27. an-Naml
(Semut)
Dengan Nama Allah, Pemilik Kasih Sayang yang Mahapemurah
Ayat 1 Surah an-Naml
Thaa
Siin. Ini untaian ayat al-Qur’an. Memuat penjelasan nan terang perihal persoalan
hidup manusia.
[An-Naml tergolong surah at-Thawasin, yaitu
surah yang diawali Tha Sin.
Surah ini dianggap pengganti Zabur.
An-Naml disebut kitab nan
terang. Sebab, al-Qur’an jelas faktanya. Ini terkait penggalian artefak kuno. Misalnya, puing-puing Kota al-Hijr bisa
disaksikan hari ini]
Ayat 2 Surah an-Naml
Surah ini petunjuk sekaligus berita
gembira untuk insan saleh.
Ayat 3 Surah an-Naml
Insan saleh yaitu orang yang mengerjakan
shalat serta memberi zakat. Mereka yakin
pula ada Akhirat.
Ayat 4 Surah an-Naml
Manusia yang tiada percaya Akhirat. Kami perindah perbuatan buruknya dalam angan-angan. Hingga, bergelimang kesesatan.
Ayat 5 Surah an-Naml
Siksa buruk bagi mereka di dunia. Di Akhirat mereka sangat rugi.
Ayat 6 Surah an-Naml
Engkau wahai Maharasul Muhammad, menerima
al-Qur’an dari Allah yang Mahabijaksana serta Mahatahu.
Ayat 7 Surah an-Naml
Renungkan tatkala Nabi Musa bersabda
kepada istrinya: “Saya melihat api. Tinggallah di sini. Nanti saya akan bawa kabar dari pemilik api
untuk menunjukkan arah mana yang hendak dituju.
Saya juga bakal meminta secercah api supaya kamu bisa menghangatkan
tubuh”.
[Ayat ini menandaskan kalau Nabi Musa tersesat saat berjalan
dari Madyan ke Mesir. Ketika melihat
cahaya yang berasal dari api, semangat Nabi Musa melonjak. Ini bisa ditelusuri dari penggunaan kata “anastu”
yang berarti melihat sesuatu yang menggembirakan. Nabi Musa tidak memakai kata “nazhartu” atau
“ra’aitu” yang sama-sama bermakna melihat.
Nabi Musa meminta
istrinya agar menunggu. Ia akan bertanya
kepada pemilik api mengenai arah tepat menuju tujuan. Ia juga berniat meminta sesuluh api untuk
istri dan keluarganya yang diterpa angin malam.
Ayat ini juga
menjelaskan kalau perjalanan Nabi Musa terjadi di musim dingin]
Ayat 8 Surah an-Naml
Saat tiba di Lembah Thuwa, tempat api menyala. Terdengar suara berseru. “Berkah berlimpah bagi Nabi Musa yang berada
di dekat api ini. Diberkahi pula para
malaikat yang berada di sekeliling api ini.
Mahasuci Allah, Tuhan semesta alam”.
[Ayat ini menunjukkan pelantikan Musa sebagai nabi. Tugasnya mengingatkan Fir’aun tentang
kedurhakaannya. Jika Fir’aun bertobat,
berarti umat Yahudi merdeka di Mesir.
Kalau Fir’aun tetap mengingkari risalah yang disampaikan Nabi Musa,
maka, keturunan Israil harus dikeluarkan dari Mesir]
Ayat 9 Surah an-Naml
“Hai Musa! Saya ini Allah yang Mahaperkasa Mahabijaksana”.
Ayat 10 Surah an-Naml
“Lemparkan tongkatmu!” Ketika melihat tongkat tersebut menjelma naga
yang bergerak gesit. Nabi Musa berbalik
lari tanpa menoleh.
“Hai Musa!
Jangan takut! Sebab, Rasul yang
menghadapKu menerima wahyu tidak patut gentar”.
[“Tidak patut gentar” maksudnya para nabi tak boleh takut
terhadap peristiwa-peristiwa ajaib yang diperlihatkan Allah. Contohnya, tongkat yang berubah naga]
Ayat 11 Surah an-Naml
“Orang yang zalim lalu berperilaku
terpuji. Ia dimaafkan karena Aku Mahapengampun. Aku Mahapenyayang”.
Ayat 12 Surah an-Naml
“Sentuh ketiakmu. Tanganmu niscaya bersinar, bukan karena cacat. Aku mengutusmu dengan membawa sembilan
mujizat untuk dipertontonkan di hadapan Fir’aun serta kaumnya dari bangsa
Qibtiah. Mereka fasik”.
[Nabi Musa diberi sembilan mujizat untuk mengantisipasi ancaman
Fir’aun. Sembilan mujizat Nabi Musa yang
disepakaiti ulama yakni tongkat yang menjelma naga, tangan yang memancarkan
sinar, wabah belalang, wabah katak, wabah serangga yang menyerang tanaman, air
minum berubah darah, musim kemarau panjang, mendatangkan badai dan membelah laut.
