemahan

     Terjemah al-Qur’an bukan al-Qur’an sesungguhnya.  Bukan al-Qur’an sejati yang diwahyukan kepada Maharasul Muhammad.  Al-Qur’an senantiasa berbahasa Arab klasik.  Tidak dinamakan al-Qur’an jika firman-firman Allah tersebut disadur ke bahasa Bugis atau Perancis.  Soalnya, terjemahan muskil menampung seratus persen maksud al-Qur’an.  Alih bahasa mustahil sepadan dengan arti hakiki yang dimaksud Allah.  Apalagi, bahasa al-Qur’an bernas, ringkas, puitis sekaligus sarat makna.  Sedangkan aneka bahasa yang digunakan dalam terjemahan tak efektif serta efisien.
     Terjemah al-Qur’an hanya deretan kata manusia, bukan untaian Kalam Ilahi dari Lauhul Mahfuz.  Hingga, terjemah al-Qur’an tidak hidup, tak punya sukma yang bisa menggelorakan spirit.  Terjemah al-Qur’an selalu kaku dan acap membingungkan.  Dengan demikian, posisi terjemahan sekedar “pengantar” untuk membaca al-Qur’an.  Bukan “kunci” buat memahami al-Qur’an.
     Terjemah al-Qur’an tidak pernah serupa.  Terjemahan senantiasa tampil beda.  Aspek itu menandaskan bahwa terjemahan tak mungkin setara dengan al-Qur’an.  Maklum, Kalam Ilahi tersebut memiliki irama dalam teks, kejelasan arti, sintaks kalimat serta penggunaan kata.
     Terjemah al-Qur’an secara harfiah (letterlejk) termasuk repot diaplikasikan.  Mayoritas ulama berpendapat bahwa terjemahan harfiah rumit lantaran membutuhkan persyaratan yang berat direalisasikan.  Terjemahan harfiah susah karena ada mufradat (sinonim) per huruf antara bahasa penerjemah dengan bahasa al-Qur’an.  Kemudian ada tanda baca yang sama pada bahasa penerjemah terhadap tanda baca pada bahasa al-Qur’an.  Tanda baca tersebut minimal mirip.  Selain itu, terjemahan secara harfiah menuntut kesamaan susunan kata antara bahasa penerjemah dengan bahasa al-Qur’an.  Kesamaan tersebut mencakup kalimat, sifat atau tambahan-tambahannya.
     Terjemahan harfiah diharamkan ulama akibat makna yang dikandungnya kurang sempurna.  Hatta, jauh dari maksud al-Qur’an.
     Walau sukar, tetapi, ada terjemahan yang benar-benar setia pada kata-kata dalam al-Qur’an.   Mereka berusaha selaras dengan wahyu.  Sebab, khawatir mengaburkan arti.  Mereka menjaga interpolasi pikiran.
     Terjemahan tidak lepas pula dari platform sastra.  Terjemahan berdimensi puitis itu diperkaya dengan nuansa keindahan bahasa si penerjemah.  Dalam kasus ini, penerjemah dapat digolongkan sebagai figur liberal.  Pasalnya, menyuntikkan semangat bahasa ibu si penerjemah ke dalam terjemahan.  Mereka tak menyukai kesetiaan pada tiap kata-kata Arab.  Penerjemah semacam ini memakai kebebasan dengan kata-kata pilihan.
     Di berbagai bentala, ada terjemahan yang benar-benar akademis.   Ada juga sekedar informatif dengan bumbu bahasa jurnalistik sastrawi.  Tiap kalimat tidak setia dengan kata per kata al-Qur’an.  Spirit yang diemban ialah bagaimana al-Qur’an cepat diserap dan tak membosankan ditelaah.
     Pada akhirnya, seluruh terjemahan dilandasi vitalitas agar Kalam Ilahi tersebut membuncah di hati.  Tiada seorang pun ingin menampilkan terjemahan ala kadarnya.  Elemen itu pula yang membuat segenap terjemahan wajib dilengkapi di sisi kanan atau atasnya teks al-Qur’an yang berbahasa Arab.  Alhasil, bila ada yang salah atau keliru, maka, pembaca segera mengecek ke al-Qur’an asli.
     Terjemahan apa saja terasa sempurna kalau dilampiri teks tulen al-Qur’an.  Soalnya, al-Qur’an berbahasa Arab tersebut sanggup berpengaruh secara psikologis terhadap pembacanya, biarpun ia tidak mengerti bahasa Arab.
     Di luar negara-negara Arab, istilah paling membingungkan dalam al-Qur’an yakni kata nahnuDhamir (kata ganti) nahnu bermakna “kita” atau “kami”.  Dalam ilmu Nahwu (sintaksis), nahnu bisa diterjemahkan “kita”, “kami”, “saya” atau yang lain tergantung konteks kalimat.
     Dalam bahasa Arab, istilah serta kata tak selalu berarti zahir atau apa adanya.  Sebagai contoh, kata antum (kalian).  Antum sering digunakan untuk menyapa lawan bicara kendati cuma satu orang.  Tidak dipakai kata anta (kamu).  Penggunaan antum yang plural dipandang lebih sopan sembari menghargai lawan bicara.
