54. Al-Qamar
(Rembulan)
Dengan Nama Allah, Pemilik Kasih Sayang yang Mahapemurah
1. Kiamat makin dekat.
Bulan telah terbelah.
[Musyrik Mekkah meminta tanda kenabian Maharasul Muhammad. Kepada mereka ditunjukkan bulan yang
terbelah. Di antara keduanya terlihat
warna merah. Sebelah tampak di samping Gunung
Safa. Satu bagian lagi di sisi Gunung
Qaikaan.
Penduduk Mekkah menilai
bulan yang terbelah sekedar sihir.
Mereka merasa dihipnotis. Alhasil, bulan terlihat terpotong dua. Abu Jahal sempat bertanya kepada warga dari kota lain tentang
terbelahnya bulan. Semua membenarkan
karena menyaksikan]
2. Kalau musyrik Mekkah
melihat mukjizat. Mereka memungkirinya
seraya berceloteh: “sihir yang hebat!”
[Ibnu Mas’ud meriwayatkan bahwa bulan terbelah dua di Mekkah sebelum
Nabi Muhammad hijrah. Kawanan musyrik
berujar: “Bulan disihir!” Kemudian turun
ayat pertama dan kedua Surah al-Qamar]
3. Menjadi tradisi
bagi mereka. Mendustakan Nabi Muhammad. Hawa nafsu diikutinya. Tiap urusan sudah ditetapkan oleh Allah.
4. Sudah sampai
kepada mereka lewat al-Qur’an. Sejumlah
peristiwa berisi pencegah berbuat durjana.
5. Kandungan kisah
itu yakni hikmah sempurna. Segenap
peringatan justru sia-sia.
[Al-Qur’an yang memuat beberapa kejadian merupakan puncak kebenaran
serta kesucian yang bisa dibuktikan lewat penelitian ilmiah]
6. Jangan hiraukan
mereka (wahai Nabi Muhammad). Ingat saat
malaikat penyeru ditugaskan. Berseru
tentang ihwal yang tidak menyenangkan (Hari Kiamat).
[Allah menugaskan malaikat berseru tentang kedatangan Hari Kiamat. Ini bukan berita baik, tetapi, kabar buruk
bagi pedosa]
7. Mereka menundukkan
pandangan karena takut. Keluar dari
kubur bak belalang terbang bertebar.
8. Bergegas menuju ke
penyeru. Kawanan kafir berkata: “Ini hari yang sangat merepotkan!”
9. Sebelum mereka,
umat Nabi Nuh juga mendustakan risalah Rasul. Mereka mendustakan hamba Kami. Dilancarkannya tuduhan: “Ia gila!”
Nabi Nuh diusir dengan ancaman.
10. Kepada Tuhannya,
ia mengadu: “Saya dikalahkan. Tolonglah saya”.
11. Kami buka
pintu-pintu langit. Menurunkan hujan deras.
12. Kami jadikan bumi
menyemburkan mata-mata air. Lalu bertemu
air langit dan bumi. Menimbulkan bencana
yang telah diputuskan.
13. Kami angkut Nabi
Nuh bersama pengikutnya ke bahtera.
Terbuat dari papan dan paku.
[Papan dan paku menjabarkan kalau teknologi di masa Nabi Nuh sudah
maju. Bukan cuma menggergaji kayu
menjadi potongan papan dan balok. Mereka
pun andal mendesain paku]
14. Berlayar dalam
pengawasan Kami. Mereka diberi karunia
karena diingkari oleh kaumnya.
15. Kami jadikan
bahtera itu sebagai pelajaran. Adakah
yang mau insaf?
[Kapal Nabi Nuh menjadi kisah monumental. Sampai hari ini tetap dikenang. Hikmah yang bisa dipetik ialah: “Siapa
beriman pasti berjaya. Siapa durhaka niscaya
celaka”]
16. Alangkah dahsyat
azabKu. Begitu juga ancaman-ancamanKu.
17. Kami mempermudah
al-Qur’an agar dipahami sebagai peringatan.
Siapa mau mengindahkan peringatan?
18. Kaum Ad mendustakan
pula kebenaran. Perhatikan, betapa
dahsyat azabKu serta ancamanKu!
19. Kami embuskan kepada
mereka badai menderu-deru. Di hari yang
mereka anggap sial tanpa jeda.
