Alumnus Babi
Oleh Abdul Haris Booegies
Alkisah di pinggir sahara, terhampar oasis permai. Di bentala tersebut terbentang danau yang meliuk bagai bulan sabit. Di sekelilingnya tumbuh pohon palem nan hijau. Pepohonan kurma berderet laksana payung di tengah pasir gersang. Wahah bernama Firdaus ini dihuni lima ribu unta. Hewan ini dipimpin Paduka I'm the Law. Di gerbang berjaga seekor macan kumbang bernama Panthera.
Oasis Firdaus merupakan kota gurun. Masyarakatnya semua unta, kecuali Panthera. Sebelum terdaftar sebagai penduduk Firdaus, para warga wajib mengikuti pendidikan selama enam tahun di Qasr asy-Syams, distrik Kastel Surya.
Di suatu pagi kala kicau burung terdengar merdu, Princess Fatima bertanya kepada Paduka. Mengapa macan kumbang penjaga wahah berwarna hitam.
"Kalau berwarna-warni, itu bendera ikonis sisa-sisa umat Nabi Luth. Pasti bukan black panther yang gelap, pekat dengan aum menggetarkan", jawab Paduka seraya tersenyum.
Mendadak muncul Panthera.
"Paduka, komplotan babi agresif serta ekspansif itu datang lagi. Mereka bermaksud supaya eksistensinya diakui sebagai bagian Oasis Firdaus".
"Lancang betul!"
"Siapa mereka?", tanya Fatima.
"Mereka dulu unta di Qasr asy-Syams. Mereka dikutuk jadi babi akibat nakal, suka mengancam dan tak punya malu. Mereka doyan mengakui sesuatu yang bukan miliknya. Babi jadi-jadian tersebut lalu diusir dari Qasr asy-Syams".
"Barangkali mereka sudah sadar", terdengar suara lirih Fatima.
"Mana ada babi sadar. Apalagi ini babi ngepet. Sebelum menjelma babi pada 1982, mereka tergolong idiot. Sebagian mengalami retardasi mental", ketus Paduka.
"Bagaimana jika mereka bersyahadat ulang", tanya Fatima.
"Tidak ada di dunia ini babi Muslim. Babi tetap najis. Babi tetap tak punya malu untuk mengakui yang bukan haknya. Berkali-kali dimaklumatkan di empat penjuru angin, babi tidak memiliki legal standing di Oasis Firdaus. Mereka justru memaksakan hasrat untuk diakui. Babi-babi itu kecanduan membangkang lantaran urat malunya putus".
"Sucikan dulu mereka kemudian karantina di kandang", usul Fatima.
"Sebelum masuk Qasr asy-Syams pada 1980, mereka telah disunat. Walau sudah disucikan, mereka tetap kurang ajar karena tak punya malu", jawab Paduka.
"Mereka betul-betul tidak memiliki secuil malu gara-gara otaknya rusak", ujar Panthera.
"Bukan cuma otaknya rusak. Moralnya juga ringsek. Ini kombinasi asli penjahat bedebah", urai Paduka.
"Mereka pasti dipimpin oleh si congkak al-Khunsa. Babi ini mengalami demensia vaskular. Ia pelupa dengan keterampilan sosial yang buruk. Ada korsleting pada pembuluh darah di otak al-Khunsa. Tindakannya selalu ceroboh. Dulu ia memprovokasi para babi untuk berdemonstrasi agar jangan menjual kandang domba. Al-Khunsa tiap menit mengalami halusinasi. Mengira dirinya unta. Bahkan, menumbuhkan jenggot yang mirip bola tenis di dagunya. Memangnya jenggot bisa mengubah babi menjadi unta? Al-Khunsa sama bejatnya dengan si Kalbun Majnun. Wujud babi perangai anjing", beber Paduka I'm the Law.
"Kalbun Majnun ini tukang nyinyir. Suka bicara seenak udelnya. Jangan dikata di WA. Ia raja gonggong. Mengaku memiliki hubungan emosional dengan Oasis Firdaus. Mana ada babi bermental mafioso tengik punya simpul emosional dengan kaum unta", sambung Paduka dengan mimik murka.
"Paduka, kita harus bertindak tegas supaya babi-babi tersebut tak masuk ke domain unta. Izinkan saya mengusirnya dengan menggigit satu per satu".
"Jangan menggigitnya. Mereka najis mugallazah, najis level A serupa anjing. Haram menyentuhnya. Lempar saja dengan keping cadas", seru Fatima.
"Saya titahkan kepada Panthera! Usir babi-babi laknat yang berniat merongrong kedaulatan kita! Jangan biarkan mereka mengusik unta-unta masa depan yang kelak mewarisi Oasis Firdaus! Wahai rakyatku! Usir babi-babi pembawa mudarat itu! Usir najis tersebut dari wilayah kita!"
"Ganyang babi-babi itu agar mekar alternatif baru kehidupan di Oasis Firdaus. Tidak pantas ada kontak dengan peradaban babi. Kita beradab, mereka berandal. Kita terhormat, mereka ternoda", papar sang Paduka.
"Hapus segenap babi yang berpartisipasi di WA. Mereka hanya racun. Mereka virus yang menodai ukhuwah serta silaturrahim kita", pungkas Paduka.
Seluruh unta pun bergerak ke gerbang. Mereka menabuh genderang perang. Mendengar suara gaduh yang berirama, kawanan babi ngepet terkesiap. Mereka terperanjat.
Al-Qushwa, unta berbulu merah yang menjadi panglima di Oasis Firdaus lantas melempar Kalbun Majnun, si babi cerewet. Lontaran al-Qushwa mengenai biji pelir Kalbun Majnun. Babi keparat tersebut terjengkang, menjerit-jerit dan terguling-guling.
"Panglima, lemparan itu membuatnya disunat lagi", seru Panthera dengan tawa tertahan.
Melihat kompatriotnya terkena lemparan, al-Khunsa tersedak. Wajahnya pucat. Ia mencium gelagat bahaya. Al-Khunsa sekonyong-konyong memekik persis makhluk kesetanan.
"Bubar semua! Kabur...! Kabur...!"
Gerombolan babi berlarian meninggalkan Kalbun Majnun yang mengerang. Ia meraung-raung bak deru bayu menerjang rimba. Babi-babi menyelamatkan diri. Ogah disunat untuk kedua kalinya seperti Kalbun Majnun. Babi siluman tersebut tertatih-tatih berdiri sambil memegang zakarnya yang putus.
Dalam sekejap, kumpulan babi durhaka itu sirna dari pandangan. Mereka berlari kencang mengarungi padang tandus, yang tersisa tinggal debu beterbangan, yang tersisa tinggal tetes-tetes darah Kalbun Majnun.
Nama terbagus dari nama2 tersebut adalah: Ahmad Afifi.
BalasHapus