(Tauhid)
Dengan Nama Allah yang Mahapemurah dan Pemilik Kasih
Sayang
1. Kaaf, Haa, Yaa, Ain, Shaad
2. Ini yang dibacakan
merupakan keterangan mengenai rahmat Tuhanmu kepada hambaNya, Nabi Zakaria.
[Nabi
Zakaria merupakan pemimpin bani Israil.
Ia membiayai hidupnya dengan profesi sebagai tukang kayu]
3. Kala Nabi Zakaria
berdoa kepada Tuhannya dengan suara lirih.
[Ayat
ini menandaskan bahwa berdoa seyogianya dengan suara lembut]
4. Ia membujuk: “Wahai Tuhanku! Tulang-belulangku melemah. Kepalaku ditumbuhi uban, namun, tiada pernah
kurasa kecewa. Dalam berdoa kepadaMu”.
[Di
samping bersuara lirih, juga berdoa harus terus tekun dilakukan. Jangan putus asa. Tak boleh menyerah. Manusia agung selevel Nabi Zakaria saja
berbilang tahun berdoa]
5. “Saya cemas
terhadap keluargaku sesudah kutinggalkan.
Apalagi, isteriku mandul.
Karuniakan saya seorang putra dari sisiMu”.
6. “Kelak mewarisi
saya dalam tugas kenabian. Mewarisi keluarga
Nabi Yakub. Wahai Tuhanku, jadikan ia
seorang yang diridai”.
7. “Hai Zakaria. Kami menyampaikan berita gembira. Kamu dianugerahi putra bernama Yahya. Kami tidak pernah berikan sebelumnya. Nama yang serupa dengan itu”.
8. Nabi Zakaria
bertanya: “Wahai Tuhanku. Dengan cara
apa kuperoleh anak? Istriku mandul. Saya sendiri uzur”.
9. Pesan Allah
bergema: “Begitulah ketetapannya”. Firman menyusul: “Hal itu gampang bagiKu. Aku ciptakan kamu sebelum ini. Padahal, waktu itu kamu belum berwujud sama
sekali”.
10. Nabi Zakaria
merayu: “Wahai Tuhanku! Beri isyarat yang menunjukkan isteriku
mengandung”. Allah berfirman: ”Tandanya
ialah kamu tidak mampu mengucap kata kepada manusia. Tiga hari tiga malam lamanya. Padahal, kamu sehat”.
11. Ia keluar dari
mihrab menemui kaumnya. Memberi isyarat
kepada mereka: “Panjatkan puja-puji kepada Allah pada pagi serta senja”.
12. Allah
berfirman: “Hai Yahya. Terima Taurat ini. Amalkan secara gigih!” Kami beri hikmah perihal Taurat kepadanya. Semasa ia masih kanak-kanak.
[Hikmah
yaitu visi yang dipandu kecerdasan dan kebijaksanaan]
13. Kami mengaruniakannya
kasih sayang maupun kesucian dari dosa. Ia
seorang yang takwa.
14. Ia berbakti
kepada orangtuanya. Tidak angkuh. Tak pula durhaka.
15. Sejahtera sentosa
atas dirinya. Pada hari ia
dilahirkan. Pada hari ia wafat.
Pada hari ia dibangkitkan di Hari Kiamat.
16. Kisahkan (wahai Nabi
Muhammad) dari al-Qur’an tentang Maryam.
Saat mengasingkan diri dari keluarganya.
Ke suatu tempat di sebelah timur, arah Baitul Maqdis.
17. Maryam memasang
tirai guna melindungi dirinya dari manusia.
Kemudian Kami utus ruh Kami (Jibril) kepada Maryam. Ia menjelma sebagai pria dengan fisik
sempurna.
[1. Tabir yang terpasang berguna untuk melindungi
kekhusyukan ibadah Maryam.
2. “Ruh Kami” tidak berarti ruh dalam diri Tuhan
sebagaimana ruh dalam jasad manusia. “Ruh
Kami” ialah Jibril, kepala suku malaikat.
Dalam al-Qur’an, Jibril biasa disebut Ruhul Qudus atau Ruhul
Amin.
Dalam ayat ini dinamakan Ruuhuna
(Ruh Kami).
Jibril menemui Maryam dengan penampilan
menawan. Maryam tentu kaget melihat
sosok tampan berdiri di hadapannya.
Pasalnya, ia telah memasang tirai pengaman. Ia sengaja menjauhkan diri sekaligus
mengurung diri di balik tabir untuk beribadah]
18. Maryam berkata: “Saya berlindung kepada Allah yang Mahapemurah
dari dirimu. Jangan usil padaku jika kau
orang bertakwa”.
19. Jibril menjelaskan:
“Saya diutus Tuhanmu. Memberimu seorang putra
suci”.
20. Maryam bertanya cemas:
“Bagaimana saya bisa punya anak! Tiada
pernah saya disentuh laki-laki. Saya
juga bukan pelacur!”
21. Jibril menjawab:
“Begitulah yang bakal terjadi. Tuhanmu
berfirman: Ihwal itu enteng bagiKu. Kami
hendak menjadikannya tanda kekuasaan Kami untuk manusia. Suatu rahmat dari Kami. Hal itu merupakan perkara yang sudah diputuskan”.
22. Maryam mengandung. Ia menyingkir ke tempat jauh.
23. Ketika hendak
bersalin. Rasa sakit memaksa ia bersandar
pada pangkal pohon kurma. Ia berkata: “Aduhai, alangkah baik andai saya mati
sebelum ini. Menjadi sesuatu yang tanpa
makna. Dilupakan selamanya!”
24. Jibril menyeru
dari tempat rendah. “Jangan berduka! Tuhanmu menjadikan telaga di bawahmu”.
[Jibril
memanggilnya dari area rendah di bawah dataran tinggi tempat tumbuh pohon
kurma]
25. “Goyang pangkal
pohon kurma itu. Pohon tersebut niscaya
menggugurkan buahnya yang matang”.
