Kamis, 08 Agustus 2013

Terjemah Surah al-Qamar versi Abdul Haris Booegies


54. Al-Qamar
(Rembulan)
Dengan Nama Allah, Pemilik Kasih Sayang yang Mahapemurah

1.  Kiamat makin dekat.  Bulan telah terbelah.
httpwww.google.comimgresimgurl=httpwww.al-islam.orggalleryphotosmoonsplt.gif&imgrefurl=httpwww.al-islam.orggalleryphotosimagehp3.htm&h=565&w=621&sz=172&tbnid=I5Qe1sSAclaKlM&tbnh=112&tbnw=123&zoom=1&usg=__0Rg9Z2h2NdstulurRxNlvGHp4Ac=&docid=MXKxyWnMfNmU
[Musyrik Mekkah meminta tanda kenabian Maharasul Muhammad. Kepada mereka ditunjukkan bulan yang terbelah. Di antara keduanya terlihat warna merah. Sebelah tampak di samping Gunung Safa. Satu bagian lagi di sisi Gunung Qaikaan.
  Penduduk Mekkah menilai bulan yang terbelah sekedar sihir. Mereka merasa dihipnotis. Alhasil, bulan terlihat terpotong dua. Abu Jahal sempat bertanya kepada warga dari kota lain tentang terbelahnya bulan. Semua membenarkan karena menyaksikan]