Tangan yang bercahaya
merupakan penerang jalan bagi Nabi Musa]
Ayat 13 Surah an-Naml
Saat mujizat-mujizat Kami disaksikan Fir’aun
dan antek-anteknya. Mereka berceloteh;
“ini sihir belaka!”
[Fir’aun bersama puak Qibtiah menuduh mujizat Nabi Musa hanya aksi
tipu mata]
Ayat 14 Surah an-Naml
Mereka mengingkari karena kezaliman dan
keangkuhannya. Padahal, hati mereka
meyakini kebenarannya. Perhatikan akhir
riwayat para pembangkang.
Ayat 15 Surah an-Naml
Kami anugerahkan ilmu kepada Nabi Daud
bersama Nabi Sulaiman. Keduanya mengucap
syukur: “Segala puji bagi Allah. Ia mengutamakan kami dari mayoritas hambaNya
yang beriman”.
Ayat 16 Surah an-Naml
Nabi Sulaiman pewaris Nabi Daud. Ia bersabda:
“Hai manusia! Diajarkan kepada
saya bahasa burung. Saya diberi segala
sesuatu. Ini semua karunia sejati”.
[Nabi Sulaiman meneruskan risalah kenabian serta tampuk
pemerintahan dari Nabi Daud, ayahnya]
Ayat 17 Surah an-Naml
Para pasukan Raja Sulaiman. Terdiri dari jin, manusia maupun burung. Semua teratur tertib.
[Kata yuuzaun berasal dari al-waz’u dengan makna mencegah atau menahan. Dalam perang, pengatur barisan dinamakan al-wazi’]
Ayat 18 Surah an-Naml
Kala tiba di Lembah Ashqelon, dekat Gaza. Berseru Ratu Semut: “Hai para semut! Berlindunglah di sarangmu agar tidak tergilas
oleh Nabi Sulaiman bersama serdadunya.
Sebab, mereka tidak menyadari kehadiranmu”.
[Ketika sedang berada di luar sarang, ada informasi bahwa
pasukan Raja Sulaiman akan melintas.
Ratu semut kemudian bertindak.
Memerintahkan rakyat semut bergegas masuk sarang.
Dr Syauqi Abu Khalil berteori
kalau koloni semut itu berada di Ashqelon, terletak di antara Ashdad dengan
Gaza.
Di ayat ini,
al-Qur’an menggunakan kata qalat, yang berarti sang penutur berkelamin
betina. Di koloni semut, pemimpin
tertinggi berkelamin betina.
Kalau al-Qur’an
buatan manusia, bagaimana mungkin ia tahu jenis kelamin peminpin semut. Di Mekah yang gersang pada tahun 600-an,
belum ada mikroskop]
Ayat 19 Surah an-Naml
Nabi Sulaiman tersenyum. Lantas tertawa mendengar titah semut. Ia berdoa:
“Ya Tuhanku, beri daku keteguhan supaya tetap bersyukur atas nikmat yang
Engkau anugerahkan kepadaku serta kepada orangtuaku. Teguhkan saya mengerjakan perbuatan bajik
yang Engkau suka. Masukkan saya dengan kasih-sayangMu
ke dalam golongan hamba saleh”.
[auzi’nii artinya ilhami diriku]
Ayat 20 Surah an-Naml
Nabi Sulaiman menginspeksi gugusan burung. Ia bersabda:
“Tiada terlihat hudhud. Apakah ia
memang tidak hadir”.
[Hudhud mangkir. pergi tanpa izin. Di sini terlihat kejelian Raja Sulaiman. Ia tahu anggota pasukannya tidak lengkap. Padahal, hudhud tidak sebesar gajah.
Panjang tubuh hudhud
cuma 25-29 centimeter. Lebar sayap 44-48
centimeter. Ketika terancam, hudhud
menyemprotkan kotorannya ke mata musuh.
Hudhud membalik tubuhnya seraya mengarahkan pantatnya ke musuh. Jika gagal, ia mengeluarkan bau busuk sebagai
pertahanan diri. Bau ini berfungsi pula
sebagai penolak parasit.
Burung ini punya
mahkota alias jambul. Dalam literatur
internasional, hudhud disebut noble hoopoe atau eurasian
hoopoe (Upupa epops). Penamaan hoopoe disesuaikan dengan kicaunya yang melengking. Terdengar seperti “hud...hud…”
Terdapat tujuh spesies
hudhud di dunia. Menyebar di Eropa, Asia
serta Afrika Utara. Pada 2008, Israel
menetapkan hudhud sebagai burung nasional]
Ayat 21 Surah an-Naml
“Saya pasti menghukumnya. Disiksa pedih atau disembelih, kecuali punya
alibi kuat”.
[Hudhud dicari. Suasana
tentu gaduh. Sesama burung hilir-mudik
terbang dengan suara panggilan kepada hudhud.
