53. Al-Najm
(Bintang)
Dengan Nama Allah, Pemilik Kasih Sayang yang Mahapemurah
1. Demi bintang sewaktu
terbenam.
[Abdullah berkata: “Surah pertama yang di dalamnya terdapat ayat Sajdah ialah an-Najm. Nabi Muhammad bersujud. Lantas orang-orang yang berada di belakangnya
ikut sujud, kecuali satu orang. Ia
mengambil segenggam tanah. Sujud di
atasnya. Saya lihat ia terbunuh akibat
kekafirannya. Ia, Umayyah bin Khalaf”]
2. Sahabatmu (Nabi
Muhammad) tidak kesasar dari jalan benar.
Tidak pula melenceng dengan kepercayaan salah.
3. Tutur katanya
tentang al-Qur’an bukan pendapatnya sendiri.
4. Segala yang diucapkan
merupakan wahyu yang difirmankan.
5. Diajarkan oleh
Jibril yang sangat perkasa.
6. Jibril
bijak-bestari. Tampil menampakkan diri
kepada Nabi Muhammad dalam wujud asli.
7. Ia berada pada ufuk
tinggi.
8. Ia mendekatkan
diri kepada Nabi Muhammad. Turun secara
perlahan.
9. Jaraknya bertambah
dekat. Seukuran dua ujung busur. Bahkan, lebih dekat lagi.
[“Jibril mendatangiku dengan rupanya yang hijau. Ia dikitari intan permata”]
10. Lalu Allah menyampaikan
kepada hambaNya (Nabi Muhammad) firman yang Ia wahyukan.
11. Hati (Nabi
Muhammad) tidak menyangkal apa yang ia saksikan.
12. Apakah musyrik
Mekkah ingin membantah yang dilihat Nabi Muhammad.
13. Nabi Muhammad sekali
lagi melihat rupa asli Jibril. Di waktu
yang lain.
14. Di Sidrat al-Muntaha.
[“Saya melihat Jibril di Sidrat al-Muntaha. Ia memiliki 600 sayap. Tiap sayapnya menutupi cakrawala. Dari sayap tersebut terpercik cahaya bak
permata serta permadani”.
Sidrat al-Muntaha merupakan batas bagi makhluk yang naik ke langit ketujuh. Alam terakhir yang bisa dicapai para makhluk]
15. Di dekatnya
terletak Surga al-Ma’wa.
16. (Nabi Muhammad
melihat Jibril) di Sidrat al-Muntaha kala
diliputi mega-misteri yang bertebar.
[Ibnu Abbas bersama Abu Habbah al-Anshari menukil komentar
Rasululah. “Sidrat al-Muntaha diliputi warna-warni. Saya tidak tahu apa itu sebenarnya”.
Ya’kub bin Zaid meriwayatkan
bahwa Nabi Muhammad ditanya mengenai apa yang ia lihat.“Saya melihat Sidrat
al-Muntaha tertutup kasur emas”.
Abu Hurairah menandaskan
sabda Rasulullah. “Sidrat al-Muntaha tertutup oleh cahaya Allah bersama para
malaikat. Laksana burung gagak yang
bertengger di pohon]
17. Penglihatan Nabi
Muhammad tidak menyimpang dari apa yang ia saksikan. Tidak pula ia melampaui batas.
[Pandangan Nabi Muhammad tidak berpaling dari maksud yang diinginkan. Ia tidak mendongak ke kanan ke kiri]
18. Ia menyaksikan
sebagian tanda kekuasaan Tuhannya yang paling hebat.
19. (Kalau kekuasaan
Allah teramat tinggi). Apakah pantas
kalian memuja al-Lata serta al-Uzza.
[Musuh-musuh Islam bersama orientalis menyelundupkan gharaniq, ayat rekayasa. Ayat itu dipropagandakan sebagai intervensi
setan terhadap Nabi Muhammad. Ayat 19
yang dikenal saat ini disebarluaskan oleh orientalis sebagai ayat revisi. Mereka ingin melemahkan iman umat Islam bahwa
al-Qur’an juga disisipi ayat setan sebagaimana Bibel yang sarat dusta dan
kepalsuan. Pada Keterangan yang
tertera di akhir Surah an-Najm di
bawah, dijelaskan apa itu gharaniq]
20. Kemudian yang
ketiga, Manat. Dengan posisi hina
(sebagai putri Allah).