2.  Kalau musyrik Mekkah melihat mukjizat.  Mereka memungkirinya seraya berceloteh: “sihir yang hebat!”
[Ibnu Mas’ud meriwayatkan bahwa bulan terbelah dua di Mekkah sebelum Nabi Muhammad hijrah. Kawanan musyrik berujar: “Bulan disihir!” Kemudian turun ayat pertama dan kedua Surah al-Qamar]
3.  Menjadi tradisi bagi mereka.  Mendustakan Nabi Muhammad.  Hawa nafsu diikutinya.  Tiap urusan sudah ditetapkan oleh Allah.
4.  Sudah sampai kepada mereka lewat al-Qur’an.  Sejumlah peristiwa berisi pencegah berbuat durjana.
5.  Kandungan kisah itu yakni hikmah sempurna.  Segenap peringatan justru sia-sia.
[Al-Qur’an yang memuat beberapa kejadian merupakan puncak kebenaran serta kesucian yang bisa dibuktikan lewat penelitian ilmiah]
6.  Jangan hiraukan mereka (wahai Nabi Muhammad).  Ingat saat malaikat penyeru ditugaskan.  Berseru tentang ihwal yang tidak menyenangkan (Hari Kiamat).
[Allah menugaskan malaikat berseru tentang kedatangan Hari Kiamat. Ini bukan berita baik, tetapi, kabar buruk bagi pedosa]
7.  Mereka menundukkan pandangan karena takut.  Keluar dari kubur bak belalang terbang bertebar.
8.  Bergegas menuju ke penyeru.  Kawanan kafir berkata:  “Ini hari yang sangat merepotkan!”
9.  Sebelum mereka, umat Nabi Nuh juga mendustakan risalah Rasul.  Mereka mendustakan hamba Kami.  Dilancarkannya tuduhan:  “Ia gila!”  Nabi Nuh diusir dengan ancaman.
10.  Kepada Tuhannya, ia mengadu:  “Saya dikalahkan.  Tolonglah saya”.
11.  Kami buka pintu-pintu langit.  Menurunkan hujan deras.
12.  Kami jadikan bumi menyemburkan mata-mata air.  Lalu bertemu air langit dan bumi.  Menimbulkan bencana yang telah diputuskan.
13.  Kami angkut Nabi Nuh bersama pengikutnya ke bahtera.  Terbuat dari papan dan paku.
[Papan dan paku menjabarkan kalau teknologi di masa Nabi Nuh sudah maju. Bukan cuma menggergaji kayu menjadi potongan papan dan balok. Mereka pun andal mendesain paku]
14.  Berlayar dalam pengawasan Kami.  Mereka diberi karunia karena diingkari oleh kaumnya.
15.  Kami jadikan bahtera itu sebagai pelajaran.  Adakah yang mau insaf?
[Kapal Nabi Nuh menjadi kisah monumental. Sampai hari ini tetap dikenang. Hikmah yang bisa dipetik ialah: “Siapa beriman pasti berjaya. Siapa durhaka niscaya celaka”]
16.  Alangkah dahsyat azabKu.  Begitu juga ancaman-ancamanKu.
17.  Kami mempermudah al-Qur’an agar dipahami sebagai peringatan.  Siapa mau mengindahkan peringatan?
18.  Kaum Ad mendustakan pula kebenaran.  Perhatikan, betapa dahsyat azabKu serta ancamanKu!
19.  Kami embuskan kepada mereka badai menderu-deru.  Di hari yang mereka anggap sial tanpa jeda.
20.  Merenggut manusia.  Pedosa laksana pohon kurma yang tumbang.  Tercerabut dari akar-akarnya.
21.  Alangkah dahsyat azabKu.  Begitu juga ancaman-ancamanKu.
22.  Kami memudahkan al-Qur’an supaya dipahami sebagai peringatan.  Siapa hendak mengindahkan peringatan?
23.  Kaum Samud mendustakan pula peringatan-peringatan.
24.  Mereka berkata: “Pantaskah mengikuti manusia biasa yang hanya seorang diri tanpa pengikut?  Kalau ia dituruti.  Kita sesat dan gila!”
25.  Tidak patut wahyu tersebut diturunkan kepadanya.  Orang yang lebih layak ada di antara kita.  Nabi Saleh bohong.  Ia sombong pula.
[Mereka mempertanyakan figur Nabi Saleh. Sebab, di lingkungan mereka ada pemuka Samud yang punya potensi. Mereka memandang pengakuan Nabi Saleh sebagai utusan Allah cuma omong kosong belaka]
26.  Kelak mereka tahu.  Siapa pendusta sekaligus angkuh!
27.  Kami kirim unta betina sebagai ujian.  Kepada Rasul, Kami berfirman: “Tunggu apa tindakannya.  Bersabarlah terhadap penentangannya”.
28.  Beritahu bahwa air sumur akan dibagi antara mereka dengan unta.  Masing-masing punya giliran.
[Ayat ini mengisyaratkan kalau sumber air puak Samud hanya sebuah sumur. Kota mereka memang tergolong tandus]
29.  Mereka dongkol dengan unta tersebut.  Rekannya yang tangkas menangkap unta dipanggil.  Dengan golok, diketingnya unta itu.
[Warga Samud menyewa tujuh preman. Bertindak sebagai eksekutor unta cantik itu adalah Qudar bin Salif. Ia menebas kaki-kaki unta Surgawi itu]
30.  Alangkah dahsyat azabKu.  Begitu juga ancaman-ancamanKu.
31.  Kami timpakan kepada mereka satu suara menggelegar.  Mereka pun berubah seperti rumput kering yang dikumpulkan pemilik kandang ternak.
32.  Kami mempermudah al-Qur’an agar dipahami sebagai peringatan.  Siapa ingin mengindahkan peringatan?
33.  Kaum Nabi Luth.  Mendustakan pula peringatan.
34.  Kami embuskan kepada mereka topan mengandung batu.  Keluarga Nabi Luth saja Kami selamatkan.  Sebelum fajar menyingsing.
35.  Sebagai karunia dari Kami.  Kami limpahkan balasan kepada orang bersyukur.
36.  Nabi Luth telah memberi peringatan mengenai siksa pedih.  Mereka justru meragukan ancaman-ancaman itu.
37.  Mereka membujuk Nabi Luth supaya menyerahkan tamunya.  Kami lalu renggut penglihatannya.  Rasakan azabKu sekaligus ancamanKu!
[Para homoseks tergiur melihat ketampanan tamu Nabi Luth. Massa yang berkumpul di sekitar rumah Nabi Luth terus bertumpuk. Bisik-bisik berubah hiruk-pikuk. Mereka akhirnya memaksa masuk karena nafsu seks abnormalnya sudah tidak terkendali]
38.  Di pagi hari.  Mereka dibekap azab bersinambung yang tiada mampu dielakkan.
39.  Rasakan azabKu serta ancaman-ancamanKu.
40.  Kami memudahkan al-Qur’an agar dipahami sebagai peringatan.  Siapa mau mengindahkan peringatan?
41.  Kepada Fir’aun bersama kerabatnya.  Telah disampaikan peringatan.
42.  Mereka memungkiri semua mukjizat Kami.  Kepada mereka ditimpakan siksa dari sang Mahaperkasa lagi Mahakuasa.
43.  Apakah golongan musyrik Mekkah lebih baik kekuatan maupun kekayaannya dibandingkan mereka?  Apakah kalian punya jaminan kebebasan dari azab yang tercantum dalam Kitab-kitab bahari?
44.  Dengan congkak mereka sesumbar.  “Kami sebuah kelompok yang bersatu.  Pasti menang dalam membela diri!”
45.  Rombongan itu niscaya kalah!  Mereka pasti lari!
[Ayat ini diwahyukan sehubungan pekik pasukan musyrik di Perang Badar. Mereka berteriak-teriak: “Kami golongan yang bersatu. Pasti menang!” Maksud “golongan yang bersatu” karena mereka terdiri dari beberapa kafilah]
46.  Bukan sekedar kalah.  Di Hari Kiamat yang dijanjikan.  Mereka menerima ganjaran.  Azab teramat dahsyat serta lebih getir.
47.  Manusia durjana berada dalam keadaan sesat di dunia.  Di Akhirat, mereka terdampar di Neraka.
48.  Mereka dengan wajah terseret digiring ke Neraka.  Dikatakan kepadanya.  “Rasakan sentuhan maut api Neraka Saqar!”
[Api Saqar mencairkan lemak sekaligus melelehkan tubuh]
49.  Kami ciptakan segala sesuatu sesuai ukuran.
[Musyrik Mekkah menghadap Nabi Muhammad. Mereka mendebatnya soal takdir. Ayat ini lantas diwahyukan.
  Nabi Muhammad bersabda: “Ayat ini ditujukan untuk umatku. Kelak, di akhir zaman. Mereka tidak lagi percaya takdir Allah”]
50.  Perintah Kami cuma satu kata, secepat kedipan mata.
51.  Kami telah binasakan orang yang serupa kekafiranmu.  Adakah yang mau mengambil pelajaran?
52.  Semua perkara yang diperbuat.  Tertera pada Catatan Amal.
53.  Tiap urusan kecil atau besar.  Tercatat secara teliti!
54.  Orang takwa ditempatkan dalam taman-taman Surga.  Di dekatnya mengalir sungai-sungai.
55.  Tempat yang sarat segala yang benar.  Berada di sisi Tuhan yang kuasa berkehendak apa saja!
[Kediaman yang penuh aspek benar ialah Surga. Di sana, tiada perbuatan tercela]