     Di Indonesia, orang menyapa lawan bicara dengan kamu, Anda atau tuan.  Kamu, Anda dan tuan punya rasa bahasa yang berbeda.  Kamu biasa dipakai untuk lawan bicara yang lebih muda atau di kalangan sebaya.  Anda digunakan kepada lawan bicara yang dituakan.  Sementara tuan buat orang yang dimuliakan.  Anda serta tuan dalam sosio-linguistik Arab bermakna ta’zim alias kata beradab terhadap lawan bicara yang memiliki derajat tinggi atau kepada khalayak.
     “Kami” merupakan sebutan Allah untuk diriNya.  Dalam bahasa Arab, ada jamak kuantitas dan jamak kualitas.  Jamak kuantitas (al-mutakallim ma’a ghairihi) menunjukkan jumlah banyak atau kata ganti orang pertama plural.  Sedangkan jamak kualitas (al-mutakallim al-muazzim li nafsih) menerangkan pola tunggal dengan banyak predikat atau berarti keagungan atas dirinya.
     Dalam tata bahasa Arab, terdapat kata ganti pertama singular “ana” (saya).  Lantas ada kata ganti pertama plural “nahnu” (kami atau kita).  Lazim terjadi pada bahasa lain jika kata ganti pertama plural bisa berperan sebagai singular.  Dalam nahwu sharaf (Arabic grammar), inilah yang dinamakan al-mutakallim al-muazzim li nafsih (kata ganti pertama yang mengagungkan diri sendiri).
     Allah menegaskan diri dengan “Kami” berkat predikat di sisi-Nya berjumlah banyak.  Zat Esa itu tercantum sebagai pencipta, pengatur, pemelihara, pemaaf, penyayang serta Raja Diraja alam semesta.  Allah tak tidur!  Ia sibuk terus mencipta seraya mendengar doa insan saleh.
     “Semua makhluk di langit dan bumi senantiasa memohon kepada-Nya.  Tiap waktu Ia sibuk (mencipta serta memelihara makhluk-makhluk-Nya)” (ar-Rahman: 29).
     Saat membaca al-Qur’an, maka, bertabur kata Allah dalam Kitab Suci.  Harap dimafhumi bahwa nama asli penguasa langit dan bumi tiada lain Allah.  “Aku ini Allah.  Tiada Tuhan kecuali Aku!” (Thaha: 14).
     Allah sendiri memaklumatkan bila nama-Nya adalah Allah.  Allah merupakan nama diri (proper name) dari Zat Mahakuasa.  Dalam kaidah bahasa Arab, kata Allah berwujud ism jamid.  Kategori tersebut menjabarkan kalau kata Allah bukan ism (kata benda) yang diambil dari kata kerja.  Arkian, tidak boleh diubah dalam bentuk apa pun!  Ini berbeda dengan kata rabbun (tuhan).  Rabbun modelnya ism musytaq (kata benda yang dibentuk dari kata lain dengan arti berbeda dari kata pembentuknya).  Rabbun terambil dari kata kerja rabba, rabbi atau tarbiyatan.
    Istilah Allah bagi umat Islam teramat jelas posisinya.  Berbeda dengan Yahudi.  Mereka tak mengerti bagaimana mengucapkan fonem יהוה (YHVH) dalam Perjanjian Lama.  Ini gara-gara tidak ada tradisi sanad (rentetan jalur sumber) yang sampai kepada Nabi Musa.  Akibatnya, Yahudi bingung bin bimbang membaca YHWH (tetragrammaton alias empat huruf nama tuhan).  Bahkan, Yahudi Ortodoks ogah melafalkannya.  Mereka terpaksa membacanya adonai (tuhan atau tuan).  Di kamus tersua bahwa adonai ialah a Hebrew name for God, usually translated in the Old Testament by the word “Lord”.
     Untuk mengibuli umatnya serta penduduk planet biru ini, maka, YHWH diinformasikan sebagai sebutan dalam bentuk orang ketiga tunggal.  YHWH dicelotehkan sebagai “Dialah yang ada, Dialah Dia”.
     Pada esensinya, empat konsonan itu sekedar ditebak pengucapannya.  Kadang dibaca Yahweh, Yahuweh, Yehuwa, Yahavah, Yaheveh, Yahaveh atau apa saja sesuai selera.  Dengan demikian, Yahweh atau Yehovah sekedar nama jadi-jadian bagi tuhan mereka.  Ini sungguh aneh.  Sebab, nama tuhan mereka sendiri tak diketahui secara pasti.
     Di kalangan Kristen, istilah Allah bukan nama diri sebagaimana konsep Islam.  Kristen menganggap jika Allah merupakan sebutan untuk “wujud yang disembah” (al-ilah).  Hingga, tuhan boleh dipanggil Allah, Yahweh, God atau Lord.  Mereka cuma paham bahwa nama tersebut merujuk pada sesuatu yang disembah.
     Terkutuk sekawanan agen Thaghut (sesembahan paling nista) berlabel Islam progresif berasas liberal yang berceloteh: “Tiada tuhan selain Tuhan”.

Abdul Haris Booegies

























































































Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Amazing People