Jumat, 22 November 2013

Siti Hajar Rahim Islam

Rahim Islam
Puisi Abdul Haris Booegies

Hajar tersipu

Di sisi sang raja

Titah bergema

“Engkau putriku

Kunikahkan dengan sang Hanif”

Mesir berpesta

Tiga hari tiga malam

Kala pesta redup

Volume tamborin mengecil

Rahim Hajar berbuah

Sembilan bulan lewat

Tangis bayi melengking

Di lorong-lorong fir’aun, puri utama Mesir

Pesta digelar

Volume tamborin memekakkan telinga

Sang Hanif bergetar

Bayi itu harus ke Lembah Bakkah

Kemewahan bukan rumahnya

Gurun dan terik mentari menantinya

Hajar memboyong putranya

Menuju dunia baru

Fir’aun nan megah bukan tempatnya

Sang Hanif menuntun

Diiringi sembilan dayang-dayang sembilan jongos

Karavan menuju Hijaz

Kawasan senyap berbenteng padang pasir tiada bertepi

Di bukit Abu Qubais

Sang Hanif melongok

Mencari tempat memasang tenda

“Turunkan muatan di lembah datar itu”

Sang bayi tergolek di atas permadani

Kakinya menyentak

Dari balik pasir

Mengalir air

Zamzam…Zamzam…” seru Hajar

Sabda sang Hanif

“Engkau anakku

Kau temukan air di tanah gersang

Kau beri kami kehidupan

Kau beri bumi harapan”



Sabtu, 23 November 2013



   Puisi ini ditulis untuk menyegarkan sejarah Siti Hajar, istri Nabi Ibrahim. Hajar dituduh budak Abyssinia (Ethiopia). Dalam bahasa Abyssinia, hajar berarti kota.

   Nabi Ibrahim membawa Hajar ke Mekkah yang tak bertuan. Tiada seorang pun di sana. Ihwal ini untuk menghindari rasa cemburu Sarah, istri pertama Nabi Ibrahim. Sumber konflik ialah Hajar melahirkan Ismail. Sementara Sarah belum dikaruniai anak. Ini aneh, menimbulkan curiga. Sebab, Sarah sendiri yang menyuruh suaminya mengawini budak hitam tersebut.

   Orientalis penyembah patung bukan hanya menuding sembrono. Mereka juga mendiskreditkan Islam dengan istilah Hajarisme. Maksudnya Islam berasal dari budak Afrika bernama Hajar.

   Pada peradaban modern, sulit mencerna seorang istri dengan bayi ditinggal sendiri di daerah tanpa penduduk. Mekkah saat itu belum berpenghuni. Bahkan, rumput pun ogah tumbuh. Tak ada sumur. Manusia macam apa yang tega menyingkirkan istri dan putranya ke teritorial ganas itu?

   Sarah bukan budak. Ia putri raja Mesir.  Hari-harinya hanya di fir’aun yang penuh pesona. Fir’aun merupakan nama istana raja Mesir. Istilah itu kemudian berubah makna. Fir’aun bukan lagi istana, namun, gelar bagi penguasa Mesir.
















Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Amazing People