Keterangan
     Bulan dua kali terbelah.  Abdullah berkata bahwa ‏bulan terbelah di zaman Rasulullah.  Nabi Muhammad bersabda: “Saksikanlah!”
     Peristiwa bulan terbelah sangat populer.  Diwartakan antara lain oleh Ibn Abbas, Ibn Umar, Anas bin Malik, Huzaifah serta Jubair ibn Muth’im.
     Sultan Mahmud bin Sabaktakin al-Ghaznawi menginvasi kerajaan penganut paganisme di India.  Di istana taklukan, ia menemukan lempengan prasasti.  Terpahat tulisan bahwa:  “Istana ini dibangun pada malam terbelahnya bulan”.


Derajat Terjemahan

     Terjemah al-Qur’an bukan al-Qur’an sesungguhnya.  Bukan al-Qur’an sejati yang diwahyukan kepada Maharasul Muhammad.  Al-Qur’an senantiasa berbahasa Arab klasik.  Tidak dinamakan al-Qur’an jika firman-firman Allah tersebut disadur ke bahasa Bugis atau Perancis.  Soalnya, terjemahan muskil menampung seratus persen maksud al-Qur’an.  Alih bahasa mustahil sepadan dengan arti hakiki yang dimaksud Allah.  Apalagi, bahasa al-Qur’an bernas, ringkas, puitis sekaligus sarat makna.  Sedangkan aneka bahasa yang digunakan dalam terjemahan tak efektif serta efisien.
     Terjemah al-Qur’an hanya deretan kata manusia, bukan untaian Kalam Ilahi dari Lauhul Mahfuz.  Hingga, terjemah al-Qur’an tidak hidup, tak punya sukma yang bisa menggelorakan spirit.  Terjemah al-Qur’an selalu kaku dan acap membingungkan.  Dengan demikian, posisi terjemahan sekedar “pengantar” untuk membaca al-Qur’an.  Bukan “kunci” buat memahami al-Qur’an.
     Terjemah al-Qur’an tidak pernah serupa.  Terjemahan senantiasa tampil beda.  Aspek itu menandaskan bahwa terjemahan tak mungkin setara dengan al-Qur’an.  Maklum, Kalam Ilahi tersebut memiliki irama dalam teks, kejelasan arti, sintaks kalimat serta penggunaan kata.
     Terjemah al-Qur’an secara harfiah (letterlejk) termasuk repot diaplikasikan.  Mayoritas ulama berpendapat bahwa terjemahan harfiah rumit lantaran membutuhkan persyaratan yang berat direalisasikan.  Terjemahan harfiah susah karena ada mufradat (sinonim) per huruf antara bahasa penerjemah dengan bahasa al-Qur’an.  Kemudian ada tanda baca yang sama pada bahasa penerjemah terhadap tanda baca pada bahasa al-Qur’an.  Tanda baca tersebut minimal mirip.  Selain itu, terjemahan secara harfiah menuntut kesamaan susunan kata antara bahasa penerjemah dengan bahasa al-Qur’an.  Kesamaan tersebut mencakup kalimat, sifat atau tambahan-tambahannya.
     Terjemahan harfiah diharamkan ulama akibat makna yang dikandungnya kurang sempurna.  Hatta, jauh dari maksud al-Qur’an.
     Walau sukar, tetapi, ada terjemahan yang benar-benar setia pada kata-kata dalam al-Qur’an.   Mereka berusaha selaras dengan wahyu.  Sebab, khawatir mengaburkan arti.  Mereka menjaga interpolasi pikiran.
     Terjemahan tidak lepas pula dari platform sastra.  Terjemahan berdimensi puitis itu diperkaya dengan nuansa keindahan bahasa si penerjemah.  Dalam kasus ini, penerjemah dapat digolongkan sebagai figur liberal.  Pasalnya, menyuntikkan semangat bahasa ibu si penerjemah ke dalam terjemahan.  Mereka tak menyukai kesetiaan pada tiap kata-kata Arab.  Penerjemah semacam ini memakai kebebasan dengan kata-kata pilihan.
     Di berbagai bentala, ada terjemahan yang benar-benar akademis.   Ada juga sekedar informatif dengan bumbu bahasa jurnalistik sastrawi.  Tiap kalimat tidak setia dengan kata per kata al-Qur’an.  Spirit yang diemban ialah bagaimana al-Qur’an cepat diserap dan tak membosankan ditelaah.
     Pada akhirnya, seluruh terjemahan dilandasi vitalitas agar Kalam Ilahi tersebut membuncah di hati.  Tiada seorang pun ingin menampilkan terjemahan ala kadarnya.  Elemen itu pula yang membuat segenap terjemahan wajib dilengkapi di sisi kanan atau atasnya teks al-Qur’an yang berbahasa Arab.  Alhasil, bila ada yang salah atau keliru, maka, pembaca segera mengecek ke al-Qur’an asli.
     Terjemahan apa saja terasa sempurna kalau dilampiri teks tulen al-Qur’an.  Soalnya, al-Qur’an berbahasa Arab tersebut sanggup berpengaruh secara psikologis terhadap pembacanya, biarpun ia tidak mengerti bahasa Arab.
     Di luar negara-negara Arab, istilah paling membingungkan dalam al-Qur’an yakni kata nahnuDhamir (kata ganti) nahnu bermakna “kita” atau “kami”.  Dalam ilmu Nahwu (sintaksis), nahnu bisa diterjemahkan “kita”, “kami”, “saya” atau yang lain tergantung konteks kalimat.