[Al-Lata ialah berhala Tsaqif di Thaif. Al-Uzza merupakan berhala Ghatafan.
Wujudnya sebuah pohon di antara pohon kurma. Sementara Manat adalah sebuah batu milik Huzail
dan Khuza’ah]
21. Apakah patut
kalian membagi untuk dirimu anak lelaki.
Sementara bagi Allah anak perempuan?
[Allah menampik pendapat yang menyatakan bahwa Allah punya anak
perempuan. Sedangkan musyrik Mekkah
punya anak laki-laki. Dalam pikiran
mereka, perempuan itu lemah. Sementara laki-laki
dinilai sempurna. Kesimpulan mereka,
Allah memiliki kekurangan karena punya anak perempuan]
22. Pembagian itu tidak
adil.
23. Benda-benda yang
disembah itu sekedar nama yang disematkan oleh kalian dan leluhurmu. Allah tidak menurunkan satu keterangan untuk
menyembahnya. Mereka cuma mengikuti dugaan
belaka. Perbuatannya dikontrol hawa nafsu. Padahal, telah datang petunjuk dari Tuhannya.
24. Apakah manusia memperoleh
yang ia dambakan dari berhala yang disembah?
25. Tidak! Sebab, Allah penguasa kehidupan Akhirat
maupun dunia.
26. Kawanan musyrik
mengharap pertolongan kepada benda-benda.
Padahal, betapa banyak malaikat di langit. Syafaat mereka tidak berguna, kendati secuil. Kecuali sesudah diizinkan oleh Allah untuk
memohonkan syafaat kepada orang yang Ia kehendaki dan ridai.
27. Manusia yang
tidak percaya Hari Akhirat. Mereka
menamakan malaikat dengan nama perempuan.
[Musyrik Mekkah menamakan malaikat dengan nama perempuan. Mereka juga melampirkan sifat wanita kepada
malaikat]
28. Mereka tak punya
pengetahuan mengenai itu. Mereka sekedar ikut persangkaan belaka. Padahal, dugaan tidak berfaedah walau sedikit
untuk mencapai kebenaran.
29. Tinggalkan (wahai
Nabi Muhammad) orang yang memungkiri peringatan Kami. Mereka hanya menginginkan kehidupan dunia.
30. Kepentingan dunia
menjadi prioritas utama pengetahuan mereka. Tuhanmu lebih paham orang yang sesat dari
jalan Allah. Ia tahu benar siapa memperoleh
hidayah.
31. Allah pemilik
segala yang di langit serta di bumi. Manusia
diberi kebebasan untuk memilih kebaikan atau keburukan. Ia menghukum pelaku durjana sesuai
perbuatannya. Kemudian membalas pelakon
bajik dengan imbalan terbaik.
32. Mereka adalah
manusia yang menjauhi dosa besar dan perbuatan keji, kecuali khilaf dalam kesalahan-kesalahan
kecil. Tuhanmu luas ampunanNya. Ia lebih tahu keadaanmu kala menciptakan
kalian dari tanah. Kemudian sewaktu kamu
janin dalam perut ibumu. Jangan memuji
dirimu suci dari dosa. Tuhan tahu benar
siapa yang bertakwa.
[Ayat ini terkait dengan keyakinan orang Yahudi. Mereka membual bahwa bayi Yahudi yang mati
termasuk shiddiq (manusia benar). Nabi Muhammad menyanggah. “Siapa saja yang diciptakan Allah dalam perut
ibunya. Tidak akan tahu nasibnya, celaka
atau bahagia”]
33. Perhatikan orang
yang menyangkal al-Qur’an.
34. Memberi sedikit. Ia pun pelit.
35. Apakah ia punya
ilmu perihal perkara gaib. Hingga, bisa
melihat kebaikan pada dirinya.
36. Apakah ia belum
diberitahu yang terkandung dalam Lembaran-lembaran Nabi Musa.
37. Kemudian
Lembaran-lembaran Nabi Ibrahim. Ia menjalankan
secara sempurna perintah Allah.
38. Dalam Lembaran
Suci itu ditegaskan bahwa manusia yang berdosa tidak memikul dosa orang lain.
[Ayat ini diturunkan tatkala Nabi Muhammad bersiap ke medan laga. Ada seorang yang ingin berpartisipasi,
tetapi, tak punya alat perang. Ia
bertanya kepada rekannya. “Beri saya
sesuatu agar bisa ikut”. Sahabatnya
menukas. “Saya memberimu unta kecil
ini. Syaratnya, kau membawa
beban-bebanku”]
39. Manusia memperoleh
apa yang ia upayakan.
40. Hasil usahanya
diperlihatkan pada Hari Kiamat.
41. Kemudian diberi
balasan paling sempurna.
[Al-Walid bin al-Mughirah menyumbang sedikit harta kepada musyrik
Mekkah. Ia berharap agar mereka
menanggung siksa Allah atas dirinya. Lantas
memberikan sebagian yang ia janjikan.
Sedangkan sisanya tidak ditepati]
42. Kepada Tuhanmu akhir
segala urusan.
43. Ia menjadikan
orang tertawa atau berurai air mata.
44. Ia mematikan dan
menghidupkan.
45. Ia menciptakan secara
berpasangan, lelaki dengan perempuan.
46. Dari mani yang
terpancar ke rahim.
47. Di sisi Allah rekomendasi
kebangkitan makhluk mati.
48. Ia memberi
kekayaan dan kepuasan.
49. Ia pencipta
bintang asy-Syi’ra.
[Bintang yang disembah oleh suku Khuza’ah. Asy-Syi’ra alias Sirius A atau Dog Star
merupakan bintang paling cerah. Nama sirius berasal dari Yunani yang berarti
berpijar. Sirius A didampingi Sirius B
yang terlacak pada tahun 1862. Sirius B
lebih redup sekitar 10 ribu kali lipat ketimbang Sirius A. Bintang ganda ini terletak di rasi Canis
Major.
Sirius A berjarak 8,6 tahun
cahaya (2,6 parsec) dari bumi. Selain dikenal oleh bangsa Arab, asy-Syi’ra juga tertoreh dalam catatan astronomi kuno
Yunani serta Polinesia]
50. Ia membinasakan
kaum Ad awal (umat Nabi Hud).
[Kaum Ad menjadi kelompok pertama yang dimusnahkan setelah umat Nabi
Nuh]
51. Kemudian Samud (umat
Nabi Saleh). Tiada seorang dari kedua umat
itu yang dibiarkan hidup.
52. Umat Nabi Nuh
sebelum itu juga dibinasakan. Mereka
sangat zalim. Terlalu durhaka.
53. Kota Nabi Luth
dijungkirbalikkan. Diangkat lalu
dihempaskan.
54. Dibekap azab
berat yang menimbun kota.
[Batu-batu dari langit menimbun puing-puing kota]
55. Mana di antara
nikmat-nikmat Tuhanmu yang kalian ragukan?
56. Al-Qur’an bersama
Nabi Muhammad ini mewartakan peringatan sebagaimana para pemberi peringatan dahulu
kala.
57. Kian dekat Kiamat
terjadi.
58. Tiada yang bisa
menyingkap rahasia kedatangannya selain Allah.
59. Apakah kalian
heran dengan berita-berita al-Qur’an?
60. Kalian tertawa
mengejeknya. Tak menangis menyesali
kesalahan.
61. Kalian menghabiskan
waktu berlengah-lengah.
62. Sujudlah kepada
Allah. Sembah Ia.
[Ayat terakhir ini tergolong ayat Sajdah. Diimbau sujud ketika selesai
membacanya]
Keterangan
An-Najm merupakan surah pertama yang dibacakan
oleh Nabi Muhammad secara terang-terangan di Masjid al-Haram. Keistimewaan lain yakni menjadi surah pertama
yang di dalamnya terdapat ayat Sajdah
(ayat 62).
Para penipu dari
kawanan kafir, orientalis bersama misionaris menuduh Nabi Muhammad diusik setan
kala Surah an-Najm diwahyukan. Fatal masalahnya karena iblis menambahkan
ucapan pada lidahnya (alqa asy-syaitan ala
lisanihi). Akibatnya, ayat 19 Surah an-Najm ketika dibacakan di sisi Ka’bah
menyetujui sesembahan musyrik Mekkah.
“Al-Lat, al-Uzza dan Manat adalah gharaniq
yang ditinggikan. Syafaatnya disetujui”.
Musyrik Mekkah
girang. Usai Nabi Muhammad membaca Surah
an-Najm, ia sujud. Diikuti semua pendengarnya, Muslim maupun
musyrikin. Al-Walid ibn al-Mughirah,
Umayyah bin Khalaf bersama Abu Uhaihah Said ibn al-As langsung mengambil
segenggam tanah. Bersujud di atasnya
karena usia mereka tua, tidak bisa sujud seperti yang lain.
Quraisy Mekkah
gembira. “Nabi Muhammad menyesali ucapannya
tentang status dewa kami di hadapan Allah.
Kini, ia mengubahnya”.
Gharaniq merupakan bentuk jamak dari ghurnuk, ghirniq, ghurnaik dan ghuraniq. Artinya anak muda berkulit putih yang tampan
atau cantik. Dapat pula diterjemahkan
sebagai remaja periang. Kata itu juga
bisa bermakna spesies burung supranatural.
Kemudian diartikan pula burung putih atau hitam yang sangat indah. Makna lain ialah burung air dengan sayap
lebar serta kaki panjang. Gharaniq diartikan pula angsa atau
burung laut.
Cerita fiktif
buatan kafir bertolak belakang dengan budaya Arab. Di masa Nabi Muhammad, istilah gharaniq tidak pernah dipakai untuk
menunjukkan berhala. Tak ada jejak
historis yang merekam bahwa syair-syair, pidato maupun dialog di kalangan orang
Arab mengartikan gharaniq sebagai
dewa. Fakta yang ada yakni di era
pra-Islam, sajak-sajak memakai kata gharaniq
untuk burung.
Orientalis tidak
menyerah. Mereka berlindung di balik sejarah
Nabi Muhammad karya Ibn Ishaq. Dikatakan
bahwa Ibn Ishaq sendiri mengakui gharaniq. Harap dicamkan bahwa buku Ibn Ishaq sudah
lama hilang di telan zaman. Orang hanya
mengutip buku Ibn Hisyam yang banyak memuat perkataan Ibn Ishaq. Buku Ibn Ishaq yang beredar merupakan karya
Ibnu Hisyam.
Orientalis belum
mau takluk. Mereka mengatakan ada hadis
yang meriwayatkan gharaniq. Padahal, hadis itu tertolak atau palsu. Tidak ada sosok perawi yang bisa
dipercaya. Sanadnya tidak bersambung.
Ibn Jarir at-Tabari
bersama Ibn Sa’d (asisten al-Waqidi) acap dianggap pula narasumber. At-Tabari dalam pendahuluan Tarikh al-Umam wal-Muluk justru tidak
sudi disangkutpautkan dengan kisah fiktif itu.
Ia cuma mengakui ada laporan tentang suatu peristiwa di masa silam.
Surah an-Najm diturunkan setelah sejumlah
Muslim mengungsi ke Abyssinia. Migrasi
itu terjadi di bulan Rajab tahun ke-5 kenabian.
Dari sini cerita fiktif gharaniq
ditambal-sulam. Dikabarkan bahwa ayat
73-75 Surah al-Isra diturunkan
sebagai teguran kepada Nabi Muhammad.
Sebab, mengumandangkan ayat setan.
Ayat yang
dianggap teguran itu justru diwahyukan pada tahun ke-10 atau ke-11 masa
kenabian. Ini menandaskan kalau ayat gharaniq tidak terdeteksi selama lima
atau enam tahun. Apa yang dilakukan umat
Islam di masa itu sampai tidak merespons kejanggalan al-Qur’an?
Gharaniq
muncul gara-gara non-Islam merasa terhina oleh pesona Surah an-Najm. Mereka tidak rela orang musyrik Mekkah yang
mati-matian melawan Nabi Muhammad, mendadak sujud di sekitar Ka’bah. Mereka tidak habis pikir, bagaimana mungkin
para pemuka Mekkah yang sekeras batu melawan Islam, tiba-tiba sujud.
Setelah Rasulullah mangkat, maka,
dirancang tipu-muslihat.
Digembar-gemborkan bahwa musyrik Mekkah sujud lantaran Nabi Muhammad
menyetujui sesembahan paganisme.
Hikayat fiktif ini menjadi peluru bagi orientalis
dan misionaris untuk melemahkan iman umat Islam. Kendati menyerang dengan gharaniq, namun, ayat rekayasa itu makin lama kian kentara jika omong
kosong belaka.
Patut diduga, gharaniq merupakan buatan manusia yang kitab sucinya memang
palsu. Orang yang sering membaca kitab
suci palsu pasti suka cerita dusta.
Sebab, sudah mendarah-daging ditipu oleh pemimpin agamanya dengan
ayat-ayat setan. Apalagi, ada agama yang
tidak mengenal wahyu. Kitab sucinya
hanya kumpulan tulisan orang-orang yang dianggap diilhami tuhan. Akibatnya, kitab suci mereka berlumur dongeng
porno dan kesimpang-siuran data.
Gambar di bawah diambil dari Facebook. Apakah fakta di gambar itu ulet membela diri
sebagaimana al-Qur’an? Apakah ayat
tersebut bisa serupa Surah an-Najm yang kokoh membela diri dengan
data akurat?Anti Christ (https://www.facebook.com/christantifug) |
Anti Christ (https://www.facebook.com/christantifug) |
Bible vs Logika (https://www.facebook.com/yesusanakzina) |
Bible vs Logika (https://www.facebook.com/yesusanakzina) |
Bible vs Logika (https://www.facebook.com/yesusanakzina) |
Bible vs Logika (https://www.facebook.com/yesusanakzina) |
Bible vs Logika (https://www.facebook.com/yesusanakzina) |
Add cahttps://www.facebook.com/TheStupidChristiansMadeMeDoItption |
Bible vs Logika (https://www.facebook.com/yesusanakzina) |
Anti Christ (https://www.facebook.com/christantifug) |
Fuck Jesus Christ https://www.facebook.com/pages/Fuck-Jesus-Christ/145151555546430 |
https://www.facebook.com/TABCP |
https://www.facebook.com/TABCP |
https://www.facebook.com/TABCP |
https://www.facebook.com/TABCP |
https://www.facebook.com/TABCP |
My Favourite Verse, Ezekiel 23: 3 - 23:20
https://www.facebook.com/TheStupidChristiansMadeMeDoIt |
Anti Christ (https://www.facebook.com/christantifug) |
Anti Christ (https://www.facebook.com/christantifug) |
Anti Christ (https://www.facebook.com/christantifug) |
Anti Christ (https://www.facebook.com/christantifug) |
Anti Christ (https://www.facebook.com/christantifug) |
Bible vs Logika (https://www.facebook.com/yesusanakzina) |
Anti Christ (https://www.facebook.com/christantifug) |
Derajat Terjemahan
Terjemah
al-Qur’an bukan al-Qur’an sesungguhnya.
Bukan al-Qur’an sejati yang diwahyukan kepada Maharasul Muhammad. Al-Qur’an senantiasa berbahasa Arab
klasik. Tidak dinamakan al-Qur’an jika
firman-firman Allah tersebut disadur ke bahasa Bugis atau Perancis. Soalnya, terjemahan muskil menampung seratus
persen maksud al-Qur’an. Alih bahasa
mustahil sepadan dengan arti hakiki yang dimaksud Allah. Apalagi, bahasa al-Qur’an bernas, ringkas,
puitis sekaligus sarat makna. Sedangkan
aneka bahasa yang digunakan dalam terjemahan tak efektif serta efisien.
Terjemah
al-Qur’an hanya deretan kata manusia, bukan untaian Kalam Ilahi dari Lauhul Mahfuz. Hingga, terjemah al-Qur’an tidak hidup, tak
punya sukma yang bisa menggelorakan spirit.
Terjemah al-Qur’an selalu kaku dan acap membingungkan. Dengan demikian, posisi terjemahan sekedar
“pengantar” untuk membaca al-Qur’an.
Bukan “kunci” buat memahami al-Qur’an.
Terjemah
al-Qur’an tidak pernah serupa.
Terjemahan senantiasa tampil beda.
Aspek itu menandaskan bahwa terjemahan tak mungkin setara dengan
al-Qur’an. Maklum, Kalam Ilahi tersebut
memiliki irama dalam teks, kejelasan arti, sintaks kalimat serta penggunaan
kata.