[Ayat ini mengandung unsur medis. Wanita yang melahirkan cocok makan kurma]
26. “Makan dan
minumlah. Senangkan hatimu dengan
kelahiran anakmu. Kalau kamu bersua
seseorang. Katakan: Saya bernazar puasa
untuk Allah yang Mahapemurah. Saya tidak
akan berkata-kata kepada siapa saja hari ini”.
[Maryam
diminta diam kalau bertemu seseorang.
Pasalnya, ia pasti menanyakan ayah bayi itu. Sementara Maryam repot menjelaskan proses
kelahiran putranya.
Dalam ritual Yahudi, puasa sudah
dikenal. Selain tidak makan-minum, puasa
Yahudi juga mencakup tidak bercakap-cakap]
27. Maryam
menggendong sang bayi kepada kaumnya. Mereka
berkata: “Hai Maryam! Kamu melakukan perbuatan yang sangat nista!”
28. ”Hai saudari
Harun! Ayahmu tidak buruk tabiatnya. Ibumu pun bukan pezina!”
[Kristolog
Ahmad Deedat menjelaskan bahwa “saudari Harun” tidak bermakna kakak atau adik
Maryam. Sebab, Maryam anak tunggal. Istilah “saudara atau saudari Harun”
disematkan kepada orang yang sangat alim.
Di masa itu, kaum Yahudi yang begitu taat dipanggil “saudara atau
saudari Harun”. Harun di sini yakni Nabi
Harun, saudara Nabi Musa.
Di zaman kini, siapa saja yang cerdas dengan
level tinggi sering dijuluki “berotak Einstein”. Di kalangan umat Islam, tokoh-tokoh jahat
acap disebut “Fir’aun”.
Ukhta
Harun (saudari Harun) dalam ayat ini, ada
pula yang menerjemahkan “keturunan Harun”.
Sebagai contoh, “hai saudara Bugis”.
Maksudnya “hai keturunan orang Bugis”.
“Hai saudara Amerika” tentu pemahamannya “hai keturunan manusia Amerika”.
Sekali peristiwa, Shafiyyah binti Huyay
bin Akhthab, menangis. Ia istri Nabi
Muhammad yang keturunan bangsawan Yahudi dari bani
Nadhir. Hati Shafiyyah perih
oleh ejekan Aisyah binti Abu Bakar serta Hafshah binti Umar. Nabi Muhammad menenangkan. “Katakan pada mereka. Suamiku Nabi Muhammad. Ayahku Nabi Harun. Pamanku Nabi Musa”]
29. Maryam menunjuk
bayinya untuk menjawab. Mereka heran:
“Bagaimana kami bisa berkomunikasi dengan bayi yang masih dalam ayunan?”
30. Bayi tersebut menjawab: ”Saya ini hamba Allah. Ia memberiku Injil. Mengangkatku sebagai Nabi”.
31. “Ia menjadikanku diberkahi
di mana saja berada. Memerintahkanku
mengerjakan shalat seraya membayar zakat selama saya bernyawa”.
32. ”Kepadaku diimbau
supaya berbakti terhadap bundaku. Tuhan
tidak menjadikan saya sombong serta durhaka”.
33. “Semoga sejahtera
sentosa dilimpahkan kepadaku pada hari saya dilahirkan. Pada hari saya wafat. Pada hari saya dibangkitkan di Hari Kiamat”.
[Ayat 33
ini jumlah hurufnya dalam abjad Hijayyah mencapai 33. Ada anggapan, ayat yang merupakan ucapan Nabi
Isa tersebut menandakan usianya ketika naik ke langit]
34. Itulah Isa putra
Maryam. Ia mengatakan perkataan benar. Sementara manusia ingkar saling berbantah
tentang kebenarannya.
[Di
bawah terjemah ini, dilampirkan artikel bertajuk “Inilah Nabi Isa al-Masih,
Putra Maryam”. Karya Adrian Jourdan Muslim itu dimuat harian Fajar pada Sabtu, 25
Desember 2010]
35. Tidak pantas
Allah punya anak! Mahasuci Allah. Bila menciptakan sesuatu. Ia hanya bertitah: “Jadilah”. Kemudian tercipta yang Ia kehendaki.
36. Nabi Isa
bersabda: “Allah adalah Tuhanku dan Tuhanmu.
Sembah Ia. Inilah jalan lurus“.
37. Berdebat Marya’kubi, Nasturi serta Malkaiyah. Cecunguk kafir yang berselisih, niscaya celaka
pada waktu menyaksikan hari yang besar huru-haranya.
[Mar’yakubi
menegaskan Nabi Isa adalah putra Maryam.
Nasturi berpendapat Isa merupakan putra Allah. Sedangkan Malkaiyah menjabarkan bahwa Isa
bagian dari trinitas. Allah, Isa serta
Maryam menjadi tiga serangkai tuhan. Gerombolan
kafir yang saling berbantah perihal Nabi Isa al-Masih pasti melihat Hari
Kiamat, momen yang besar huru-haranya]
38. Betapa tajam
pendengaran maupun penglihatan gerombolan kafir kala datang menghadap Kami. Kendati demikian, orang-orang durjana di dunia
pada hari ini. Berada dalam kesesatan
yang nyata.
[Ada
tafsir bahwa “datang menghadap Kami” yaitu saat mereka dimatikan. Kala itu, terbuka tabir. Mata dan telinga sangat sensitif]
39. Beri peringatan
(wahai Nabi Muhammad) kepada manusia perihal hari penyesalan. Di momen itu, segala perkara diputuskan. Di dunia mereka lalai. Tidak sudi beriman!
[Perkara
yang diputuskan di sini ialah azab yang menimpa masing-masing pedosa]
40. Kami mewarisi
bumi bersama segenap makhluk di atasnya.
Kepada Kami mereka dikembalikan.
[Allah
Mahakekal! Saat alam semesta
diluluhlantakkan pada Hari Kiamat, seluruh makhluk mati. Allah bersama siapa yang Ia kehendaki saja
tetap hidup]
41. Kisahkan (wahai Nabi
Muhammad) dari al-Qur’an tentang Nabi Ibrahim.
Ia pecinta kebenaran. Ia Nabi.
[Segala
masalah gaib yang datang dari Allah langsung dibenarkan oleh Nabi Ibrahim]
42. Kenang tatkala ia
berkata kepada bapaknya: ”Hai ayahku, mengapa
menyembah benda yang tak mendengar. Tidak
melihat. Tak kuasa pula menolongmu,
walau secuil”.
43. ”Hai ayahku. Telah tiba kepadaku ilmu yang belum pernah
datang kepadamu. Ikutlah saya. Pasti kau kubimbing ke jalan lurus”.
44. ”Hai ayahku. Jangan sembah setan. Sebab, setan durhaka kepada Allah yang
melimpah-ruah kasih sayangNya”.
45. ”Hai ayahku. Saya khawatir kau bakal kena azab Allah yang
Mahapemurah. Akibatnya, kau menjadi
rekan setan di Neraka”.
46. Si bapak
menimpali: “Patutkah kamu benci
tuhan-tuhanku, hai Ibrahim? Jika tidak
berhenti merongrongku, niscaya kurajam kamu.
Kini, tinggalkan saya selamanya”.
47. Nabi Ibrahim
menyahut: ”Semoga keselamatan dianugerahkan kepadamu. Saya akan memohonkan ampun bagimu kepada
Tuhanku. Ia penuh rahmat terhadapku”.
48. “Kutinggalkan
kau. Demi menjauh dari yang kau sembah selain
Allah. Saya akan berdoa kepada Tuhanku. Semoga tiada hampa doaku”.
49. Ketika Nabi
Ibrahim memisahkan diri dari mereka. Meninggalkan
apa yang disembah selain Allah. Kami karuniakan
kepadanya (anak bernama) Ishak dan (cucu bernama) Yakub. Keduanya Kami angkat Nabi.
50. Kami karuniakan
mereka rahmat Kami. Kami menjadikannya buah
tutur-kata nan elok. Disanjung dengan pujian
semerbak.
51. Ceritakan (wahai Nabi
Muhammad) dari al-Qur’an mengenai Nabi Musa.
Ia manusia pilihan. Ia Rasul
serta Nabi.
52. Kami panggil ia dari
sebelah kanan Thur Sina. Kami mendekatkannya
kepada Kami. Kala Kami berdialog dengan
ia tanpa perantara.
[Thur artinya gunung]
53. Kami anugerahkan
kepadanya rahmat Kami berupa pengangkatan saudaranya. Harun juga Nabi.
54. Bacakan (wahai Nabi
Muhammad) dari al-Qur’an ini kisah Nabi Ismail.
Ia setia pada janji. Ia Rasul dan
Nabi.
55. Ia anjurkan
keluarganya untuk shalat seraya menunaikan zakat. Ia diridai oleh Tuhannya.
56. Ceritakan (wahai
Nabi Muhammad) dari al-Qur’an perihal Nabi Idris. Ia teramat benar tutur katanya. Ia seorang Nabi.
57. Kami angkat ia pada
kedudukan yang tinggi derajatnya.
58. Mereka merupakan
Nabi yang diberi nikmat oleh Allah.
Nabi-nabi keturunan Nabi Adam.
Kemudian keturunan orang yang Kami angkut dalam bahtera bersama Nabi Nuh. Lantas keturunan Nabi Ibrahim serta Israil (Nabi
Yakub). Kemudian dari orang-orang yang
Kami beri hidayah. Kami memilihnya. Jika dibacakan ayat-ayat Allah yang Mahakasih. Mereka bergegas sujud sembari berurai air
mata.
[Ayat
ini menunjukkan empat silsilah manusia.
Semua manusia berasal dari Nabi Adam.
Ketika banjir besar terjadi, seluruh manusia mati kecuali Nabi Nuh
bersama anak-anaknya. Sementara
keturunan Nabi Ibrahim termaktub sebagai hamba-hamba agung. Anak-cucunya menjadi tokoh utama agama
Yahudi, Nasrani dan Islam. Sedangkan
Nabi Yakub dianggap leluhur etnis Yahudi.
Ia dinamakan Israil. Dalam bahasa
Ibrani, isra artinya hamba. Il
bermakna tuhan.
Puncak keturunan Nabi Adam, Nabi Nuh serta
Nabi Ibrahim yakni Mahanabi Muhammad.
Saya menggunakan kata Nasrani di sini,
bukan Kristen. Nasrani adalah ajaran
yang dibawa Nabi Isa Almasih. Sementara
Kristen doktrin Paulus. Kalangan ateis
acap menuding Yesus Kristus sebagai tokoh fiktif. Tidak nyata dalam sejarah. Apalagi, ia digembar-gemborkan sebagai anak
tuhan!]
59. Datang sesudah
mereka. Generasi-generasi yang mengabaikan
shalat. Diperbudak hawa-nafsu. Kelak, mereka tersesat di Akhirat.
60. Orang yang bertobat,
beriman serta berlaku bajik. Mereka masuk
Surga. Tiada dianiaya, kendati secuil.
61. Mereka menghuni Surga
Aden. Dijanjikan oleh Allah sang
Mahapemurah kepada para hambaNya, sekalipun Surga itu gaib. Janji Tuhan pasti ditepati!
62. Tiada terdengar
di dalamnya ucapan sia-sia. Di situ yang
bergema cuma perkataan santun. Rezeki mereka
tersaji sepanjang pagi serta petang.
63. Surga itulah yang
Kami wariskan. Kepada hamba-hamba Kami
yang bertakwa.
64. Berkata Jibril:
“Kami tidak turun kecuali atas perintah Tuhanmu (wahai Nabi Muhammad). Ia penguasa apa saja di hadapan dan di
belakang kita. Kemudian yang ada di
antara keduanya. Tuhanmu tidak lupa”.
[Ayat
ini terkait sabda Maharasul Muhammad. “Hai
Jibril, apa perintangmu untuk mengunjungi kami lebih sering dibandingkan yang
selama ini?”]
65. “Tuhan yang
menguasai langit serta bumi. Menguasai
segala yang ada di antara keduanya. Dengan
demikian, sembahlah Ia. Teguhkan hatimu
dalam beribadah kepadaNya. Adakah kau
tahu sesuatu yang setara denganNya untuk disembah?”
[Ayat
ini terang-benderang maksudnya. Langit
dan bumi kepunyaan Allah. Kalau Ia
pemiliknya, maka, hambatan apa yang membuat manusia tidak menyembahnya?]
66. Gerombolan kafir
menimpali: “Betulkah bila mati, saya
bakal dibangkitkan seperti semula?”
[Diriwayatkan
bahwa Ubay bin Khalaf atau mungkin al-Walid bin al-Mughirah bersama
antek-anteknya. Ia ambil tulang rapuh
yang berserakan. Menghancurkannya secara
berujar. “Nabi Muhammad bersabda kita
akan dibangkitkan sesudah menjadi tulang-tulang rapuh seperti ini!” Ayat ini akhirnya diwahyukan]
67. Apakah manusia
tidak memikirkan. Kami telah menciptakannya. Padahal, ia dulu belum ada sama sekali.
68. Demi Tuhanmu
(wahai Nabi Muhammad). Kami akan kumpulkan
cecunguk kafir bersama setan di Padang Mahsyar.
Kami giring ke Neraka Jahanam. Mereka
duduk berlutut karena ketakutan di seputar Neraka Jahanam.
69. Sesudah itu, Kami
renggut dari tiap golongan tersebut.
Siapa yang paling keras pembangkangannya terhadap Allah yang Mahapemurah.
70. Kami tahu betul
siapa yang layak dipanggang di Neraka.
71. Semua orang pasti
mendatangi Neraka. Ihwal itu merupakan aspek
mutlak yang diputuskan Tuhanmu.
[Ayat
ini menjabarkan bahwa sesudah manusia ditimbang amalnya. Mereka diimbau melewati titian sekecil
bulu. Semua ingin selamat. Soalnya, di bawah terbentang Neraka. Para pelintas titian beraneka gaya. Ada secepat kilat, segesit kuda sembrani
maupun selincah kijang. Ada yang berlari,
berjalan, merangkak atau bergelantungan.
Mayoritas terpental. Makin banyak
dosa, kian jauh terperosok ke lubang api]
72. Kami selamatkan manusia
yang menjaga diri dari kejahatan. Lantas
membiarkan orang durjana bertekuk-lutut di Neraka.
73. Jika dibacakan ayat-ayat
Kami yang jelas maksudnya. Cecunguk
kafir mengumbar kata kepada insan saleh “Golongan mana di antara kami dengan
kalian yang Mukmin. Lebih indah kediamannya. Lebih disuka dalam pergaulan?”
74. Banyak umat yang
Kami binasakan sebelum mereka. Padahal, lebih
mewah perabot rumah-tangganya. Lebih elok
penampilannya di pandang mata.
75. Tuturkan (wahai Nabi
Muhammad): “Siapa sesat, maka, biar Allah yang Mahapemurah memperpanjang tempo hidupnya
agar bertambah sesat. Akibatnya, kalau mereka
menatap yang diancamkan berupa azab dunia atau petaka Kiamat. Mendadak mereka sadar siapa yang lebih buruk
keadaannya. Lebih lemah penolong-penolongnya”.
76. Allah menambah
hidayah kepada orang yang memperoleh bimbingan.
Perbuatan bajik yang kekal itu lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu. Sebab, berakhir bahagia.
77. Apakah kau heran
memikirkan (wahai Nabi Muhammad). Orang
yang ingkar kepada ayat-ayat Kami. Ia berujar
dengan tujuan mengejek: “Saya pasti diberi kekayaan dan keturunan pada Hari
Akhir”.
[Khabbab
bin al-Arats berkisah. “Dulu saya pandai
besi. Al-Ash bin Wa’il as-Salmi lantas
minta dibuatkan pedang. Ketika saya
menagih pembayarannya, ia menolak. Ia
bilang, saya tidak akan melunasinya sebelum kau kafir kepada Nabi
Muhammad. Saya tegaskan, saya tidak
kafir kepada Rasulullah sampai kau mati.
Lalu kau dibangkitkan kembali.
Al-Ash menukas, saya dibangkitkan kembali? Kalau begitu, datanglah
kembali sesudah saya dibangkitkan. Di
sana saya punya harta serta anak. Saya
akan berikan padamu”. Ayat ini lalu
diwahyukan]
78. Apakah ia tahu
perkara gaib atau sepakat atas perjanjian dengan Allah yang Mahapemurah?
[“Perjanjian
dengan Allah” adalah mematuhi seluruh perintah Allah. Ini menandaskan bahwa insan takwa merupakan
hamba yang telah meneken nota kesepakatan dengan Allah]
79. Sama sekali tidak!
Kami catat yang ia katakan. Kami pasti
memperpanjang siksanya.
80. Kami akan ambil yang
ia ucapkan. Ia bakal datang kepada Kami seorang
diri dalam keadaan hina-dina.
[Allah
pasti mengambil kembali harta dan anaknya]
81. Mereka menyembah
benda-benda, bukan Allah. Lalu berharap
sesembahan tersebut menjadi pelindung.
82. Tidak! Sama sekali tidak! Benda-benda yang dipertuhankan itu kelak mengingkari
ibadah mereka. Bahkan, menjadi musuh.
83. Tiadakah kamu
perhatikan (wahai Nabi Muhammad). Kami kirim
setan-setan kepada gerombolan kafir. Setan
memprovokasinya agar aktif berbuat maksiat.
84. Jangan tergesa-gesa
memintakan siksa bagi mereka (wahai Nabi Muhammad). Kami membiarkannya sampai batas waktu tertentu. Lantas Kami hitung secara teliti datangnya
batas waktu berupa siksa pembalasan.
85. Camkan (wahai
Nabi Muhammad). Hari saat Kami himpun
insan takwa laksana duta terhormat.
Mereka menuju Surga yang disiapkan Allah yang Mahapemurah.
86. Kami halau bak
binatang para pedosa dalam keadaan dahaga ke Neraka Jahanam.
87. Hari itu, mereka
tidak punya syafaat sebagai miliknya atau untuk diberikan. Terkecuali orang yang mengikat janji dengan
iman serta amal di sisi Allah yang melimpah-ruah rahmatNya.
88. Kawanan kafir (Yahudi,
Kristen serta musyrik Mekkah) berseru: “Allah yang Mahapemurah punya anak!”
89. Demi Allah! Kalian melakukan penghinaan yang keterlaluan
sekali!
90. Gara-gara ucapan
sial tersebut. Langit nyaris retak. Bumi hampir terbelah. Sementara gunung-ganang nyaris runtuh-berantakan.
91. Semua karena
menuduh Allah yang Mahapemurah punya anak!
92. Tidak patut bagi Allah
yang Mahapemurah memiliki anak.
93. Tiap makhluk yang
ada di langit serta bumi. Pasti datang
kepada Allah yang Mahapemurah selaku hamba.
[Pasca
Kiamat, semua makhluk datang sebagai hamba.
Tidak ada yang mengaku anak Allah]
94. Allah tahu jumlah
mereka secara rinci. Mereka dihitung
dengan cermat.
95. Satu per satu datang
kepada Allah pada Hari Kiamat.
96. Kepada insan
saleh dan pelakon bajik. Allah yang
melimpah-ruah rahmatNya akan menanamkan dalam kalbunya rasa cinta kasih.
97. Kami memudahkan al-Qur’an
ini dengan bahasamu (wahai Nabi Muhammad).
Hingga, kamu leluasa memberi kabar gembira kepada orang takwa. Lantas menginformasikan peringatan kepada komplotan
pembangkang.
[Thufail
bersama para sahabat menghadap Nabi Muhammad.
“Ya Rasulullah, suku Daus ingkar seraya membangkang. Mohonlah kepada Allah agar mereka ditimpa
bencana”.
Nabi Muhammad berdoa: “Ya Allah, beri petunjuk kepada puak
Daus. Datanglah besama mereka”]
98. Sangat
banyak generasi yang Kami binasakan sebelum mereka. Adakah kamu (wahai Nabi Muhammad). Melihat seorang dari mereka sekarang ini atau
mendengar suaranya, sekalipun sayup-sayup?
Menyambut Natal 25 Desember 2010
Inilah
Nabi Isa al-Masih
Putra
Maryam
Oleh Adrian Jourdan Muslim
Peminat Masalah Agama
Dalam Islam, kaum Muslim beriman kepada
semua Nabi serta Rasul, termasuk Nabi Isa al-Masih. Siapa yang tidak percaya terhadap seorang
utusan Allah, niscaya ia dianggap kafir.
Nabi Isa lahir lewat immaculate
conception (konsep kelahiran suci) dari rahim Maryam Aulia al-Bijzah binti
Imran. Di masa hidupnya, Maryam
tergolong wanita paling mulia.
Keluarganya berasal dari Yahudi sekte Essenes yang patuh terhadap hukum
Taurat (Osei Hattorah).
Nabi Isa dalam bahasa Ibrani dinamakan
“Yushu” (sang Penyelamat). Dalam bahasa
Aramaik dipanggil “Yeshua”. Bibel
menyebutnya Yasu atau Yesus.
Nabi Isa merupakan al-Masih atau Mesiah
untuk umat Yahudi demi menghidupkan kembali agama para Nabi bani Israil. Al-Masih berasal dari istilah Ibrani dengan
makna insan yang mencintai keteguhan atau individu yang diberkahi. Dalam terminologi khusus, al-Masih tergolong
manusia yang sudah diurapi. Definisinya
mengacu bahwa orang itu telah diangkat secara resmi oleh Allah.
Al-Masih dalam bahasa Latin dinamakan
“Christus”. Dalam istilah Yunani disebut
“Khristos” yang harfiahnya “terminyaki” (baptis). Pada bahasa Yunani, huruf pertama Kristus
ialah “X”. Alhasil, di hari natal acap
tertera “X-mas” alias Chrismas (Hari Natal).
Gelar al-Masih bagi Nabi Isa makin mengkilap
berkat termaktub sebagai Ulil Azmi (manusia tabah yang dibebani syariat
samawi). Pribadi Ulil Azmi hanya
ada lima di planet ini. Mereka adalah
Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, Nabi Musa dan Mahanabi Muhammad.
Riwayat Nabi Isa berawal dari Imran, Ketua Majelis Ulama Yahudi. Imam Besar (Kohen Haggadol) Bait Allah
di Yerusalem tersebut, merindukan seorang putra dari rahim Wahibah,
istrinya. Tatkala Wahibah melahirkan,
Imran tertegun. Sebab, anaknya ternyata
perempuan. Arkian, sulit baginya
melayani orang-orang yang beribadah di Beyt Hammiqdash (Rumah Suci).
Bayi itu kemudian dinamakan Maryam yang
berarti “pengabdi Tuhan”. Imran cuma
sekejap bersama putrinya. Wahibah juga
tak lama menemani Maryam. Keduanya wafat
ketika Maryam masih bocah.
Nabi Zakariya yang merupakan ipar Wahibah,
lantas mengasuh Maryam. Bethulah
(perawan) tersebut hidup dalam kekudusan serta kekhusukan. Siang-malam waktunya hanya beribadah di
mihrab sekaligus melayani jemaah kuil suci Yerusalem. Anak dara itu senantiasa memelihara
diri. Maryam pun tertoreh sebagai shiddiqah
(meyakini segenap yang gaib). “Ia
membenarkan kalimat-kalimat Tuhannya maupun kitab-kitabNya. Ia termasuk insan taat” (at-Tahrim:
12).
Kehamilan Ajaib
Di suatu Jumat pada umur 13 tahun, Maryam
keluar dari tempat ibadahnya sekedar berjalan-jalan. Ia melangkahkan kaki ke arah timur seraya
menghirup udara sejuk di alam terbuka.
Dalam kesendirian tersebut, ia tiba-tiba
terperanjat. Langkahnya terhenti. Maryam melihat sesosok lelaki tampan. Ia berniat lari dari pria tidak dikenal
itu. Maryam khawatir kalau laki-laki di
hadapannya bermaksud jahat. Kecemasan
tersebut sontak sirna. Maklum, paras dan
tabiat pemuda itu tak menunjukkan gelagat mencurigakan. Hatta, ia menatapnya penuh takjub. Maryam lalu menundukkan kepala memohon
pertolongan Allah.
Lelaki di depan Maryam kemudian
menerangkan identitasnya. “Saya diutus
Tuhanmu. Memberimu seorang putra suci” (Maryam:
19).
Mendengar ucapan Jibril, ia tercenung dalam
keheranan. “Bagaimana saya bisa punya
anak! Tiada pernah saya disentuh
laki-laki. Saya juga bukan pelacur!” (Maryam:
20).
Jibril lantas meniupkan roh di balik baju
bagian dada Maryam. Tiupan malaikat
mencapai rahim sang gadis. Maryam pun
mengandung.
Saat kehamilan mulai terasa, maka, Maryam
mengasingkan diri ke suatu tempat.
Menjelang melahirkan, ia merasakan sakit. Maryam lalu bersandar pada sebatang pohon
kurma sambil mengeluh. “Aduhai, alangkah
baik andai saya mati sebelum ini. Menjadi
sesuatu yang tanpa makna. Dilupakan
selamanya!” (Maryam: 23).
Di sore hari di musim panas yang
berlangsung pada 21 September sampai 21 Desember, Maryam melahirkan seorang bayi. Sesudah bersalin, ia memulihkan tenaganya
dengan mengunyah ruthab (kurma setengah masak) serta tamar (kurma
matang). Sedangkan untuk membersihkan
badannya, ia memercikkan air dari sungai yang mengalir di dekatnya.
Maryam kemudian kembali ke desanya. Di sana, warga tertegun memandangnya
menggendong bayi. Umpatan dan cemoohan
segera dilontarkan kepadanya. Nabi Isa
yang masih bayi lantas membela ibunya: “Saya ini hamba Allah. Ia memberiku Injil. Mengangkatku sebagai Nabi. Ia menjadikanku diberkahi di mana saja
berada. Memerintahkanku mengerjakan
shalat seraya membayar zakat selama saya bernyawa” (Maryam: 30-31).
Menuju ke Langit
Pada usia delapan hari, Nabi Isa dibawa
ibunya ke Haikal (masjid yang dibangun Nabi Sulaiman). Ia disunat sambil dinamakan Yushu. Selama periode kanak-kanak, Nabi Isa membuat
tercenggang para rabi. Pasalnya, ia
fasih menjelaskan abjad yang mengandung hikmah.
“Alif merupakan ala (berkah)
Allah. Ba yaitu bahjah
(kebahagiaan) Allah. Jim yakni jamal
(keindahan) Allah. Dal ialah din
(agama) Allah. Ha adalah hawwaz
(siksa Neraka). Kaf berarti kalam
(firman) Allah”.
Pada umur 30 tahun, Isa diangkat sebagai Nabi
terakhir bani Israil yang terdiri 12 puak.
Sebetulnya, nubuwwah (kenabian) lazim berlaku di usia 40
tahun. Dalam kasus ini, terjadi
pengeculiaan. Allah lalu mewahyukan
Injil kepada Nabi Isa. Injil dalam
bahasa Ibrani bermakna “kabar gembira”.
Penduduk Yunani menyebutnya Evangel.
Allah juga memberi Nabi Isa mujizat
seperti menghidupkan orang mati.
Menyembuhkan tunanetra serta lepra.
Dari tanah liat, ia membentuk burung yang terbang di angkasa. Ia malahan mengetahui apa yang telah dimakan
dan disimpan di rumah. Segala konstruksi
meta-alami Nabi Isa merupakan ayat dari Allah (the sign of God).
Nabi Isa luwes pula perihal ilmu hikmah
serta Taurat. Bahkan, meramalkan
kedatangan al-Faraglith. Dalam
bahasa Yunani, parakletos (παράκλητος) yang bermakna “pembela”
tiada lain Ahmad alias Maharasul
Muhammad (manusia paling terpuji sepanjang masa). Di cincin Nabi Isa terpahat kalimat:
“Diberkati hamba yang mengingat Allah dan terkutuk yang melalaikan Tuhan”.
Selama berdakwah, Nabi Isa yang
menggunakan bahasa Suryani (Aram), selalu dikelilingi al-Hawariyyun
(komunitas suci yang berserah diri kepada Allah). Al-Hawariyyun (Nazarean atau
Unitarian) tersebut antara lain Syam’un al-Butrus, Indraus, Yakub bin Zabidi,
Yahya bin Zabidi, Bartulmaus, Filibs, Tomas, Matta al-A’syar, Yakub bin Hipi,
Libaus al-Malaqi Tidaus, Syam’un al-Qanuni, Yahudza al-Iskhariuti serta
Barnabas.