20. Merenggut manusia. Pedosa laksana pohon kurma yang tumbang. Tercerabut dari akar-akarnya.
21. Alangkah dahsyat
azabKu. Begitu juga
ancaman-ancamanKu.
22. Kami memudahkan
al-Qur’an supaya dipahami sebagai peringatan.
Siapa hendak mengindahkan peringatan?
23. Kaum Samud
mendustakan pula peringatan-peringatan.
24. Mereka berkata: “Pantaskah
mengikuti manusia biasa yang hanya seorang diri tanpa pengikut? Kalau ia dituruti. Kita sesat dan gila!”
25. Tidak patut wahyu
tersebut diturunkan kepadanya. Orang yang
lebih layak ada di antara kita. Nabi
Saleh bohong. Ia sombong pula.
[Mereka mempertanyakan figur Nabi Saleh. Sebab, di lingkungan mereka ada pemuka Samud
yang punya potensi. Mereka memandang
pengakuan Nabi Saleh sebagai utusan Allah cuma omong kosong belaka]
26. Kelak mereka
tahu. Siapa pendusta sekaligus angkuh!
27. Kami kirim unta
betina sebagai ujian. Kepada Rasul, Kami
berfirman: “Tunggu apa tindakannya.
Bersabarlah terhadap penentangannya”.
28. Beritahu bahwa air
sumur akan dibagi antara mereka dengan unta.
Masing-masing punya giliran.
[Ayat ini mengisyaratkan kalau sumber air puak Samud hanya sebuah
sumur. Kota mereka memang tergolong
tandus]
29. Mereka dongkol
dengan unta tersebut. Rekannya yang
tangkas menangkap unta dipanggil. Dengan
golok, diketingnya unta itu.
[Warga Samud menyewa tujuh preman.
Bertindak sebagai eksekutor unta cantik itu adalah Qudar bin Salif. Ia menebas kaki-kaki unta Surgawi itu]
30. Alangkah dahsyat
azabKu. Begitu juga ancaman-ancamanKu.
31. Kami timpakan
kepada mereka satu suara menggelegar.
Mereka pun berubah seperti rumput kering yang dikumpulkan pemilik
kandang ternak.
32. Kami mempermudah
al-Qur’an agar dipahami sebagai peringatan.
Siapa ingin mengindahkan peringatan?
33. Kaum Nabi Luth. Mendustakan pula peringatan.
34. Kami embuskan kepada
mereka topan mengandung batu. Keluarga
Nabi Luth saja Kami selamatkan. Sebelum
fajar menyingsing.
35. Sebagai karunia
dari Kami. Kami limpahkan balasan kepada
orang bersyukur.
36. Nabi Luth telah
memberi peringatan mengenai siksa pedih.
Mereka justru meragukan ancaman-ancaman itu.
37. Mereka membujuk
Nabi Luth supaya menyerahkan tamunya.
Kami lalu renggut penglihatannya.
Rasakan azabKu sekaligus ancamanKu!
[Para homoseks tergiur melihat ketampanan tamu Nabi Luth. Massa yang berkumpul di sekitar rumah Nabi
Luth terus bertumpuk. Bisik-bisik
berubah hiruk-pikuk. Mereka akhirnya
memaksa masuk karena nafsu seks abnormalnya sudah tidak terkendali]
38. Di pagi hari. Mereka dibekap azab bersinambung yang tiada mampu
dielakkan.
39. Rasakan azabKu serta
ancaman-ancamanKu.
40. Kami memudahkan
al-Qur’an agar dipahami sebagai peringatan.
Siapa mau mengindahkan peringatan?
41. Kepada Fir’aun bersama
kerabatnya. Telah disampaikan peringatan.
42. Mereka memungkiri
semua mukjizat Kami. Kepada mereka
ditimpakan siksa dari sang Mahaperkasa lagi Mahakuasa.
43. Apakah golongan
musyrik Mekkah lebih baik kekuatan maupun kekayaannya dibandingkan mereka? Apakah kalian punya jaminan kebebasan dari
azab yang tercantum dalam Kitab-kitab bahari?
44. Dengan congkak mereka
sesumbar. “Kami sebuah kelompok yang
bersatu. Pasti menang dalam membela
diri!”
45. Rombongan itu
niscaya kalah! Mereka pasti lari!
[Ayat ini diwahyukan sehubungan pekik pasukan musyrik di Perang
Badar. Mereka berteriak-teriak: “Kami golongan yang bersatu. Pasti menang!” Maksud “golongan yang bersatu” karena mereka terdiri
dari beberapa kafilah]
46. Bukan sekedar
kalah. Di Hari Kiamat yang dijanjikan. Mereka menerima ganjaran. Azab teramat dahsyat serta lebih getir.
47. Manusia durjana
berada dalam keadaan sesat di dunia. Di
Akhirat, mereka terdampar di Neraka.
48. Mereka dengan
wajah terseret digiring ke Neraka. Dikatakan
kepadanya. “Rasakan sentuhan maut api
Neraka Saqar!”
[Api Saqar mencairkan lemak
sekaligus melelehkan tubuh]
49. Kami ciptakan segala
sesuatu sesuai ukuran.
[Musyrik Mekkah menghadap Nabi Muhammad. Mereka mendebatnya soal takdir. Ayat ini lantas diwahyukan.
Nabi Muhammad bersabda:
“Ayat ini ditujukan untuk umatku. Kelak,
di akhir zaman. Mereka tidak lagi
percaya takdir Allah”]
50. Perintah Kami cuma
satu kata, secepat kedipan mata.
51. Kami telah
binasakan orang yang serupa kekafiranmu.
Adakah yang mau mengambil pelajaran?
52. Semua perkara
yang diperbuat. Tertera pada Catatan Amal.
53. Tiap urusan kecil
atau besar. Tercatat secara teliti!
54. Orang takwa ditempatkan
dalam taman-taman Surga. Di dekatnya
mengalir sungai-sungai.
55. Tempat yang sarat
segala yang benar. Berada di sisi Tuhan yang
kuasa berkehendak apa saja!
[Kediaman yang penuh aspek benar ialah Surga. Di sana, tiada perbuatan tercela]
Keterangan
Bulan dua kali terbelah. Abdullah berkata bahwa bulan terbelah di zaman Rasulullah. Nabi Muhammad bersabda: “Saksikanlah!”
Peristiwa bulan terbelah sangat populer. Diwartakan antara lain oleh Ibn Abbas, Ibn Umar, Anas bin Malik, Huzaifah serta Jubair ibn Muth’im.
Bulan dua kali terbelah. Abdullah berkata bahwa bulan terbelah di zaman Rasulullah. Nabi Muhammad bersabda: “Saksikanlah!”
Peristiwa bulan terbelah sangat populer. Diwartakan antara lain oleh Ibn Abbas, Ibn Umar, Anas bin Malik, Huzaifah serta Jubair ibn Muth’im.
Sultan Mahmud bin
Sabaktakin al-Ghaznawi menginvasi kerajaan penganut paganisme di India. Di istana taklukan, ia menemukan lempengan
prasasti. Terpahat tulisan bahwa: “Istana ini dibangun pada malam terbelahnya
bulan”.
Derajat Terjemahan
Terjemah
al-Qur’an bukan al-Qur’an sesungguhnya.
Bukan al-Qur’an sejati yang diwahyukan kepada Maharasul Muhammad. Al-Qur’an senantiasa berbahasa Arab
klasik. Tidak dinamakan al-Qur’an jika
firman-firman Allah tersebut disadur ke bahasa Bugis atau Perancis. Soalnya, terjemahan muskil menampung seratus
persen maksud al-Qur’an. Alih bahasa mustahil
sepadan dengan arti hakiki yang dimaksud Allah.
Apalagi, bahasa al-Qur’an bernas, ringkas, puitis sekaligus sarat makna.
Sedangkan aneka bahasa yang digunakan
dalam terjemahan tak efektif serta efisien.
Terjemah
al-Qur’an hanya deretan kata manusia, bukan untaian Kalam Ilahi dari Lauhul Mahfuz. Hingga, terjemah al-Qur’an tidak hidup, tak
punya sukma yang bisa menggelorakan spirit.
Terjemah al-Qur’an selalu kaku dan acap membingungkan. Dengan demikian, posisi terjemahan sekedar
“pengantar” untuk membaca al-Qur’an.
Bukan “kunci” buat memahami al-Qur’an.
Terjemah
al-Qur’an tidak pernah serupa.
Terjemahan senantiasa tampil beda.
Aspek itu menandaskan bahwa terjemahan tak mungkin setara dengan
al-Qur’an. Maklum, Kalam Ilahi tersebut
memiliki irama dalam teks, kejelasan arti, sintaks kalimat serta penggunaan
kata.
Terjemah
al-Qur’an secara harfiah (letterlejk) termasuk
repot diaplikasikan. Mayoritas ulama
berpendapat bahwa terjemahan harfiah rumit lantaran membutuhkan persyaratan
yang berat direalisasikan. Terjemahan
harfiah susah karena ada mufradat
(sinonim) per huruf antara bahasa penerjemah dengan bahasa al-Qur’an. Kemudian ada tanda baca yang sama pada bahasa
penerjemah terhadap tanda baca pada bahasa al-Qur’an. Tanda baca tersebut minimal mirip. Selain itu, terjemahan secara harfiah
menuntut kesamaan susunan kata antara bahasa penerjemah dengan bahasa
al-Qur’an. Kesamaan tersebut mencakup
kalimat, sifat atau tambahan-tambahannya.
Terjemahan
harfiah diharamkan ulama akibat makna yang dikandungnya kurang sempurna. Hatta, jauh dari maksud al-Qur’an.
Walau sukar,
tetapi, ada terjemahan yang benar-benar setia pada kata-kata dalam
al-Qur’an. Mereka berusaha selaras
dengan wahyu. Sebab, khawatir
mengaburkan arti. Mereka menjaga
interpolasi pikiran.
Terjemahan tidak
lepas pula dari platform sastra.
Terjemahan berdimensi puitis itu diperkaya dengan nuansa keindahan
bahasa si penerjemah. Dalam kasus ini,
penerjemah dapat digolongkan sebagai figur liberal. Pasalnya, menyuntikkan semangat bahasa ibu si
penerjemah ke dalam terjemahan. Mereka tak
menyukai kesetiaan pada tiap kata-kata Arab.
Penerjemah semacam ini memakai kebebasan dengan kata-kata pilihan.
Di berbagai bentala,
ada terjemahan yang benar-benar akademis.
Ada juga sekedar informatif dengan bumbu bahasa jurnalistik
sastrawi. Tiap kalimat tidak setia
dengan kata per kata al-Qur’an. Spirit
yang diemban ialah bagaimana al-Qur’an cepat diserap dan tak membosankan
ditelaah.
Pada akhirnya, seluruh
terjemahan dilandasi vitalitas agar Kalam Ilahi tersebut membuncah di hati. Tiada seorang pun ingin menampilkan
terjemahan ala kadarnya. Elemen itu pula
yang membuat segenap terjemahan wajib dilengkapi di sisi kanan atau atasnya
teks al-Qur’an yang berbahasa Arab. Alhasil,
bila ada yang salah atau keliru, maka, pembaca segera mengecek ke al-Qur’an asli.
Terjemahan apa
saja terasa sempurna kalau dilampiri teks tulen al-Qur’an. Soalnya, al-Qur’an berbahasa Arab tersebut
sanggup berpengaruh secara psikologis terhadap pembacanya, biarpun ia tidak
mengerti bahasa Arab.
Di luar
negara-negara Arab, istilah paling membingungkan dalam al-Qur’an yakni kata nahnu.
Dhamir (kata ganti) nahnu bermakna “kita” atau “kami”. Dalam ilmu Nahwu (sintaksis), nahnu bisa
diterjemahkan “kita”, “kami”, “saya” atau yang lain tergantung konteks kalimat.
Dalam bahasa
Arab, istilah serta kata tak selalu berarti zahir atau apa adanya. Sebagai contoh, kata antum (kalian). Antum sering digunakan untuk menyapa
lawan bicara kendati cuma satu orang. Tidak
dipakai kata anta (kamu). Penggunaan antum yang plural dipandang lebih sopan sembari menghargai lawan bicara.
Di Indonesia,
orang menyapa lawan bicara dengan kamu, Anda atau tuan. Kamu, Anda dan tuan punya rasa bahasa yang
berbeda. Kamu biasa dipakai untuk lawan
bicara yang lebih muda atau di kalangan sebaya.
Anda digunakan kepada lawan bicara yang dituakan. Sementara tuan buat orang yang
dimuliakan. Anda serta tuan dalam
sosio-linguistik Arab bermakna ta’zim
alias kata beradab terhadap lawan bicara yang memiliki derajat tinggi atau
kepada khalayak.
“Kami” merupakan
sebutan Allah untuk diriNya. Dalam
bahasa Arab, ada jamak kuantitas dan jamak kualitas. Jamak kuantitas (al-mutakallim ma’a ghairihi) menunjukkan jumlah banyak atau kata
ganti orang pertama plural. Sedangkan jamak
kualitas (al-mutakallim al-muazzim li
nafsih) menerangkan pola tunggal dengan banyak predikat atau berarti
keagungan atas dirinya.
Dalam tata bahasa
Arab, terdapat kata ganti pertama singular “ana”
(saya). Lantas ada kata ganti pertama
plural “nahnu” (kami atau kita). Lazim terjadi pada bahasa lain jika kata
ganti pertama plural bisa berperan sebagai singular. Dalam nahwu
sharaf (Arabic grammar), inilah
yang dinamakan al-mutakallim al-muazzim
li nafsih (kata ganti pertama yang mengagungkan diri sendiri).
Allah menegaskan
diri dengan “Kami” berkat predikat di sisi-Nya berjumlah banyak. Zat Esa itu tercantum sebagai pencipta,
pengatur, pemelihara, pemaaf, penyayang serta Raja Diraja alam semesta. Allah tak tidur! Ia sibuk terus mencipta seraya mendengar doa
insan saleh.
“Semua makhluk di
langit dan bumi senantiasa memohon kepada-Nya.
Tiap waktu Ia sibuk (mencipta serta memelihara makhluk-makhluk-Nya)” (ar-Rahman: 29).
Saat membaca
al-Qur’an, maka, bertabur kata Allah dalam Kitab Suci. Harap dimafhumi bahwa nama asli penguasa
langit dan bumi tiada lain Allah. “Aku
ini Allah. Tiada Tuhan kecuali Aku!” (Thaha: 14).
Allah sendiri memaklumatkan
bila nama-Nya adalah Allah. Allah
merupakan nama diri (proper name)
dari Zat Mahakuasa. Dalam kaidah bahasa
Arab, kata Allah berwujud ism jamid. Kategori tersebut menjabarkan kalau kata
Allah bukan ism (kata benda) yang
diambil dari kata kerja. Arkian, tidak
boleh diubah dalam bentuk apa pun! Ini
berbeda dengan kata rabbun (tuhan). Rabbun
modelnya ism musytaq (kata benda yang
dibentuk dari kata lain dengan arti berbeda dari kata pembentuknya). Rabbun
terambil dari kata kerja rabba, rabbi
atau tarbiyatan.
Istilah Allah bagi
umat Islam teramat jelas posisinya.
Berbeda dengan Yahudi. Mereka tak
mengerti bagaimana mengucapkan fonem יהוה (YHVH) dalam Perjanjian Lama. Ini gara-gara tidak ada tradisi sanad (rentetan
jalur sumber) yang sampai kepada Nabi Musa.
Akibatnya, Yahudi bingung bin bimbang membaca YHWH (tetragrammaton alias empat huruf nama tuhan). Bahkan, Yahudi Ortodoks ogah
melafalkannya. Mereka terpaksa
membacanya adonai (tuhan atau tuan). Di kamus tersua bahwa adonai ialah a Hebrew name
for God, usually translated in the Old Testament by the word “Lord”.
Untuk mengibuli
umatnya serta penduduk planet biru ini, maka, YHWH diinformasikan sebagai
sebutan dalam bentuk orang ketiga tunggal.
YHWH dicelotehkan sebagai “Dialah yang ada, Dialah Dia”.
Pada esensinya, empat
konsonan itu sekedar ditebak pengucapannya.
Kadang dibaca Yahweh, Yahuweh,
Yehuwa, Yahavah, Yaheveh, Yahaveh atau apa saja sesuai selera. Dengan demikian, Yahweh atau Yehovah
sekedar nama jadi-jadian bagi tuhan mereka.
Ini sungguh aneh. Sebab, nama
tuhan mereka sendiri tak diketahui secara pasti.
Di kalangan
Kristen, istilah Allah bukan nama diri sebagaimana konsep Islam. Kristen menganggap jika Allah merupakan
sebutan untuk “wujud yang disembah” (al-ilah). Hingga, tuhan boleh dipanggil Allah, Yahweh, God atau Lord. Mereka cuma paham bahwa nama tersebut merujuk
pada sesuatu yang disembah.
Terkutuk
sekawanan agen Thaghut (sesembahan
paling nista) berlabel Islam progresif berasas liberal yang berceloteh: “Tiada
tuhan selain Tuhan”.
Abdul Haris Booegies
Tidak ada komentar:
Posting Komentar