Orang-orang ikut menelisik tiap jengkal tanah. Sebab, Raja Sulaiman mengeluarkan ancaman
serius. Hudhud akan dihukum berupa
dikerangkeng dalam sangkar atau bulu-bulunya dicabut]
Ayat 22 Surah an-Naml
Berselang beberapa waktu. Hudhud datang. “Saya paham sesuatu yang Sri Paduka tidak tahu. Saya kabarkan kepada baginda informasi
krusial dari Saba”.
[Saba beribukota Ma’rib]
Ayat 23 Surah an-Naml
“Saya menemukan seorang ratu bernama
Bulqis binti Syurahil. Ia sarat
kesenangan duniawi. Singgasananya megah”.
[Bekas Kerajaan Saba kini terletak di Yaman. Saba di era Nabi Sulaiman merupakan negeri
makmur. Ekonomi berkembang pesat. Saba juga kuat secara militer. Mereka punya dewan pertimbangan agung yang
menandakan politik berjalan stabil.
Kaum Muslim percaya
bila Saba diperintah oleh Ratu Bulqis.
Sedangkan golongan yang tidak disunat menyebutnya Ratu Sheba. Besar kemungkinan nama Sheba diambil dari Saba.
Berita hudhud
menukilkan jika Bulqis punya singgasana besar, indah atau hebat. Singgasana ini pasti istimewa dibandingkan
milik raja-raja yang sepadan dengan Bulqis]
Ayat 24 Surah an-Naml
“Saya melihat sang ratu bersama rakyatnya
menyembah matahari, bukan Allah. Setan
mengelabuinya. Membuatnya memandang indah
perbuatan buruk. Menghalanginya dari
agama Allah. Akibatnya, tiada petunjuk
mereka peroleh”.
Ayat 25 Surah an-Naml
Setan merintangi mereka agar tidak
menyembah Allah yang mengeluarkan benda terpendam di langit dan di bumi. Tuhan tahu apa yang kamu rahasiakan atau
utarakan.
[Mufassir kuno berkomentar bahwa benda terpendam di langit ialah
hujan dan angin. Bagi saya, ini bukan
benda terpendam. Benda terpendam adalah
materi yang ada di planet atau bintang.
Materi-materi itu merupakan kebutuhan manusia dalam menjelajah angkasa. Sedangkan benda terpendam di bumi ialah emas,
permata dan minyak]
Ayat 26 Surah an-Naml
Allah, tiada Tuhan yang patut disembah
selain Ia. Pemilik Arasy, tahta tiada
tara.
[Orang yang dalam keadaan suci alias sudah berwudhu dianjurkan
sujud tilawah ketika membaca atau mendengar al-Arsy al-Azhim di akhir ayat
ini]
Ayat 27 Surah an-Naml
Nabi Sulaiman bersabda: “Ingin dibuktikan. Apakah beritamu benar atau kamu pembohong”.
Ayat 28 Surah an-Naml
“Antar surat ini. Jatuhkan kepada sang maharani. Kemudian bersembunyilah. Perhatikan reaksi kalangan istana”.
Ayat 29 Surah an-Naml
Ratu Bulqis bertutur: “Hai segenap petinggi kerajaan. Telah kuterima selempar surat agung”.
Ayat 30 Surah an-Naml
“Berasal dari Raja Sulaiman. Tertera di pesannya: Dengan nama Allah,
Pemilik Kasih Sayang yang Mahapemurah”.
Ayat 31 Surah an-Naml
“Jangan kalian meremehkan seruanku ini. Datanglah kepadaku sebagai orang yang beriman
kepada Allah”.
Ayat 32 Surah an-Naml
Ratu Bulqis bertutur: “Hai segenap petinggi kerajaan. Beri saya pertimbangan dalam masalah ini. Tiada pernah saya memutuskan perkara sebelum meminta
kebijakanmu dalam musyawarah”.
Ayat 33 Surah an-Naml
Mereka menyahut: “Kita memiliki kekuatan
serta keberanian dari segi tempur. Keputusan
berada di tanganmu. Terserah titah yang hendak
Sri Ratu perintahkan”.
Ayat 34 Surah an-Naml
Ratu Bulqis berujar: “Jika raja menginvasi suatu negeri. Ia pasti meluluhlantakkannya. Penduduk terhormat dijadikan hina. Begitu yang bakal mereka timpakan”.
[Azillatan artimya menumpahkan darah sekaligus menawan
banyak penduduk. “Dijadikan hina”
maksudnya dibunuh atau diusir]
Ayat 35 Surah an-Naml
“Saya akan mengirim duta dengan membawa
hadiah. Kita tunggu bagaimana hasilnya”.
[Ini ide gemilang.
Pejabat tinggi kerajaan langsung setuju.
Ratu Bulqis dengan armada perang kuat tidak langsung terprovokasi untuk
melakukan inisiatif serangan. Ia hendak
berdiplomasi sebelum menyerang.
Ada yang menduga
bahwa hadiah dikirim Ratu Bulqis untuk menguji.
Jika menerima, berarti benar Sulaiman adalah raja. Bila menolak, maka, ia nabi.
Di sini ada persoalan
genting. Negeri Saba diserang atau
penduduknya rela beriman. Ratu Bulqis
mengirim hadiah untuk menyelamatkan negaranya.
Bukan menguji Nabi Sulaiman di tengah kekhawatiran perang. Intelijen Saba tahu siapa itu Raja Sulaiman
yang bersemayam di negara super
power. Intelijen Saba tangguh mengorek informasi berkat
ditopang kekuatan militer]
Ayat 36 Surah an-Naml
Syahdan, diplomat Saba sampai di Yerusalem. Nabi Sulaiman bersabda: “Apakah kalian menyogokku dengan hadiah agar
saya membiarkanmu menyembah matahari! Anugerah
Allah kepadaku lebih baik dibandingkan yang diberikan untukmu. Jangan bangga dengan hadiah yang kau sodorkan
ini”.
[Kita bisa membayangkan, Nabi Sulaiman tersenyum kecut melihat
ragam hadiah yang dikirim Ratu Bulqis.
Ia disogok agar penduduk Saba tetap leluasa menyembah matahari. Raja Sulaiman pun mengancam. Segera mengerahkan pasukan yang terdiri dari
manusia, jin dan hewan jika Saba tetap menyembah matahari.
Sebagai raja, tidak
diragukan Nabi Sulaiman memiliki berlimpah materi. Walau punya harta, tetapi, pemberian terbesar
Allah bagi Nabi Sulaiman ialah kenabian, polyglot alias multilingual (paham aneka bahasa), memerintah angin
sekaligus andal berkolaborasi dengan makhluk halus. Karunia inilah yang dimaksud Nabi Sulaiman di
hadapan para diplomat Saba. “Anugerah
Allah kepadaku lebih baik dibandingkan yang diberikan untukmu”]
Ayat 37 Surah an-Naml
“Kembalilah! Kalau tetap tak beriman kepada Allah, saya bakal
menyerang dengan balatentara yang tak sanggup dilawan. Pasti diusir dari Saba secara terhina. Menjadi tawanan nista”.
Ayat 38 Surah an-Naml
Tatkala Raja Sulaiman tahu Ratu Bulqis
menuju ke Palestina. Ia bersabda: “Hai para pejabat tinggi. Siapa di antara kalian yang mampu membawa
kiani Ratu Bulqis. Sebelum ia datang
kepadaku sebagai manusia beriman”.
Ayat 39 Surah an-Naml
Ifrit dari umat jin berkata: “Saya andal mempersembahkan
singgasana itu kepada Sri Baginda sebelum beranjak meninggalkan sidang ini. Saya benar-benar bertenaga. Terpercaya untuk tugas ini”.
[Kata-kata Ifrit terdengar bombastis. Padahal, ada orang yang lebih hebat ilmunya
ketimbang Ifrit]
Ayat 40 Surah an-Naml
Seorang yang berilmu Kitab Allah berkata: “Saya
mampu membawa takhta itu dalam sekejap mata”. Ketika Nabi Sulaiman melihat kiani tersebut di
hadapannya, ia bersabda: “Ini karunia Allah untuk mengujiku. Apakah saya bersyukur atau ingkar terhadap nikmat
yang dilimpahkan. Siapa berterima kasih
kepada Allah, berarti pahala bagi dirinya.
Siapa ingkar atas anugerah Allah, maka, Tuhanku Mahakaya. Tiada butuh sesuatu. Ia Mahamulia”.
[Al-Qur’an menggunakan istilah “sebelum matamu berkedip”. Ini merupakan kiasan tentang kecepatan. Dalam sekejap mata singgasana berpindah dari
Saba ke Palestina.
Mayoritas mufassir
meyakini kitab yang dimaksud adalah Taurat serta Zabur. Ini jelas hanya dugaan para mufassir. Apakah Kitab Allah hanya Taurat dan Zabur. Tidak adakah firman Allah yang berdiri
sendiri semacam Hadis Qudsi. Dugaan lain
sejumlah mufassir ialah nama ulama Israil yang memindahkan singgasana Ratu
Bulqis. Mereka menamakannya Ashif bin
Barkhaya]
Ayat 41 Surah an-Naml
Nabi Sulaiman menyampaikan usul. “Modifikasi sebagian model kianinya. Ingin diketahui kecerdasan Ratu Bulqis. Ia kenal atau tidak singgasananya”.
Ayat 42 Surah an-Naml
Ratu Bulqis tiba. “Serupa inikah kianimu?” Ia menyahut:
“Ini seolah takhtaku. Kami tahu mujizat
Nabi Sulaiman sebelum ini. Kami menyadarinya
sekarang seraya percaya kepada Allah”.
[“Serupa inikah singgasanamu?” merupakan pertanyaan yang
dilontarkan oleh seorang pejabat tinggi di Kerajaan Nabi Sulaiman.
Ayat ini juga menegaskan
kalau Ratu Bulqis sudah mendengar desas-desus kehebatan Nabi Sulaiman. Kini, mujizat itu terpampang di hadapannya
berupa kianinya yang terkirim secepat kilat.
Ibnu Katsir bersama
asy-Syaukani berpendapat bahwa kalimat setelah “ini seolah tahtaku” adalah
sabda Nabi Sulaiman. Ia takjub dengan
kecerdasan Ratu Bulqis yang mengetahui singgsananya. “Sebelum ini saya diberitahu tentang
pengetahuan Ratu Bulqis lewat Allah. Ia akan
menemuiku untuk menyatakan keislamannya]
Ayat 43 Surah an-Naml
Apa yang disembah Sri Ratu selama ini. Mencegahnya menemukan Islam, agama Allah. Dulu ia kafir, bukan hamba Allah.
Ayat 44 Surah an-Naml
Dikatakan kepada Ratu Bulqis: “Silakan masuk ke puri”. Saat tampak lantai istana, ia mengira kolam. Sri Ratu menyinsingkan busana agar tidak
basah. Kedua betisnya pun tersingkap. Nabi Sulaiman menerangkan. “Ini bukan air. Lantai ini berlapis kristal”. Ratu Bulqis berujar. ”Ya Tuhanku, saya telah menganiaya
diri. Kini saya tegaskan untuk memeluk Islam. Saya bersama Nabi Sulaiman berserah diri kepada
Allah, Tuhan jagat raya”.
[Kafir berarti menganiaya diri atau zalim terhadap diri. Hak jiwa-raga yakni mengabdi hanya kepada
Allah. Mengingkari kodrat dengan cara
mengabdi matahari sama artinya menganiaya diri.
Kisah Nabi Sulaiman
dengan Ratu Bulqis teramat popular di kalangan Muslim. Mereka percaya keduanya menikah. Padahal, tidak ada informasi akurat dalam Islam
yang menerangkan keduanya kawin. Cerita
pernikahan bersumber dari non-Islam yang sarat dusta!]
Ayat 45 Surah an-Naml
Kami utus kepada penduduk Kota al-Hijr,
saudara mereka bernama Shalih. Ia
berseru: “Sembah Allah!” Warga Samud spontan terpisah dalam dua kubu
yang berseberangan.
[Suku Samud atau Ashab al-Hijr berdomisili
di Kota al-Hijr. Reruntuhan al-Hijr di
kawasan al-Ahqaf yang sekarang disaksikan disebut Madain Shalih atau Kota Nabi
Shalih. Al-Hijr terletak di tenggara
Madyan, sebelah timur Teluk Aqabah atau berada di antara Hijaz dengan Syam. Al-Hijr merupakan kota termashur di antara
beberapa kota kreasi Samud.
Di al-Hijr dakwah
Nabi Shalih bermula. Risalahnya
menimbulkan dua kelompok; Islam dan kafir.
Dalam imajinasi kita, terbayang dua kubu ini saling mengklaim diri
paling benar. Mereka bertengkar sengit
dengan beragam dalih.
Khayal kita tertuju
ke ayat 24 yang disuarakan hudhud:
“Setan mengelabuinya (dengan kekafiran).
Membuatnya memandang indah perbuatan buruk. Menghalanginya dari agama Allah”. Kemudian ayat 44 yang mengabadikan tutur kata
Ratu Bulqis: “Ya Tuhanku, saya telah menganiaya diri (dengan kekafiran)”]
Ayat 46 Surah an-Naml
Nabi Shalih bersabda: “Hai kaumku!
Mengapa kalian menginginkan kekafiran yang mendatangkan keburukan. Tidak menghendaki iman yang membawa kebaikan?
Mohon ampunlah kepada Allah agar memperoleh
kasih-sayang”.
Ayat 47 Surah an-Naml
Mereka menyahut: “Kami sial gara-gara kamu
dan pengikutmu!” Nabi Shalih bersabda: “Nasib baik atau buruk berada di sisi Allah, bukan
saya! Kalian ini sedang diuji!”
[Warga Samud diuji dengan kebaikan berupa iman kepada Allah
serta keburukan berupa ingkar terhadap Allah.
Itthayyarna artinya nasib malang. Kata ini
berasal dari tathayyarna yang
bermakna terbang. Bangsa Arab punya tradisi melepas seekor burung ketika hendak
bepergian atau melakukan suatu tugas.
Bila terbang ke arah kanan, pertanda baik. Jika terbang ke arah kiri berarti alamat
buruk. Mereka pun mengurungkan niat]
Ayat 48 Surah an-Naml
Di Kota al-Hijr bercokol sembilan preman. Mereka pelakon maksiat yang bergentayangan di
tengah warga Samud. Tiada kebaikan
mereka perbuat.
Ayat 49 Surah an-Naml
Seorang di antara mereka berkata: “Bersumpahlah dengan nama Allah. Kita bakal membunuh Nabi Shalih bersama pengikutnya
secara mendadak di malam hari. Kemudian
kabarkan kepada kerabatnya bahwa kita tidak terlibat dalam kasus pembunuhan
tersebut. Kami bukan pelaku! Kami berkata jujur!”
Ayat 50 Surah an-Naml
Mereka menyusun rencana jahat secara
jeli. Kami merancang pula pembalasan
paling buruk tanpa disadarinya.
[Makran artinya tipu daya. Dalam konteks ayat ini bermakna pembunuhan
berencana di malam hari]
Ayat 51 Surah an-Naml
Perhatikan apa jadinya konspirasi mereka. Kami membinasakan preman itu bersama warga Samud
di Kota al-Hijr.
Ayat 52 Surah an-Naml
Rumah-rumah mereka akhirnya roboh akibat
kezalimannya. Sungguh, peristiwa itu
mengandung hikmah bagi orang mau memetik pelajaran.
Ayat 53 Surah an-Naml
Kami selamatkan insan saleh pengikut Nabi
Shalih. Mereka senantiasa bertakwa.
[Umat Nabi Shalih menuju Ramalah, Palestina. Sebab, daerah subur itu yang paling dekat
dengan Kota al-Hijr yang telah porak-poranda]
Ayat 54 Surah an-Naml
Kenang kisah Nabi Luth. Ia berkata kepada kaumnya: “Mengapa kamu mempraktekkan homoseks. Padahal, kamu paham itu kelakuan nista”.
[Fahisyah artinya kelainan orientasi seksual,
termasuk homoseks. Masyarakat bermoral
pasti menentang homoseks. Sebab,
perilaku bobrok itu sangat memalukan sekaligus menjijikkan]
Ayat 55 Surah an-Naml
“Kalian melampiaskan nafsu seks bukan kepada
wanita. Kalian ini kumpulan manusia dungu
yang tidak tahu efek homoseks”.
Ayat 56 Surah an-Naml
Penduduk Sodom bersama Amurah melakukan
perlawanan: “Usir Nabi Luth bersama
keluarganya dari kota ini! Ia sok suci!”
[Mereka melecehkan Nabi Luth dengan celaan “sok suci”. Sebab, Nabi Luth tak mau melakukan praktek
homoseks]
Ayat 57 Surah an-Naml
Kami selamatkan Nabi Luth bersama
keluarganya, kecuali isterinya. Kami
takdirkan ia tetap tinggal untuk ditimpa siksa.
[Nabi Luth bersama dua putrinya selamat berkat mengungsi ke desa
Shughar (Zoar). Si istri yang merupakan
kaki-tangan gerombolan homoseks lebih senang berada di kota bersama para
pedosa]
Ayat 58 Surah an-Naml
Kami curahkan hujan belerang. Sangat buruk hujan belerang yang ditimpakan bagi
manusia yang diberi peringatan, tetapi, tidak mengindahkan.
Ayat 59 Surah an-Naml
Katakan wahai Maharasul Muhammad: “Segala puji bagi Allah. Sejahtera sentosa atas hamba yang dipilih sebagai
Nabi oleh Allah. Mana yang lebih baik,
Allah atau berhala-berhala yang disembah komplotan kafir”.
Ayat 60 Surah an-Naml
Siapa yang menciptakan langit dan bumi? Menurunkan bagimu hujan dari langit. Kami menumbuhkan kebun-kebun dengan panorama elok
berkat hujan. Sementara kalian mustahil
menumbuhkan pohon. Mungkinkah di samping
Allah ada tuhan lain? Tidak ada! Kaum musyrik itu tiada lain manusia yang
menyimpang dari kebenaran.
[Al-hadiqah artinya kebun berpagar]
Ayat 61 Surah an-Naml
Siapa menjadikan bumi sebagai tempat berdomisili? Menempatkan sungai-sungai di celah-celah
bumi. Memancangkan gunung-gunung demi
mengokohkan bumi. Menaruh sekat di antara
dua jenis laut; asin dengan tawar. Apakah
di samping Allah ada sesembahan lain? Tidak
ada! Mayoritas komplotan musyrik tidak
tahu.
[Qararan artinya tenang, tidak bergetar. Gunung dipancangkan agar bumi tidak oleng]
Ayat 62 Surah an-Naml
Siapa yang mengabulkan doa orang kesulitan. Bila ia berdoa kepada Allah agar deritanya
sirna. Siapa menjadikan kamu pengganti
umat terdahulu guna mendiami sekaligus menata bumi? Mungkinkah di samping Allah ada tuhan lain? Begitu minim kalian mengingat Allah atas
nikmat-nikmat ini.
[Pengganti umat terdahulu maksudnya kaum Muslim adalah penggati
umat nabi-nabi terdahulu dalam menata bumi.