Syahdan, pada malam 21 Ramadan, Nabi Isa
diangkat ke langit kedua. Dalam al-Qur’an,
tertoreh sabda Isa Alaihissalam.
“Selamat sentosa dilimpahkan kepadaku pada hari saya dilahirkan. Pada hari saya wafat. Pada hari saya dibangkitkan di Hari Kiamat” (Maryam:
33).
Diktum dalam ayat ke 33 itu memuat 33
huruf Hijayyah. Walhasil,
menyeruak argumentasi bila umur Nabi Isa mencapai 33 tahun kala naik ke
langit. Ketika prajurit Romawi mengepung
tempat persembunyian Nabi Isa, mendadak muncul 13.313 malaikat dari aneka
prototipe. Rombongan malaikat tersebut
menjemput Nabi Isa menuju langit kedua.
Di suatu hari nanti, Nabi Isa kembali
datang. Ia tiba pada sebuah menara putih
masjid di Yaman. Putera Maryam yang
diperkuat eksistensinya dengan Ruhul
Qudus itu kemudian menjadi hakim yang adil serta pemimpin nan bijaksana.
Nabi Isa berwasiat dalam al-Qur’an: “Hai
keturunan Israil! Sembahlah Allah,
Tuhanku dan Tuhanmu. Siapa menyekutukan
Allah dengan yang lain, niscaya Tuhan mengharamkan Surga baginya. Tempatnya hanya di Neraka. Tiada seorang dapat menolong cecunguk durjana
tersebut” (al-Maidah: 72).
Derajat Terjemahan
Terjemah
al-Qur’an bukan al-Qur’an sesungguhnya.
Bukan al-Qur’an sejati yang diwahyukan kepada Maharasul Muhammad. Al-Qur’an senantiasa berbahasa Arab
klasik. Tidak dinamakan al-Qur’an jika
firman-firman Allah tersebut disadur ke bahasa Bugis atau Perancis. Soalnya, terjemahan muskil menampung seratus
persen maksud al-Qur’an. Alih bahasa
mustahil sepadan dengan arti hakiki yang dimaksud Allah. Apalagi, bahasa al-Qur’an bernas, ringkas,
puitis sekaligus sarat makna. Sedangkan aneka
bahasa yang digunakan dalam terjemahan tak efektif serta efisien.
Terjemah
al-Qur’an hanya deretan kata manusia, bukan untaian Kalam Ilahi dari Lauhul Mahfuz. Hingga, terjemah al-Qur’an tidak hidup, tak
punya sukma yang bisa menggelorakan spirit.
Terjemah al-Qur’an selalu kaku dan acap membingungkan. Dengan demikian, posisi terjemahan sekedar
“pengantar” untuk membaca al-Qur’an.
Bukan “kunci” buat memahami al-Qur’an.
Terjemah
al-Qur’an tidak pernah serupa.
Terjemahan senantiasa tampil beda.
Aspek itu menandaskan bahwa terjemahan tak mungkin setara dengan
al-Qur’an. Maklum, Kalam Ilahi tersebut
memiliki irama dalam teks, kejelasan arti, sintaks kalimat serta penggunaan
kata.
Terjemah
al-Qur’an secara harfiah (letterlejk) termasuk
repot diaplikasikan. Mayoritas ulama
berpendapat bahwa terjemahan harfiah rumit lantaran membutuhkan persyaratan
yang berat direalisasikan. Terjemahan
harfiah susah karena ada mufradat
(sinonim) per huruf antara bahasa penerjemah dengan bahasa al-Qur’an. Kemudian ada tanda baca yang sama pada bahasa
penerjemah terhadap tanda baca pada bahasa al-Qur’an. Tanda baca tersebut minimal mirip. Selain itu, terjemahan secara harfiah
menuntut kesamaan susunan kata antara bahasa penerjemah dengan bahasa
al-Qur’an. Kesamaan tersebut mencakup
kalimat, sifat atau tambahan-tambahannya.
Terjemahan
harfiah diharamkan ulama akibat makna yang dikandungnya kurang sempurna. Hatta, jauh dari maksud al-Qur’an.
Walau sukar,
tetapi, ada terjemahan yang benar-benar setia pada kata-kata dalam
al-Qur’an. Mereka berusaha selaras
dengan wahyu. Sebab, khawatir
mengaburkan arti. Mereka menjaga
interpolasi pikiran.
Terjemahan tidak
lepas pula dari platform sastra.
Terjemahan berdimensi puitis itu diperkaya dengan nuansa keindahan
bahasa si penerjemah. Dalam kasus ini,
penerjemah dapat digolongkan sebagai figur liberal. Pasalnya, menyuntikkan semangat bahasa ibu si
penerjemah ke dalam terjemahan. Mereka
tak menyukai kesetiaan pada tiap kata-kata Arab. Penerjemah semacam ini memakai kebebasan
dengan kata-kata pilihan.
Di berbagai
bentala, ada terjemahan yang benar-benar akademis. Ada juga sekedar informatif dengan bumbu
bahasa jurnalistik sastrawi. Tiap
kalimat tidak setia dengan kata per kata al-Qur’an. Spirit yang diemban ialah bagaimana al-Qur’an
cepat diserap dan tak membosankan ditelaah.
Pada akhirnya,
seluruh terjemahan dilandasi vitalitas agar Kalam Ilahi tersebut membuncah di
hati. Tiada seorang pun ingin
menampilkan terjemahan ala kadarnya. Elemen
itu pula yang membuat segenap terjemahan wajib dilengkapi di sisi kanan atau
atasnya teks al-Qur’an yang berbahasa Arab.
Alhasil, bila ada yang salah atau keliru, maka, pembaca segera mengecek
ke al-Qur’an asli.
Terjemahan apa
saja terasa sempurna kalau dilampiri teks tulen al-Qur’an. Soalnya, al-Qur’an berbahasa Arab tersebut
sanggup berpengaruh secara psikologis terhadap pembacanya, biarpun ia tidak
mengerti bahasa Arab.
Di luar
negara-negara Arab, istilah paling membingungkan dalam al-Qur’an yakni kata nahnu.
Dhamir (kata ganti) nahnu bermakna “kita” atau “kami”. Dalam ilmu Nahwu (sintaksis), nahnu
bisa diterjemahkan “kita”, “kami”, “saya” atau yang lain tergantung konteks
kalimat.
Dalam bahasa
Arab, istilah serta kata tak selalu berarti zahir atau apa adanya. Sebagai contoh, kata antum (kalian). Antum sering digunakan untuk menyapa
lawan bicara kendati cuma satu orang.
Tidak dipakai kata anta
(kamu). Penggunaan antum yang plural dipandang lebih sopan sembari menghargai lawan bicara.
Di Indonesia,
orang menyapa lawan bicara dengan kamu, Anda atau tuan. Kamu, Anda dan tuan punya rasa bahasa yang
berbeda. Kamu biasa dipakai untuk lawan
bicara yang lebih muda atau di kalangan sebaya.
Anda digunakan kepada lawan bicara yang dituakan. Sementara tuan buat orang yang
dimuliakan. Anda serta tuan dalam
sosio-linguistik Arab bermakna ta’zim
alias kata beradab terhadap lawan bicara yang memiliki derajat tinggi atau
kepada khalayak.
“Kami” merupakan
sebutan Allah untuk diriNya. Dalam
bahasa Arab, ada jamak kuantitas dan jamak kualitas. Jamak kuantitas (al-mutakallim ma’a ghairihi) menunjukkan jumlah banyak atau kata
ganti orang pertama plural. Sedangkan
jamak kualitas (al-mutakallim al-muazzim
li nafsih) menerangkan pola tunggal dengan banyak predikat atau berarti
keagungan atas dirinya.
Dalam tata bahasa
Arab, terdapat kata ganti pertama singular “ana”
(saya). Lantas ada kata ganti pertama
plural “nahnu” (kami atau kita). Lazim terjadi pada bahasa lain jika kata
ganti pertama plural bisa berperan sebagai singular. Dalam nahwu
sharaf (Arabic grammar), inilah
yang dinamakan al-mutakallim al-muazzim
li nafsih (kata ganti pertama yang mengagungkan diri sendiri).
Allah menegaskan
diri dengan “Kami” berkat predikat di sisi-Nya berjumlah banyak. Zat Esa itu tercantum sebagai pencipta,
pengatur, pemelihara, pemaaf, penyayang serta Raja Diraja alam semesta. Allah tak tidur! Ia sibuk terus mencipta seraya mendengar doa
insan saleh.
“Semua makhluk di
langit dan bumi senantiasa memohon kepada-Nya.
Tiap waktu Ia sibuk (mencipta serta memelihara makhluk-makhluk-Nya)” (ar-Rahman: 29).
Saat membaca
al-Qur’an, maka, bertabur kata Allah dalam Kitab Suci. Harap dimafhumi bahwa nama asli penguasa
langit dan bumi tiada lain Allah. “Aku
ini Allah. Tiada Tuhan kecuali Aku!” (Thaha: 14).
Allah sendiri
memaklumatkan bila nama-Nya adalah Allah.
Allah merupakan nama diri (proper
name) dari Zat Mahakuasa. Dalam
kaidah bahasa Arab, kata Allah berwujud ism
jamid. Kategori tersebut menjabarkan
kalau kata Allah bukan ism (kata
benda) yang diambil dari kata kerja.
Arkian, tidak boleh diubah dalam bentuk apa pun! Ini berbeda dengan kata rabbun (tuhan). Rabbun modelnya ism musytaq (kata benda yang dibentuk dari kata lain dengan arti
berbeda dari kata pembentuknya). Rabbun terambil dari kata kerja rabba, rabbi atau tarbiyatan.
Istilah Allah bagi
umat Islam teramat jelas posisinya.
Berbeda dengan Yahudi. Mereka tak
mengerti bagaimana mengucapkan fonem יהוה (YHVH) dalam Perjanjian Lama. Ini gara-gara tidak ada tradisi sanad (rentetan
jalur sumber) yang sampai kepada Nabi Musa.
Akibatnya, Yahudi bingung bin bimbang membaca YHWH (tetragrammaton alias empat huruf nama tuhan). Bahkan, Yahudi Ortodoks ogah
melafalkannya. Mereka terpaksa
membacanya adonai (tuhan atau tuan). Di kamus tersua bahwa adonai ialah a Hebrew name
for God, usually translated in the Old Testament by the word “Lord”.
Untuk mengibuli
umatnya serta penduduk planet biru ini, maka, YHWH diinformasikan sebagai
sebutan dalam bentuk orang ketiga tunggal.
YHWH dicelotehkan sebagai “Dialah yang ada, Dialah Dia”.
Pada esensinya, empat
konsonan itu sekedar ditebak pengucapannya.
Kadang dibaca Yahweh, Yahuweh,
Yehuwa, Yahavah, Yaheveh, Yahaveh atau apa saja sesuai selera. Dengan demikian, Yahweh atau Yehovah
sekedar nama jadi-jadian bagi tuhan mereka.
Ini sungguh aneh. Sebab, nama
tuhan mereka sendiri tak diketahui secara pasti.
Di kalangan
Kristen, istilah Allah bukan nama diri sebagaimana konsep Islam. Kristen menganggap jika Allah merupakan
sebutan untuk “wujud yang disembah” (al-ilah). Hingga, tuhan boleh dipanggil Allah, Yahweh, God atau Lord. Mereka cuma paham bahwa nama tersebut merujuk
pada sesuatu yang disembah.
Terkutuk
sekawanan agen Thaghut (sesembahan
paling nista) berlabel Islam progresif berasas liberal yang berceloteh: “Tiada
tuhan selain Tuhan”.