Terjemah
al-Qur’an secara harfiah (letterlejk) termasuk
repot diaplikasikan. Mayoritas ulama
berpendapat bahwa terjemahan harfiah rumit lantaran membutuhkan persyaratan
yang berat direalisasikan. Terjemahan
harfiah susah karena ada mufradat
(sinonim) per huruf antara bahasa penerjemah dengan bahasa al-Qur’an. Kemudian ada tanda baca yang sama pada bahasa
penerjemah terhadap tanda baca pada bahasa al-Qur’an. Tanda baca tersebut minimal mirip. Selain itu, terjemahan secara harfiah
menuntut kesamaan susunan kata antara bahasa penerjemah dengan bahasa
al-Qur’an. Kesamaan tersebut mencakup
kalimat, sifat atau tambahan-tambahannya.
Terjemahan
harfiah diharamkan ulama akibat makna yang dikandungnya kurang sempurna. Hatta, jauh dari maksud al-Qur’an.
Walau sukar,
tetapi, ada terjemahan yang benar-benar setia pada kata-kata dalam
al-Qur’an. Mereka berusaha selaras
dengan wahyu. Sebab, khawatir
mengaburkan arti. Mereka menjaga
interpolasi pikiran.
Terjemahan tidak
lepas pula dari platform sastra.
Terjemahan berdimensi puitis itu diperkaya dengan nuansa keindahan
bahasa si penerjemah. Dalam kasus ini,
penerjemah dapat digolongkan sebagai figur liberal. Pasalnya, menyuntikkan semangat bahasa ibu si
penerjemah ke dalam terjemahan. Mereka
tak menyukai kesetiaan pada tiap kata-kata Arab. Penerjemah semacam ini memakai kebebasan
dengan kata-kata pilihan.
Di berbagai
bentala, ada terjemahan yang benar-benar akademis. Ada juga sekedar informatif dengan bumbu
bahasa jurnalistik sastrawi. Tiap
kalimat tidak setia dengan kata per kata al-Qur’an. Spirit yang diemban ialah bagaimana al-Qur’an
cepat diserap dan tak membosankan ditelaah.
Pada akhirnya,
seluruh terjemahan dilandasi vitalitas agar Kalam Ilahi tersebut membuncah di
hati. Tiada seorang pun ingin
menampilkan terjemahan ala kadarnya.
Elemen itu pula yang membuat segenap terjemahan wajib dilengkapi di sisi
kanan atau atasnya teks al-Qur’an yang berbahasa Arab. Alhasil, bila ada yang salah atau keliru,
maka, pembaca segera mengecek ke al-Qur’an asli.
Terjemahan apa
saja terasa sempurna kalau dilampiri teks tulen al-Qur’an. Soalnya, al-Qur’an berbahasa Arab tersebut
sanggup berpengaruh secara psikologis terhadap pembacanya, biarpun ia tidak
mengerti bahasa Arab.
Di luar
negara-negara Arab, istilah paling membingungkan dalam al-Qur’an yakni kata nahnu.
Dhamir (kata ganti) nahnu bermakna “kita” atau “kami”. Dalam ilmu Nahwu (sintaksis), nahnu
bisa diterjemahkan “kita”, “kami”, “saya” atau yang lain tergantung konteks
kalimat.
Dalam bahasa
Arab, istilah serta kata tak selalu berarti zahir atau apa adanya. Sebagai contoh, kata antum (kalian). Antum sering digunakan untuk menyapa
lawan bicara kendati cuma satu orang.
Tidak dipakai kata anta
(kamu). Penggunaan antum yang plural dipandang lebih sopan sembari menghargai lawan
bicara.
Di Indonesia,
orang menyapa lawan bicara dengan kamu, Anda atau tuan. Kamu, Anda dan tuan punya rasa bahasa yang
berbeda. Kamu biasa dipakai untuk lawan
bicara yang lebih muda atau di kalangan sebaya.
Anda digunakan kepada lawan bicara yang dituakan. Sementara tuan buat orang yang
dimuliakan. Anda serta tuan dalam sosio-linguistik
Arab bermakna ta’zim alias kata
beradab terhadap lawan bicara yang memiliki derajat tinggi atau kepada
khalayak.
“Kami” merupakan
sebutan Allah untuk diriNya. Dalam
bahasa Arab, ada jamak kuantitas dan jamak kualitas. Jamak kuantitas (al-mutakallim ma’a ghairihi) menunjukkan jumlah banyak atau kata
ganti orang pertama plural. Sedangkan
jamak kualitas (al-mutakallim al-muazzim
li nafsih) menerangkan pola tunggal dengan banyak predikat atau berarti
keagungan atas dirinya.
