Tasawuf Ibn Arabi
dalam Star Wars
Oleh Abdul Haris Booegies
Pada 19 Mei 2005, publik mondial bakal
menemukan jawaban perihal Darth Vader.
Selama 27 tahun, figur kelam dalam film Star Wars itu menghantui pikiran jemaah global. Penduduk planet bumi berhasrat besar
mengetahui riwayat Darth Vader yang telah hadir sejak 25 Mei 1977. Kini, semua rasa penasaran sirna sesudah hari
ini George Walton Lucas Jr merilis Star Wars:
Episode III Revenge of the Sith.
Dalam film tersebut, terpampang bagaimana
Anakin Skywalker bertransformasi menjadi Datuk Kegelapan dalam sosok Dark Lord
of the Sith yang lebih populer sebagai Darth Vader. Lucas mendeskripsikan kekelaman Darth Vader
berasal dari planet mistik yang seluruhnya terbentuk dari letusan gunung api.
Darth Vader merupakan Panglima Perang
Kekaisaran Galaksi sekaligus kepercayaan Emperor Palpatine, tokoh antagonis
super tamak. Dalam episode A New Hope (1977), The Empire Strikes Back (1980) serta Return of the Jedi (1983), Darth Vader selalu dibalut jubah hitam
pekat. Topengnya mirip alien yang
menjadi musuh Arnold Schwarzenegger dalam film Predator. Jubah dan topeng
itulah sebenarnya yang membuat Anakin alias Darth Vader bisa hidup setelah
kalah dalam suatu duel maut. Tanpa kedua
wadah tersebut, niscaya Darth Vader akan mati.
Dalam trilogi prekuel The Phantom Menace (1999), Attack
of the Clones (2002) serta Revenge of
the Sith (2005), wujud Darth Vader tengah mencari bentuk. Tiga serial awal itu mengisahkan petualangan
Anakin sebelum berevolusi menjadi Darth Vader.
Anakin lahir di Kota Blade Runner yang
terletak di planet Tatooine. Anakin yang
biasa dipanggil Ani, hidup melarat bersama ibunya, Shmi. Bocah budak tersebut sangat cerdas dan
tangkas. Sebab, darahnya memiliki
kandungan midi-chlorians (kekuatan,
kepandaian, keuletan dan indera keenam) yang teramat besar. Qui-Gon Jinn, seorang Jedi Knight sangat
tertarik padanya. Apalagi, ramalan di
Coruscant (markas utama para Jedi), menunjuk pribadi Anakin bakal menjadi the One who brings balance to The Force.
Cinta
Bersemi
Nun jauh di pinggir alam semesta di suatu
masa, terjadi hikayat sarat intrik. Kala
itu, Padme Amidala yang berasal dari planet Naboo berupaya menyelamatkan
rakyatnya dari invasi Federasi Dagang (The
Trade Federation). Blokade
perdagangan terhadap planet Naboo dipimpin Viceroy. Sang Ratu lantas bergegas bertemu dengan
Senate di Coruscant (planet tempat pemerintahan Republik berpusat) guna menghindari
peperangan.
Dalam perjalanan menuju Coruscant, Jabba
the Hutt yang menguasai kota Mos Espa di planet Tatooine, menyandera Ratu
Amidala, Qui-Gon, Obi-Wan Kenobi serta Jar-Jar Binks. Mereka boleh bebas asal Anakin mampu
memenangkan balapan speeder. Anakin yang berusia sembilan tahun akhirnya
berhasil memamerkan kemahirannya dengan menjuarai adu balap Podrace yang penuh jebakan mematikan
tersebut.
Qui-Gon lalu berkeras di hadapan Jedi High Council (Dewan Tertinggi Jedi)
agar Anakin dilatih menjadi ksatria Jedi.
Apalagi, berkat Anakin, mereka bisa bebas dari Jabba the Hutt yang
anatominya seperti gentong dengan wajah mirip kodok.
Sepuluh tahun kemudian, Anakin tumbuh
menjadi pemuda gagah. Ia adalah Padawan Learner alias Jedi Apprentice yang dilatih Obi-Wan. Ketika terjadi huru-hara yang bisa
mencelakakan Queen Amidala, maka, Anakin membawanya ke Tatooine. Di sana, cinta sepasang sejoli itu
bersemi. Keduanya lantas menikah
diam-diam.
Sekali peristiwa, Anakin mengetahui sebuah
ramalan jika istrinya akan mangkat begitu melahirkan bayinya. Bayangan tersebut akhirnya mendorong Anakin
melakukan apa saja demi menghindari takdir maut itu.
Nyawa Amidala akhirnya sulit diselamatkan
saat melahirkan bayi kembarnya; Luke Skywalker dan Princess Leia Organa, di
planet Alderaan. Sejak itu, sifat buruk
Anakin mulai tampak. Calon Jedi yang
potensial dengan talenta mengagumkan tersebut, malahan terpikat menjadi
pemberontak. Ia bergabung dengan pihak
kerajaan sebagai seorang Sith
(ksatria kegelapan). Bahkan, Anakin
menjadi Darth, figur yang sangat ditakuti.
Cinta Ilahi
Syekh Muhyidin Ibn Arabi merupakan ash-shaikh al-akbar (Guru yang Agung)
dalam dunia tasawuf. Sosok dari suku
Hatim-Tai itu bernama lengkap Muhammad bin Ali bin Ahmad bin Abdullah al-Tha’i
al-Haitami. Ia lahir di Murcia,
Andalusia Tenggara di Spanyol, pada tahun 1165.
Ketika berusia delapan tahun, keluarganya
pindah ke Sevilla. Di kota tersebut, Ibn
Arabi belajar al-Qur’an, al-Hadis serta fiqh dari Ibn Hazm az-Zhahiri. Sebagai pemuda yang haus ilmu, ia lalu
berguru pula pada Abu Madyan al-Ghaus at-Talimsari dan Yasmin Musyaniyah.
Ibn Arabi pernah ke negeri-negeri Muslim
di Afrika Utara serta Semenanjung Arab.
Damaskus menjadi kota curahan hatinya di hari-hari akhir masa hidupnya.
Karya monumental Ibn Arabi yakni al-Futuhat al-Makkiyah yang ditulis pada
tarikh 1201. Buku itu merupakan
ensiklopedi tasawuf.
Ibn Arabi yang berasal dari keluarga
ilmuwan dan kaya-raya tersebut, kemudian berhaji ke Mekkah. Di Tanah Haram, ia terpesona dengan seorang
wanita muda. Ibn Arabi tergugah oleh
kecantikan serta kecerdasan perempuan asal Persia itu. Hingga, ia menulis Tarjuman al-Ashwaq. Kitab
tersebut adalah antologi puisi mengenai cinta Ilahi. Komposisi karya-karya Ibn Arabi bercorak
simbolis dengan makna yang agak samar.
Kaum Skolastik dan pemikir Eropa semacam
Dante Alighieri mengenal baik Ibn Arabi.
Figurnya dikenang sebagai Doktor Maximus. Ibn Arabi yang berjuluk al-Kibritul Ahmar (belerang merah), pernah berceloteh bahwa:
“al-abdu rabbun wa rabbu abdun” (hamba adalah Tuhan serta Tuhan adalah hamba).
Aneka syatahat
(kata-kata ganjil) sufi Andalusia itu membuat banyak orang Islam hidup dalam
kebingungan. Ia, umpamanya, menegaskan
bila golongan pertama yang masuk Surga sesudah wafat adalah masyarakat awam. Ibn Arabi malahan berseru: “Mahasuci Tuhan
yang telah menjadikan segenap hal. Tuhan
sendiri adalah hakikat segala sesuatu”.
Akibatnya, karya-karya Ibn Arabi banyak dibakar semasa hidupnya.
Paham Gawat
Darth Vader serta Ibn Arabi merupakan
sosok yang menggetarkan jantung. Di tiap
sisi jagat raya dalam wilayah science-fiction,
nama Darth Vader adalah jaminan teror.
Sementara di lima benua, dua kutub dan dua samudera, nama Ibn Arabi
bagai madu serta racun. Ia dipuja
penganut tasawuf sebagai santo di dunia mistik Islam. Sekalipun punya banyak pengagum, tetapi, Ibnu
Taimiyah mencelanya sebagai figur yang sungguh berbahaya. Pasalnya, menyamakan Tuhan dengan alam.
Anakin adalah sosok hero dengan potensi
tak terbatas dalam dirinya.
Kepahlawanannya tiba-tiba berubah haluan menjadi Sith, musuh Jedi. Kehadirannya di kerajaan gelap mengakibatkan
runtuhnya supremasi Republik. Bahkan, Clone Wars berakhir dalam kenistaan.
Sedangkan Ibn Arabi lewat ajaran-ajarannya
cuma melahirkan pertentangan. Apalagi,
renungan sentralnya berupa wahdat
al-wujud (kesatuan eksistensi), teramat gawat. Sebab, paham tersebut memaparkan kalau wujud
alam sama dengan wujud Tuhan.
Benang merah yang menghubungkan antara
Darth Vader dengan Ibn Arabi yakni kesesatan alur berpikir. Virus akal budi merasuk dalam kedua tokoh
fiksi dan fakta itu.
Darth Vader yang menjelajah di antara
planet-planet, akhirnya tamat riwayatnya sesudah disabet lightsaber (pedang laser) oleh Luke Skywalker, putranya
sendiri. Sementara Ibn Arabi mendapat perlawanan
gigih atas visi seronoknya.
Petunjuk
Hikmah
Al-Qur’an yang berisi ajaran moral secara
global, sering diutak-atik. Lantas
dicari celahnya guna menyusupkan pemikiran hasil olah-cipta manusia. Alhasil, lahir kerancuan serta kontradiksi. Husain Ibnu Manshur al-Hallaj, misalnya,
mengaku menyatu dengan Allah. Para
pengikut fanatiknya lalu membenarkan pernyataan vulgar tersebut. Padahal, perkataan al-Hallaj adalah batil
belaka.
Di Surga, Allah menciptakan Nabi Adam dari
tanah. Kemudian Allah meniupkan roh
kepada manusia pertama itu. Biarpun
memiliki roh Tuhan, namun, manusia bukan bagian dari wujud hakiki Allah. Manusia tetap hanya sebagai hamba atau makhluk (yang diciptakan).
Tiap insan punya sistem keilahian di
antara fondasi kemanusiaannya. Hal itu
pula yang membuat iblis cemburu.
Soalnya, Allah meniupkan rohNya kepada Nabi Adam.
Ibn Arabi bersama al-Hallaj dengan akal
bulusnya telah mengingkari persepsi tentang Tuhan. Zat Maha itu dianggapnya satu kesatuan dengan
alam dan manusia.
Cakrawala berpikir manusia yang terbatas
tidak bakal sanggup menelaah Kalam Ilahi.
Sebab, tinta pena manusia cuma setetes.
Sedangkan dawat ilmu Allah seluas lebih tujuh lautan nan biru.
Darth Vader melabrak galaksi atas dukungan
Kerajaan Gelap. Di pinggir semesta yang
kelam, berbaris shaf kebajikan hendak
menangkal laju kesewenang-wenangannya.
Pasalnya, pendekar Sith tersebut, leluasa memberangus kehidupan
demokrasi.
Ibn Arabi pun tiada henti diserang
gara-gara pemikirannya yang keliru.
Gagasan-gagasannya dinilai bid’ah.
Sebab, menyamakan wujud makhluk dengan Sang Khalik. Padahal, manusia
hanya abid (yang menyembah). Sementara Allah sebagai ma’bud (yang disembah).
Darth Vader serta Ibn Arabi sama-sama
menghujat nilai-nilai kemanusiaan.
Keduanya membentangkan jalan yang sukar dilewati kehidupan normal. Padahal, sejatinya manusia dituntun akal
budinya meraih aktivitas keseharian yang positif. Sedangkan Darth Vader bersama Ibn Arabi
menggiring kehidupan ke arah negatif.
Nilai-nilai sufistik Ibn Arabi yang
menyusup ke dalam sukma film Star Wars:
Episode III Revenge of the Sith yakni pemahaman sempit perihal
kebenaran. Sisi kebenaran cuma dilihat
dari sudut pandang kondisi suatu masa.
Pertimbangan terhadap konsep yang berorientasi sifat asasi manusia,
tidak diperhitungkan. Padahal, hak pokok
individu meliputi formula solusi, entitas fundamental, elemen spiritual,
instalasi energi, tabiat persoalan, unit metafisis, kekuatan mistik, terapi
global, mesin atomik dan pengetahuan komprehensif. Akibatnya, kebenaran yang diyakini justru
merusak ketenteraman publik di sekitarnya.
Struktur tersebut terjadi gara-gara gaung kebenaran versi pikirannya
yang dangkal.
Ihwal itulah yang membuat manusia mutlak
dituntun ke sirathal mustakim (arah
kebenaran alias Islam). Soalnya, tidak
ada petunjuk hikmah kecuali al-Quran.
“Ini jalanKu yang lurus. Ikutilah.
Jangan kamu mengikuti jalan-jalan yang lain. Sebab, jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu
dari arah Tuhan. Ihwal tersebut
diperintahkan Allah supaya kamu bertakwa” (al-An’am:
153).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar