Orang Terakhir IMMIM
Oleh Abdul Haris Booegies
Di ujung era 60-an sampai menyingsing tarikh 2000, saban Jumat orang menyaksikan bendera IMMIM berkibar di masjid-masjid di Sulawesi Selatan. Panji hijau itu melambai di angkasa di sisi bendera merah putih.
Kini, panji hijau tersebut tidak ditemukan lagi berkibar di masjid. Hilang di tengah kebisingan kompetisi serta globalisasi.
Secarik kain hijau itu sesungguhnya simbol perjuangan Haji Fadeli Luran. IMMIM bukan hadiah, namun, gerakan perjuangan dan spiritual. IMMIM lahir untuk membentengi masyarakat dari komunis. IMMIM lahir untuk menyucikan akidah yang terkotak-kotak sesuai kelompok.
Serupa dongeng Hollywood, IMMIM juga lahir dengan babad yang diawali "once upon a time".
Syahdan, pada 13 April 1964, Fadeli Luran berceramah subuh dengan tema persatuan umat Islam di Masjid Nurul Amin, Makassar. Ia tiba-tiba diimbau turun dari mimbar. Desas-desus berhembus bahwa perintah agar ceramah tak dilanjutkan berasal dari Dr Soebandrio, Kepala Badan Pusat Intelijen.
Fadeli Luran kemudian diangkut ke kantor polisi. Di sana, ternyata sudah terciduk A Rasjid Ali berikut Haji Lapangka, dua sahabatnya bersama 50 pesakitan.
Penangkapan terhadap mereka gara-gara tuduhan memberi sumbangan ke DI/TII. Padahal, sumbangan itu sebenarnya untuk Hikmah yang terletak di Barabaraya, Makassar.
Di suatu subuh yang dingin, Fadeli Luran memanggil Rasjid Ali. Ia menceritakan peristiwa yang dialaminya semalam.
"Saya bermimpi supaya seusai musibah ini, membuat organisasi Islam. Bunga tidur tersebut ibarat ilham. Dalam mimpi itu, saya sedang duduk tafakur. Sebuah teko emas nan indah mendadak keluar dari pundakku. Cerek tersebut seolah ada yang mengangkat. Airnya tumpah membasahi wajah. Terminum oleh saya. Terasa sejuk di kerongkongan".
Mimpi ini seolah hal sepele, sekedar entitas imajiner. Bahkan, tidak mengikat kendati berasal dari koloni fantasi yang menggedor mata ketika tidur. Siapa sangka, mimpi itu merupakan konstruksi abstrak sebuah organisasi besar. Ini memang mimpi, tetapi, memiliki daya dorong melebihi roket. Ini serupa Facebook yang konstruksi abstraknya persoalan remeh. Mark Zuckerberg kecewa dengan kekasihnya. Ia pun meledek sang pacar di komputer yang terhubung ke sejumlah sohibnya.
Sebelum Facebook, riwayat sukses paling sensasional ialah Prinsip Fisika Daya Apung. Alkisah, Archimedes ditugaskan memecahkan masalah Hieron, raja Syracuse.
Matematikawan Archimedes mesti memastikan tanpa merusak mahkota. Apakah emas atau ada campuran logam lain.
Kala mandi, Archimedes berteriak: "Eureka! Eureka!" (saya paham jawabannya). Ini berkat Archimedes menemukan hukum baru di dunia. Reka cipta gigantik tersebut hanya dipicu ikhwal sepele. Tatkala masuk ke bak, air tumpah sama dengan berat badan yang masuk ke kolam. Hukum Archimedes lahir di kamar mandi. Facebook lahir di kamar tidur. Enteng sekali konstruksi abstraknya, namun, mengguncang dunia.
Sesudah setahun terkurung di bui, Fadeli Luran pun bebas. Ia leluasa bertahan dalam penjara berkat andal menoleransi kondisi yang tidak harmonis. Apalagi, lidahnya fasih. Fadeli Luran seiring-sejalan dengan untaian kalimat dalam naskah Latoa. Dalam sebuah pasal, Arung Bila bersabda. Ada empat ciri orang baik. Bertutur benar, mengucapkan kata yang sewajarnya, menjawab dengan pilihan kata berwibawa dan melaksanakan ucapan demi mencapai tujuan.
Ramadan pada 1963 di kediaman Baso Amir, berkumpul 50 pengurus masjid serta musala se-Makassar. Dalam acara tersebut, Fadeli Luran menjelaskan adanya keragaman dalam penafsiran fikih (hukum Islam).
Fadeli Luran berhasrat menyatukan visi supaya umat tidak bingung dalam menjalankan ibadah. Ini laksana gerakan fundamentalis rasionalis untuk mengabsolutkan kesamaan visi akidah.
Gagasan Fadeli Luran tergolong radikal. Sebab, mencuatkan paradigma serta orientasi baru. Ia berkehendak mengubah kelompok menjadi umat.
Pada 1 Januari 1964, berdiri secara resmi organisasi nonpolitik yang dinamakan Ikatan Masjid Musala Indonesia (IMMI). Fadeli Luran yang punya strategi terukur pun dibaiat sebagai ketua.
IMMI akhirnya menjadi nama yang begitu harum di Sulawesi Selatan. Organisasi ini terbuka bagi siapa saja. Maklum, IMMI menjadi ruang silaturahmi, ruang opini serta ruang berkarya. Alhasil, diterima baik oleh pejabat lokal sekaligus masyarakat.
Membuka diri sebagaimana yang dijalankan IMMI, merupakan jimat umum untuk maju. Membuka diri sukses pula dipraktekkan oleh Deng Xiaoping. Pada Desember 1978, Deng membangkang dari ajaran komunis. Di sesi pleno ketiga dari Komisi Sentral ke-11 Partai Komunis Cina, Deng berkehendak agar Tiongkok membuka diri kepada dunia. Ekonomi Cina yang hari ini menggurita, tidak lepas dari proposal reformasi ekonomi maupun gerakan membuka diri versi Deng.
Pada 25-29 Juli 1967 dalam musker kedua, IMMI berubah menjadi IMMIM (Ikatan Masjid Musala Indonesia Muttahidah).
Pada Ahad, 1 Maret 1992, Fadeli Luran wafat. Kepergian kekuatan pusat IMMIM tersebut menandai tamatnya sebuah episode fenomenal.
Tiada yang tahu bahwa Fadeli Luran sesungguhnya orang pertama dan orang terakhir yang berdiri untuk IMMIM. Ia sanggup mengontrol seraya mendominasi IMMIM berkat jitu menggalang kemitraan strategis. Fadeli Luran adalah sosok besar yang datang dari debu. Saat bocah, ia cuma babu Belanda. Fadeli Luran lantas menjelma legenda. Seperti pesan film Chennai Express: "Jangan meremehkan kekuatan orang biasa".
Pascakematian Fadeli Luran, bendera IMMIM makin jarang berkibar di langit biru. Panji itu kehilangan aura. Terdegradasi dari langit karena kehabisan energi. Bahkan, kehabisan makna serta emosi. Warnanya pudar di tiang yang retak. Tonggak tersebut bagai lesu, memilih terkulai di tengah kebisingan pergumulan spiritual dan rasional. Padahal, bendera hijau itu merepresentasikan identitas IMMIM yang tidak berpihak.
Muncul tanya, adakah santri IMMIM yang dapat menegakkan kembali pancang guna mengibarkan panji IMMIM?