Dalam tata bahasa
Arab, terdapat kata ganti pertama singular “ana”
(saya). Lantas ada kata ganti pertama
plural “nahnu” (kami atau kita). Lazim terjadi pada bahasa lain jika kata
ganti pertama plural bisa berperan sebagai singular. Dalam nahwu
sharaf (Arabic grammar), inilah
yang dinamakan al-mutakallim al-muazzim
li nafsih (kata ganti pertama yang mengagungkan diri sendiri).
Allah menegaskan
diri dengan “Kami” berkat predikat di sisi-Nya berjumlah banyak. Zat Esa itu tercantum sebagai pencipta,
pengatur, pemelihara, pemaaf, penyayang serta Raja Diraja alam semesta. Allah tak tidur! Ia sibuk terus mencipta seraya mendengar doa
insan saleh.
“Semua makhluk di
langit dan bumi senantiasa memohon kepada-Nya.
Tiap waktu Ia sibuk (mencipta serta memelihara makhluk-makhluk-Nya)” (ar-Rahman: 29).
Saat membaca
al-Qur’an, maka, bertabur kata Allah dalam Kitab Suci. Harap dimafhumi bahwa nama asli penguasa
langit dan bumi tiada lain Allah. “Aku
ini Allah. Tiada Tuhan kecuali Aku!” (Thaha: 14).
Allah sendiri
memaklumatkan bila nama-Nya adalah Allah.
Allah merupakan nama diri (proper
name) dari Zat Mahakuasa. Dalam
kaidah bahasa Arab, kata Allah berwujud ism
jamid. Kategori tersebut menjabarkan
kalau kata Allah bukan ism (kata
benda) yang diambil dari kata kerja.
Arkian, tidak boleh diubah dalam bentuk apa pun! Ini berbeda dengan kata rabbun (tuhan). Rabbun modelnya ism musytaq (kata benda yang dibentuk dari kata lain dengan arti
berbeda dari kata pembentuknya). Rabbun terambil dari kata kerja rabba, rabbi atau tarbiyatan.
Istilah Allah bagi
umat Islam teramat jelas posisinya.
Berbeda dengan Yahudi. Mereka tak
mengerti bagaimana mengucapkan fonem יהוה (YHVH) dalam Perjanjian Lama. Ini gara-gara tidak ada tradisi sanad
(rentetan jalur sumber) yang sampai kepada Nabi Musa. Akibatnya, Yahudi bingung bin bimbang membaca
YHWH (tetragrammaton alias empat
huruf nama tuhan). Bahkan, Yahudi
Ortodoks ogah melafalkannya. Mereka
terpaksa membacanya adonai (tuhan
atau tuan). Di kamus tersua bahwa adonai ialah a Hebrew name for God, usually translated in the Old Testament by the
word “Lord”.
Untuk mengibuli
umatnya serta penduduk planet biru ini, maka, YHWH diinformasikan sebagai
sebutan dalam bentuk orang ketiga tunggal.
YHWH dicelotehkan sebagai “Dialah yang ada, Dialah Dia”.
Pada esensinya,
empat konsonan itu sekedar ditebak pengucapannya. Kadang dibaca Yahweh, Yahuweh, Yehuwa, Yahavah, Yaheveh, Yahaveh atau apa saja
sesuai selera. Dengan demikian, Yahweh atau Yehovah sekedar nama jadi-jadian bagi tuhan mereka. Ini sungguh aneh. Sebab, nama tuhan mereka sendiri tak
diketahui secara pasti.
Di kalangan
Kristen, istilah Allah bukan nama diri sebagaimana konsep Islam. Kristen menganggap jika Allah merupakan
sebutan untuk “wujud yang disembah” (al-ilah). Hingga, tuhan boleh dipanggil Allah, Yahweh, God atau Lord. Mereka cuma paham bahwa nama tersebut merujuk
pada sesuatu yang disembah.
Terkutuk
sekawanan agen Thaghut (sesembahan
paling nista) berlabel Islam progresif berasas liberal yang berceloteh: “Tiada
tuhan selain Tuhan”.