Mengingat Allah artinya melakukan shalat. Ini sering disalahpahami. Sebagian beranggapan bahwa mengingat Allah
maksudnya sekedar mengingat di mana saja dan kapan pun, tanpa perlu
shalat. Mengingat Allah harus dituntaskan
lewat shalat]
Ayat 63 Surah an-Naml
Siapa memandumu dalam kegelapan di dataran
maupun di lautan? Siapa mendatangkan
angin sebagai kabar gembira sebelum hujan? Apakah selain Allah masih ada sesembahan? Mahatinggi Allah dibandingkan berhala yang
mereka sembah.
Ayat 64 Surah an-Naml
Siapa yang memulai penciptaan segala makhluk? Kemudian mengulanginya dengan mematikan dan
menghidupkan. Siapa memberimu rezeki
dari langit serta bumi? Mungkinkah disamping
Allah ada tuhan lain? Katakan wahai
Maharasul Muhammad: “Paparkan buktimu
bila kalian merasa diri benar!”
Ayat 65 Surah an-Naml
Katakan wahai Maharasul Muhammad: “Tiada
seorang di langit dan di bumi yang tahu perkara gaib, kecuali Allah! Mereka tak menyadari kapan dibangkitkan dari
kubur”.
Ayat 66 Surah an-Naml
Nihil pengetahuan cecunguk kafir perihal
Akhirat. Mereka justru bimbang. Mata hatinya buta mengenai Akhirat.
[Dalam ayat ini tertera bal (bahkan) sebagai kata
sambung. Fungsinya mengubah sebuah tema ke
tema lain. Maksudnya, gerombolan kafir
tidak punya dalil kuat tentang Kiamat]
Ayat 67 Surah an-Naml
Berceloteh kawanan kafir: “Apakah setelah
menjadi tanah, termasuk leluhur kami.
Benar-benar akan dibangkitkan dari kubur?”
Ayat 68 Surah an-Naml
“Ini telah diungkapkan kepada kami,
termasuk nenek moyang kami. Padahal, ini
dongeng kuno!”
[Kata-kata ini ditujukan kepada Maharasul Muhammad. Cecunguk kafir jengkel diancam dengan
Kiamat. Mereka menilai Kiamat sekedar
fiksi yang termaktub di kitab-kitab terdahulu]
Ayat 69 Surah an-Naml
Katakan wahai Maharasul Muhammad: “Mengembaralah
di bumi. Perhatikan riwayat para pedosa
yang berakhir buruk”.
Ayat 70 Surah an-Naml
Jangan berduka oleh keingkaran gerombolan
kafir. Jangan gundah-gulana akibat
tipu-daya mereka.
Ayat 71 Surah an-Naml
Berandal kafir berceloteh: ”Kapan azab itu datang? Buktikan jika memang benar!”
Ayat 72 Surah an-Naml
Katakan wahai Maharasul Muhammad: “Hampir
tiba sebagian azab yang kalian minta disegerakan! Sudah dekat menimpamu!”
[Radifa bermakna dekat. Radif
adalah orang yang dibonceng. Dalam ayat
ini disebutkan radifalakum artinya
sudah sampai seraya mengejarmu]
Ayat 73 Surah an-Naml
Tuhanmu, wahai Maharasul Muhammad. Benar-benar punya karunia melimpah-ruah yang
diberikan kepada manusia. Mayoritas ternyata
tidak berterima kasih kepada Allah.
[Manusia diperintahkan bersyukur atau berterima kasih kepada
Allah. Dalam shalat dianjurkan mengucap untaian
kata syukur Nabi Sulaiman: “Ya Tuhanku,
beri daku keteguhan supaya tetap bersyukur atas nikmat yang Engkau anugerahkan
kepadaku serta kepada orangtuaku.
Teguhkan saya mengerjakan perbuatan bajik yang Engkau suka. Masukkan saya dengan kasih-sayangMu ke dalam
golongan hamba saleh”.
Ayat pertama surah
ini menegaskan bahwa: “Ini untaian ayat
al-Qur’an. Memuat penjelasan nan terang perihal
persoalan hidup manusia”.
Ayat ini benar karena
mengarahkan manusia untuk bersyukur kepada Allah. Doanya pun lengkap di surah ini]
Ayat 74 Surah an-Naml
Tuhan tahu benar apa yang terbetik di hati
mereka. Apa yang diutarakan lewat lisan
serta sikap.
Ayat 75 Surah an-Naml
Tiada tersembunyi di langit maupun di bumi. Semua tercantum di Lauh al-Mahfuz, kitab sejati.
Ayat 76 Surah an-Naml
Al-Qur’an ini menerangkan kepada Yahudi
sebagian besar perkara agama yang mereka pertikaikan.
Ayat 77 Surah an-Naml
Al-Qur’an benar-benar petunjuk menuju
hidup bahagia. Kasih-sayang bagi insan
saleh.
Ayat 78 Surah an-Naml
Allah akan menghukum dengan keputusan adil. Ia Mahaperkasa Mahatahu.
Ayat 79 Surah an-Naml
Berserah dirilah kepada Allah. Wahai Maharasul Muhammad, kamu berada di atas
kebenaran hakiki.
Ayat 80 Surah an-Naml
Kamu mustahil memperdengarkan petunjuk
kepada orang yang mati hatinya. Sebagaimana
muskil memperdengarkan panggilan kepada orang tuli. Terlebih bila menghadap ke belakang.
Ayat 81 Surah an-Naml
Kamu mustahil berdakwah kepada orang buta hati
agar jangan tersesat. Orang yang mau
beriman terhadap ayat-ayat Kami saja. Kamu
dapat jadikan ia mendengar seruan supaya berserah diri kepada Allah.
Ayat 82 Surah an-Naml
Kalau Kiamat dekat. Kami munculkan seekor makhluk melata dari
bumi. Ia mengumumkan bahwa dulu, manusia
tidak percaya ayat-ayat Allah.
Ayat 83 Surah an-Naml
Camkan hari kala dihimpun rombongan
pendusta ayat-ayat Kami dari tiap umat.
Mereka ditahan per kelompok di Padang Mahsyar.
[Pedosa dikelompokkan sesuai kejahatannya. Pencuri digiring ke barisan pencuri. Penjudi diseret ke rombongan penjudi. Setelah pengelompokan rampung, mereka pun berbaris
rapi. Diarahkan menuju ke Neraka]
Ayat 84 Surah an-Naml
Ketika diseret ke Pengadilan Hakiki. Allah berfirman: “Mengapa kalian menyangkal
ayat-ayatKu? Padahal kalian tidak punya otoritas
untuk menentangnya! Apa yang telah kamu
kerjakan di dunia dengan menampik akibatnya?”
Ayat 85 Surah an-Naml
Tiba masanya janji bagi mereka untuk
disiksa lantaran ingkar. Mereka
diam-membisu. Tak mampu menyampaikan alasan
saat diazab.
Ayat 86 Surah an-Naml
Apakah mereka tidak memperhatikan. Kami menjadikan malam sebagai waktu beristirahat. Siang untuk berusaha. Ihwal tersebut mengandung tanda kekuasaan
Allah bagi insan saleh.
Ayat 87 Surah an-Naml
Ingat hari kala sangkakala dibunyikan. Terkejut segenap yang di langit dan di bumi,
kecuali yang direstui Allah. Semua datang
menghadap Allah. Sadar tentang kehinaan
dirinya.
Ayat 88 Surah an-Naml
Tatap gunung-gunung itu. Kamu kira tetap teguh tanpa gerak. Padahal, bergerak sebagaimana awan. Begitulah ketetapan Allah yang membuat tiap
ihwal dalam susunan sempurna. Allah teramat
teliti pengetahuanNya perihal perbuatanmu.
[Gunung muskil bergerak.
Pasalnya, berfungsi sebagai paku agar daratan di sekitarnya tidak
oleng. Maksud “gunung bergerak” ialah
bumi berputar. Hingga, terjadi malam dan
siang. Pada ketinggian tertentu di luar
bumi, gunung-gunung terlihat bergerak.
Berlari laksana mega berarak
Dalam ayat ini terdapat kata as-Sahaab artinya gunung terbang laksana awan. Sedangkan
khabiir bermakna melihat segala yang
gaib dan tampak]
Ayat 89 Surah an-Naml
Pelaku kebaikan. Ia memperoleh hasil yang baik. Mereka aman dari huru-hara dahsyat di Padang
Mahsyar.
Ayat 90 Surah an-Naml
Pelakon jahat disodorkan wajahnya ke api
berkobar. Dipekikkan kepadanya: “Kamu dibalas setimpal ulahmu!”
[Pelaku kejahatan digantung kakinya. Kepalanya dijungkirkan ke nyala api. Lalu ditanya, apakah balasan ini sepadan
dengan kezaliman yang diperbuat dulu]
Ayat 91 Surah an-Naml
Sampaikan wahai Maharasul Muhammad: “Saya diperintah menyembah Tuhan pemelihara
Mekah. Ia menjadikannya Tanah Suci. Milik Allah segala sesuatu. Saya diimbau berserah diri guna mengabdi
kepada Allah.
Ayat 92 Surah an-Naml
Diperintahkan supaya saya membacakan
Al-Qur’an kepada manusia. Siapa memperoleh
petunjuk, berarti kebaikan ia raih. Siapa
sesat, enggan menaati al-Qur’an.
Sampaikan kepadanya wahai Maharasul Muhammad: “Saya hanya pemberi
peringatan”.
Ayat 93 Surah an-Naml
Tuturkan wahai Maharasul Muhammad: “Puja-puji
bagi Allah yang tiada terbilang nikmatNya.
Ia nanti memperlihatkan kepadamu bukti-bukti kekuasaanNya. Hingga, kalian mengerti secara jelas bahwa Tuhan
tidak lengah terhadap tindak-tandukmu”.