     Dalam bahasa Arab, istilah serta kata tak selalu berarti zahir atau apa adanya.  Sebagai contoh, kata antum (kalian).  Antum sering digunakan untuk menyapa lawan bicara kendati cuma satu orang.  Tidak dipakai kata anta (kamu).  Penggunaan antum yang plural dipandang lebih sopan sembari menghargai lawan bicara.
     Di Indonesia, orang menyapa lawan bicara dengan kamu, Anda atau tuan.  Kamu, Anda dan tuan punya rasa bahasa yang berbeda.  Kamu biasa dipakai untuk lawan bicara yang lebih muda atau di kalangan sebaya.  Anda digunakan kepada lawan bicara yang dituakan.  Sementara tuan buat orang yang dimuliakan.  Anda serta tuan dalam sosio-linguistik Arab bermakna ta’zim alias kata beradab terhadap lawan bicara yang memiliki derajat tinggi atau kepada khalayak.
     “Kami” merupakan sebutan Allah untuk diriNya.  Dalam bahasa Arab, ada jamak kuantitas dan jamak kualitas.  Jamak kuantitas (al-mutakallim ma’a ghairihi) menunjukkan jumlah banyak atau kata ganti orang pertama plural.  Sedangkan jamak kualitas (al-mutakallim al-muazzim li nafsih) menerangkan pola tunggal dengan banyak predikat atau berarti keagungan atas dirinya.
     Dalam tata bahasa Arab, terdapat kata ganti pertama singular “ana” (saya).  Lantas ada kata ganti pertama plural “nahnu” (kami atau kita).  Lazim terjadi pada bahasa lain jika kata ganti pertama plural bisa berperan sebagai singular.  Dalam nahwu sharaf (Arabic grammar), inilah yang dinamakan al-mutakallim al-muazzim li nafsih (kata ganti pertama yang mengagungkan diri sendiri).
     Allah menegaskan diri dengan “Kami” berkat predikat di sisi-Nya berjumlah banyak.  Zat Esa itu tercantum sebagai pencipta, pengatur, pemelihara, pemaaf, penyayang serta Raja Diraja alam semesta.  Allah tak tidur!  Ia sibuk terus mencipta seraya mendengar doa insan saleh.
     “Semua makhluk di langit dan bumi senantiasa memohon kepada-Nya.  Tiap waktu Ia sibuk (mencipta serta memelihara makhluk-makhluk-Nya)” (ar-Rahman: 29).
     Saat membaca al-Qur’an, maka, bertabur kata Allah dalam Kitab Suci.  Harap dimafhumi bahwa nama asli penguasa langit dan bumi tiada lain Allah.  “Aku ini Allah.  Tiada Tuhan kecuali Aku!” (Thaha: 14).
     Allah sendiri memaklumatkan bila nama-Nya adalah Allah.  Allah merupakan nama diri (proper name) dari Zat Mahakuasa.  Dalam kaidah bahasa Arab, kata Allah berwujud ism jamid.  Kategori tersebut menjabarkan kalau kata Allah bukan ism (kata benda) yang diambil dari kata kerja.  Arkian, tidak boleh diubah dalam bentuk apa pun!  Ini berbeda dengan kata rabbun (tuhan).  Rabbun modelnya ism musytaq (kata benda yang dibentuk dari kata lain dengan arti berbeda dari kata pembentuknya).  Rabbun terambil dari kata kerja rabba, rabbi atau tarbiyatan.
    Istilah Allah bagi umat Islam teramat jelas posisinya.  Berbeda dengan Yahudi.  Mereka tak mengerti bagaimana mengucapkan fonem יהוה (YHVH) dalam Perjanjian Lama.  Ini gara-gara tidak ada tradisi sanad (rentetan jalur sumber) yang sampai kepada Nabi Musa.  Akibatnya, Yahudi bingung bin bimbang membaca YHWH (tetragrammaton alias empat huruf nama tuhan).  Bahkan, Yahudi Ortodoks ogah melafalkannya.  Mereka terpaksa membacanya adonai (tuhan atau tuan).  Di kamus tersua bahwa adonai ialah a Hebrew name for God, usually translated in the Old Testament by the word “Lord”.
     Untuk mengibuli umatnya serta penduduk planet biru ini, maka, YHWH diinformasikan sebagai sebutan dalam bentuk orang ketiga tunggal.  YHWH dicelotehkan sebagai “Dialah yang ada, Dialah Dia”.
     Pada esensinya, empat konsonan itu sekedar ditebak pengucapannya.  Kadang dibaca Yahweh, Yahuweh, Yehuwa, Yahavah, Yaheveh, Yahaveh atau apa saja sesuai selera.  Dengan demikian, Yahweh atau Yehovah sekedar nama jadi-jadian bagi tuhan mereka.  Ini sungguh aneh.  Sebab, nama tuhan mereka sendiri tak diketahui secara pasti.
     Di kalangan Kristen, istilah Allah bukan nama diri sebagaimana konsep Islam.  Kristen menganggap jika Allah merupakan sebutan untuk “wujud yang disembah” (al-ilah).  Hingga, tuhan boleh dipanggil Allah, Yahweh, God atau Lord.  Mereka cuma paham bahwa nama tersebut merujuk pada sesuatu yang disembah.
     Terkutuk sekawanan agen Thaghut (sesembahan paling nista) berlabel Islam progresif berasas liberal yang berceloteh: “Tiada tuhan selain Tuhan”.

Abdul Haris Booegies






































































































































Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Amazing People