Alumnus Kucing Garong
Oleh Abdul Haris Booegies
Mengapa harus menulis mengenai oknum yang mengaku alumnus Pesantren IMMIM? Jawabnya, demi ketenangan adik alumni di masa depan. Mari berpikir tentang masa 20 atau 30 tahun mendatang.
Selama menjadi warga IAPIM pada 1986-1994, tak terbayang di kepala jika kelak ada alumni palsu. Tidak tamat, namun, tak malu mengaku alumnus.
Tatkala mempublikasikan Kau Bukan Alumnus, ada yang mencak-mencak. Ia merasa memiliki ikatan emosional dengan IAPIM. Ia mengaku selama ini menghambakan diri ikut terlibat dalam kegiatan.
Bocah ini siapa? Tidak tamat! Keberadaannya tak diakui secara organisasi. Tidak punya legal standing untuk memiliki hak di IAPIM. Ini contoh menarik untuk memetakan alumni di masa depan.
Ada hikayat bahwa sertifikat izin masuk Shimon Peres ke Palestina hanya sebagai cleaning service. Apa yang terjadi setelah kekuatan Yahudi terkumpul masif. Mereka mengusir warga Palestina, penduduk asli.
Sebuah negara di perbatasan Eropa mengizinkan sebuah ras kuning masuk sebagai tukang sapu jalan. Apa jadinya kala mereka kuat. Ras tersebut menyapu bersih kekuatan ekonomi, politik serta militer penduduk asli.
"Jangan lebay, terlalu berlebihan. Ini cuma organisasi". Begitu mungkin nasehat teman. Pasti masih segar dalam ingatan drama tegang Partai Demokrat pada 2021. Partai ini nyaris berpindah tangan. Awalnya senyap, kemudian gaduh bertalu-talu.
Pencuri Ikan
Kalau sekarang alumni gadungan hanya jongos. Jangan kaget di masa depan mereka menjadikan alumni tulen sebagai babu. Inilah alasan pokok mengapa saya menulis Kau Bukan Alumnus.
Alumni asli terkadang senyum sinis menyaksikan ulah gerombolan gadungan. "Mereka betul-betul tak punya malu berbaur dalam acara alumni sejati". Bagi saya, tidak cukup berbisik-bisik bahwa mereka tak memiliki malu. Sebab, mereka memang tidak punya malu mengaku alumni pesantren. Saatnya mereka diusir agar alumni masa depan dapat bebas berkreasi secara tenang dan nyaman.
Bila gerombolan gadungan mendominasi organisasi, berarti alamat celaka. Bayangkan, tak tahu menjadi imam shalat, tetapi, mengaku alumnus pesantren. Hilang wibawa Pesantren IMMIM jika begini. Coba.
Heran, oknum begini bisa masuk ke Rumah Alumni. Tingkahnya mirip kucing garong pencuri ikan yang lompat ke rumah orang. Sangat memprihatinkan bahwa mereka tidak punya malu memasuki domain IAPIM.
Mereka memang tancap gas kalau disuruh dalam suatu kegiatan. Ini sesungguhnya kamuflase. Mereka rajin sebagai hasrat untuk diakui. Mereka menghendaki pengakuan bahwa ia juga alumnus. Di media sosial pun begitu, jago berkoar-koar.
Satu yang wajib disyukuri. Beruntunglah Pesantren IMMIM tak menamatkan makhluk minus malu seperti ini. Paham kau alumnus gadungan!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar