Surga Menantimu
Oleh Abdul Haris Booegies
"Semua yang bernyawa pasti mati" (Ali Imran: 185).
Kematian tidak pandang bulu. Raja-budak, tajir-fakir, pintar-bodoh, tua-muda, pria-wanita, akan dikejar maut. "Di mana pun kau berada. Kematian akan mencapaimu, sekalipun bersembunyi di benteng tinggi serta kokoh (an-Nisa: 78).
Kala terdengar kematian, niscaya keluarga, sahabat maupun tetangga saling berdoa. "Sungguh, kita milik Allah, Kepada Allah kita kembali. Ya Allah, catatlah ia di sisiMu sebagai golongan insan yang baik".
"Semoga Allah menempatkan di tempat terbaik".
"Semoga ia ditempatkan di Surga. Amin".
"Semoga Allah meluaskan kuburnya seraya menerangi dengan berkah".
"Ya Allah, hindarkanlah ia dari azab kubur. Perkenankanlah ia kelak menghuni SurgaMu".
"Semoga husnul khatimah (akhir yang baik)".
"Saya bersaksi, ia merupakan orang baik. Semoga diberi tempat terbaik".
Dalam Hadis diinformasikan bahwa Anas bin Malik berkabar. Sekelompok orang mengusung jenazah. Mereka menyanjung dengan kemuliaan. Rasulullah bersabda; "wajabat".
Tiada berselang lama, lewat orang menandu jenazah. Mereka mencela dengan kejelekan. Maharasul Muhammad bersabda; "wajabat".
Umar bin Khathab bertanya. "Apa yang wajib, ya Rasulullah?"
Maharasul Muhammad menjawab. "Jenazah yang kalian puji dengan kebaikan, wajib baginya Surga. Orang yang kalian kecam dengan keburukan, wajib baginya Neraka. Kalian adalah saksi Allah di muka Bumi".
Dari banyak senandung wirid untuk mayat, ada yang paling bombastis. "Tetaplah kuat atas kepergiannya. Jangan bersedih karena ia sudah mendapat tempat terbaik". Tempat terbaik di penggalan doa ini pasti Surga. Bahkan, ada yang bermunajat; "Surga menantimu".
Doa berbunyi "Surga menantimu", rasanya terlalu berlebihan. Seolah yang mengucapkan sudah tahu 100 persen kalau mayat bersangkutan masuk Surga.
Di suatu hari, kota Medinah berduka. Seorang sahabat wafat. Usai pemakaman, tampil seorang kerabat. Ia tergolong paling alim di Medinah dalam menjalankan ibadah leluhurnya. Orang ini bukan Muslim.
Ia bertutur bahwa keluarganya yang kini dikuburkan telah berada di Surga. Maharasul Muhammad yang hadir di pemakaman, spontan kaget.
Rasulullah bertanya, dari mana tahu ia sekarang ada di Surga? Siapa yang memberi tahumu?
Dalam perkara gaib, tidak seorang pun dapat memperoleh data kecuali Rasulullah. Sekarang ada non-Muslim berceloteh jika orang mati ini ada di Surga. Dari mana sumber beritanya? Mustahil Jibril datang tanpa sepengetahuan Rasulullah. Maharasul Muhammad satu-satunya akses untuk memperoleh kabar dari langit.
Bila ada manusia di era ultramutakhir ini berceloteh bahwa "Surga menantimu", maka, patut dipertanyakan sumbernya. Bagaimana bisa ia tahu Surga sudah menantikan rekan atau familinya yang meninggal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar