12. Yusuf
(Nabi Yusuf)
Dengan Nama Allah, Pemilik Kasih Sayang yang Mahapemurah
Ayat 1 Surah Yusuf
Alif Lam Ra. Ini ayat-ayat
al-Qur’an yang jelas.
[Alif
Lam Ra merupakan frasa simbolis. Himpunan huruf yang membentuk bunyi khas
dengan makna misterius. Tiada seorang mampu memberi keterangan atau makna
hakiki. Frasa simbolis itu hanya diduga arti
serta maksudya.
Ayat-ayat al-Qur’an
disebut “jelas” karena sumber serta keistimewaannya otentik. Kandungannya yang memuat aneka keajaiban bisa
disaksikan siang dan malam.
Surah Yusuf
diwahyukan sebagai tanggapan atas pertanyaan kaum Yahudi di Medinah. Mereka bertanya alasan Nabi Ya’qub pindah
dari Syam ke Mesir. Yahudi juga mencari
tahu siapa nabi yang dipisahkan dengan anaknya selama bertahun-tahun. Kemudian siapa nabi yang buta.
Surah Yusuf serta az-Zumar diturunkan
pula untuk menghibur kaum Muslim. Para
sahabat meminta kepada Muhammad sang Maharasul agar bercerita tentang umat
sebelum mereka]
Ayat 2 Surah Yusuf
Kami menurunkan al-Qur’an dalam bahasa
Arab agar kamu menggunakan akal untuk memahami.
[Nabi Muhammad bersabda: “Pelajari bahasa Arab karena saya
berbahasa Arab, al-Qur’an berbahasa Arab dan penduduk Surga berbahasa Arab”]
Ayat 3 Surah Yusuf
Kami utarakan kepadamu (wahai Nabi
Muhammad). Kisah terindah dengan mewahyukan
surah ini. Sebelum Kami mengisahkannya. Kamu benar-benar tidak tahu.
[Nouman Ali Khan menerjemahkan ghaafil (benar-benar tidak tahu) dengan intellectually unaware atau spiritually unaware. Sebelum
Allah mewahyukan surah ini, bangsa Arab tidak mengenal epos epik Nabi Yusuf]
Ayat 4 Surah Yusuf
Nabi Yusuf berujar kepada Nabi Ya’qub: “Duhai
ayahku! Saya bermimpi. Melihat sebelas bintang. Melihat pula mentari serta rembulan. Semua bersimpuh memberi hormat kepadaku”.
[Nabi Yusuf menyapa ayahnya dengan ya abati (duhai ayahku). Di sini terjadi ya mutakallim yang berubah ta.
Dalam teks asli ayat
ini, Nabi Yusuf memakai kata innii (saya sungguh) yang mengandung
penegasan bila tak ada keraguan. Ucapan tersebut
menandaskan bahwa “saya tanpa ragu bermimpi melihat bintang, surya dan
bulan”. Ayat ini juga menerangkan kalau
Nabi Yusuf terkejut dengan mimpinya. Ada
beban untuk menceritakan mimpi ini.
Hingga, Nabi Yusuf menggunakan kata innii.
Dalam bahasa Arab,
bintang disebut najm.
Dalam ayat ini tertera kata kawkaban yang artinya bintang raksasa atau planet. Tidak aneh bila saudara Nabi Yusuf
diilustrasikan bintang raksasa. Sebab,
umat Yahudi yang menjadi keturunan mereka mewarnai perjalanan hidup manusia. 12 putra Nabi Ya’qub merupakan penyembah
Allah. Sementara mayoritas Yahudi di
masa sekarang adalah pengabdi setan.
Dalam bahasa Arab, syams
(matahari) berbentuk feminin. Sedangkan qamar (bulan) berbentuk maskulin. Jadi, Nabi Yusuf melihat 11 bintang besar
(saudara-saudaranya), mentari (ibu) dan bulan (ayah). Deskripsi bintang, matahari dan bulan yang
merujuk kepada saudara, ibu dan ayah menjadi keindahan ayat ini. Selain itu, sosok Nabi Ya’qub menjadi teladan
bagi orangtua agar mau mendengar anaknya, sekalipun yang diceritakan hanya
mimpi. Ketika Nabi Yusuf menceritakan
mimpinya, ia berumur 11 tahun.
Nabi Yusuf hidup
sekitar abad ke 17 sebelum Masehi. Ia putra
favorit Nabi Ya’qub. Walau menjadi
kesayangan, tetapi, Nabi Yusuf sempat menjadi kesedihan mendalam bagi Nabi
Ya’qub karena hilang selama bertahun-tahun.
Dalam bahasa Arab kata sedih ialah asif, terbaca mirip Yusuf.
Dalam ayat 84, Nabi Ya’qub merintih:
“Ya asafa ala Yusuf” (Alangkah
sedih hatiku kehilangan Nabi Yusuf)
Nabi Muhammad
bersabda: “Bila kalian bermimpi yang menyenangkan, hendaklah diceritakan. Jika bermimpi buruk, maka, ubah posisi
tidur. Kemudian meludah tiga kali ke
sebelah kiri. Lalu memohon perlindungan
kepada Allah terhadap keburukan yang ditimbulkan mimpi itu. Jangan mengutarakannya kepada siapa
saja. Hal itu tidak akan merugikan diri”]
Ayat 5 Surah Yusuf
Nabi Ya’qub bersabda: ”Anak tercintaku! Jangan ceritakan mimpi ini kepada
saudara-saudaramu. Saya khawatir mereka merancang
muslihat terhadap kamu. Camkan, setan
musuh sejati manusia”.
[Nabi Yusuf lahir di Syam selatan. Wilayah ini sekarang mencakup
Palestina dan Yordania selatan. Penduduk Syam selatan dinamakan bangsa Kan’an.
Allah memanggil Nabi
Ya’qub dengan “Israil”. Nama ini dalam bahasa Ibrani bermakna ruhullah. Israil menjadi penisbahan bani Israil (keluarga Israil). 12 putra Nabi Ya’qub
menjadi datuk 12 puak dalam bani Israil.
Ayat ini menjelaskan
bahwa anak nabi pun bisa tergelincir oleh bujuk-rayu setan. Sementara sang ayah tak bisa melepaskannya
dari lilitan setan. Ini yang berkali-kali dituturkan al-Qur'an “Allah memberi
petunjuk kepada siapa Ia berkenan”]
Ayat 6 Surah Yusuf
Begitu cara Tuhan memilih kamu menjadi
nabi. Ia mengajarmu takwil mimpi. Tuhan melimpahkan nikmat kepadamu dan
keluarga Nabi Ya’qub sebagaimana Ia menganugerahkan nikmat kepada leluhurmu;
Nabi Ibrahim dan Nabi Ishaq. Tuhanmu
Mahatahu. Ia Mahabijaksana.
[Manusia paling mulia ialah yang paling takwa. Keturunan paling mulia yakni Nabi Yusuf. Ia anak Nabi Ya’qub, cucu Nabi Ishaq
sekaligus cicit Nabi Ibrahim yang berjuluk al-Khalil (kekasih Allah).
Di ayat ini terdapat
kata alu (keluarga).
Kata alu hanya disematkan
untuk keluarga agung. Nabi Yusuf dipilih sebagai utusan Allah berdasarkan
kualifikasi. Ia berasal dari keturunan
mulia. Pribadinya terpelihara oleh
penjagaan Allah]
Ayat 7 Surah Yusuf
Terkandung sejumlah hikmah pada riwayat Nabi
Yusuf bersama saudara-saudaranya bagi pencari kebenaran.
[Dari beberapa buku, tersua nama ibu bersama seluruh nama saudara
Nabi Yusuf. Dalam terjemah ini, nama-nama
tersebut tidak dicantumkan. Sebab, tidak dilampiri bukti otentik. Nama-nama itu
justru dipungut dari sumber non-Islam yang sarat dusta]
Ayat 8 Surah Yusuf
Kisah bermula ketika saudara-saudara Nabi Yusuf
berkata di antara sesama mereka: “Yusuf bersama adik kandungnya lebih disayang
oleh ayah ketimbang kita. Padahal, kita sekumpulan
anak kuat yang berguna. Ayah sungguh
tidak adil”.
[Nabi Ya’qub sangat menyayangi Nabi Yusuf karena merasakan bahwa
putranya itu kelak pewaris risalahnya.
Kecintaan Nabi Ya’qub kepada Nabi Yusuf membuat anak-anaknya
tertekan. Makar pun dirancang guna
menyingkirkan Nabi Yusuf.
Ayat ini memaparkan
bahwa Nabi Yusuf bersama adiknya berada dalam kerangkeng singa. Penyebutan adik Nabi Yusuf di sini
menunjukkan bila ia juga diperlakukan kasar.
Inilah yang kemudian disitir oleh Nabi Yusuf di ayat 89.
Dalam ayat ini
terdapat ta’kid atau aksentuasi “la” (memang, tentu saja, pasti). Digandeng dengan nama Nabi Yusuf;
“layusuf”. Ta’kid
dalam ucapan saudara-saudara Nabi Yusuf menunjukkan mereka sangat dengki seraya
dibakar api dendam.
Dalam bahasa Arab,
kata nafar menunjukkan kumpulan yang berjumlah tiga
orang. Rahth berjumlah sembilan orang. Dalam
ayat ini, dipakai kata ushbah yang
menunjukkan jumlah 10 atau lebih.
Nahnu ushbah maksudnya kami 10 bersaudara lebih kuat dibandingkan Nabi Yusuf dan
adiknya yang cuma dua orang.
Ada dugaan yang masih
kabur jika nama adik Nabi Yusuf bernama Bin Yamin (Benjamin). Nabi Yusuf dengan adiknya berbeda ibu dengan
10 kakaknya. Nama Bin Yamin tidak
dijamin kebenarannya dalam terjemah ini]
Ayat 9 Surah Yusuf
Seorang abangnya mengusulkan: ”Bunuh Yusuf
atau asingkan ke wilayah nun jauh supaya perhatian serrta kasih sayang ayah
tercurah kepada kita. Sesudah itu kita
harus menjadi anak berbakti”.
[Saya percaya bahwa usai
membuang Nabi Yusuf, maka, saudara-saudaranya berusaha menjadi manusia
terhormat. Apalagi, kesehatan Nabi
Ya’qub turun drastis setelah Nabi Yusuf hilang.
Hingga, mereka bertekad menjelma anak baik demi membahagiakan sang ayah
yang stres. Di ayat 82, ketika tertekan
tanpa daya, mereka mengungkit kabaikan-kebaikannya. Ini menegaskan jika mereka telah berupaya
menjadi manusia terpuji]
Ayat 10 Surah Yusuf
Seorang di antara mereka berkata: “Jangan
bunuh Yusuf! Ceburkan saja ke perigi
supaya dipungut musafir. Hal itu jika
kalian tetap mau meneruskan rencana”.
[Jubb artinya sumur. Sedangkan gayabah bermakna dasar sumur. Penyebutan
sumur dengan kedalamannya (gayaabatil jubb) berfungsi sebagai hiperbolis.
Putra Nabi Ya’qub
yang tidak menginginkan Nabi Yusuf dibunuh menggunakan kata “yaltaqith-hu” (memungut benda tanpa nyawa).
Ia menyamakan Nabi Yusuf dengan
barang yang mungkin nanti ditemukan
oleh kafilah bisnis.
Mereka akhirnya
setuju membuang Nabi Yusuf ke sumur. Ini
ide bagus. Harapan yang terbayang ialah
ada yang menyelamatkan Nabi Yusuf.
Kemudian membawanya pergi jauh
dari Nabi Ya’qub]
Ayat 11 Surah Yusuf
Mereka menemui sang bapak: “Duhai ayah! Mengapa tidak percaya kepada
kami perihal Yusuf. Padahal, kami
menghendaki kebaikan baginya”.
[Kalimat yang mereka lontarkan kepada Nabi Ya’qub bernada
memaksa seolah berbunyi: “Ayah! Kau
tidak percaya kami!”
Kalimat tersebut juga
memberikan gambaran kalau mereka pernah meminta agar Nabi Yusuf dibiarkan pergi
bersama]
Ayat 12 Surah Yusuf
“Izinkan ia pergi bersama kami besok pagi untuk
makan-makan sambil bermain. Kami pasti
memperhatikannya dengan baik”.
[Makan dan bermain merupakan
piknik yang sangat mewah untuk ukuran Badui (kaum pedalaman padang pasir). Makan dan bermain sebagai piknik idaman
inilah yang ditawarkan kepada Nabi Ya’qub agar rela melepas Nabi Yusuf.
Di sini digunakan kata
yarta’ yang berarti makan lahap seperti binatang kelaparan. Dalam bahasa Perancis, orang yang sangat
lapar mengatakan “J’ai une faim de loup” (saya lapar sekali). Secara harfiah bermakna “saya lapar seperti
serigala”]
Ayat 13 Surah Yusuf
Nabi Ya’qub menyahut: “Kepergianmu bersama
Yusuf membuatku sedih. Saya pun khawatir
ia diterkam serigala saat kalian lengah mengawasi”.
[Nabi Ya’qub cemas mereka asyik bermain lalu lupa menjaga Nabi
Yusuf. Di sini Nabi Ya’qub menyebut
serigala. Tentu Nabi Ya’qub tidak
menyadari ucapannya jika sesungguhnya serigala itu adalah putra-putranya
sendiri. Serigala selalu berkelompok
dalam menyerang, minimal dua ekor. Di
sini, terdapat 10 remaja berandal yang hendak menyerang seorang bocah]
Ayat 14 Surah Yusuf
Mereka menjawab: “Bila ia dimakan serigala. Sementara kami kuat dengan jumlah
banyak. Tentu kami tergolong pengecut
yang sia-sia hidupnya”.
[Di hadapan Nabi Ya’qub, mereka membanggakan diri nahnu ushbah, kuat sekaligus banyak]
Ayat 15 Surah Yusuf
Mereka berangkat membawa Nabi Yusuf. Lalu sepakat mencampakkan ke telaga. Kami ilhamkan kepada Nabi Yusuf di dasar
sumur: ”Kelak kamu mengabarkan perbuatan ini saat mereka tidak lagi mengenalmu”.
[Kata al-jubb dalam ayat ini mengacu pada sumur terpencil
yang tidak terawat. Bagian dasar sumur
tersambung ke sumber air. Airnya
dangkal, tidak meluber sampai ke permukaan tanah. Dasar sumur ini biasanya tidak kentara dari
atas.
Bahasa Arab juga
mengenal kata al-bi’r untuk sumur. Al-bi’r punya mata air. Hingga, selalu
tergenang air. Di pinggiran sumur acap
dibangun pagar supaya mata air tetap terjaga.
Kata al-jubb menunjukkan Nabi
Yusuf dibuang ke sumur yang berada di lokasi sepi. Walau di tempat terpencil, namun, sumur itu
populer bagi musafir atau kafilah bisnis.
Bukti bahwa sumur itu selalu disinggahi orang ialah ucapan seorang
saudara Nabi Yusuf di ayat 10; “ceburkan saja ke perigi supaya dipungut musafir”
Ini menunjukkan bahwa
sumur yang berada di area sepi tersebut populer. Jika mereka menginginkan kematian bagi Nabi
Yusuf, pasti dicari sumur yang tidak tertera di peta gurun.
Sumur yang populer di
kawasan sepi akhirnya ditemukan.
Terletak di kawasan Yerusalem. Nabi
Yusuf lantas diceburkan. Ia selamat
berkat air sumur mampu menopang berat tubuhnya.
Nabi Yusuf lantas merangkak ke sisi sumur yang kering.
Nabi Yusuf
ketakukan. Ia berteriak-teriak mencari
pertolongan. Lalu muncul malaikat yang
menenteramkan hatinya: ”Kelak kamu mengabarkan perbuatan ini ketika mereka
tidak lagi mengenalmu”
Kalimat yang
menghibur ini menunjukkan bila Nabi Yusuf tercekam rasa takut. Ia mengira ajalnya sudah dekat. “Kelak kamu menceritakan” bermakna “kamu
tidak mati hari ini sebelum bertemu kembali saudara-saudaramu”]
Ayat 16 Surah Yusuf
Mereka
kembali kepada ayahnya di malam hari sambil berpura-pura menangis.
[Saya menduga, mereka sengaja pulang di malam hari agar
kebohongan di wajah mereka tersembunyi.
Dalam benak saudara-saudara Nabi Yusuf, lentera dengan cahaya
remang-remang dalam rumah bisa membuat Nabi Ya’qub sulit membaca bahasa tubuh
mereka. Hingga, sandiwara mereka sukses
mengelabui sang ayah.
Pulang malam memungkinkan
mereka menyusun cerita bahwa sepanjang sore Nabi Yusuf dicari ke
mana-mana. Berkeliling mencari sisa-sisa
jasadnya. Tidak ditemukan kecuali baju
gamisnya.
Alasan lain, jika
pulang malam pasti Nabi Yakub repot mencarinya.
Mereka seolah lupa kalau ayahnya adalah sosok terpandang di
kampung. Hingga, malam itu, seluruh
penduduk mencari Nabi Yusuf. Pencarian
dilanjutkan keesokan hari]
Ayat 17 Surah Yusuf
Mereka berkata: “Ayah! Kami pergi berlomba lari. Meninggalkan Yusuf yang menjaga barang-barang. Ia lantas dimangsa serigala. Ayah tentu tidak percaya kendati kami berkata
jujur”.
[Begitu keruh cerita yang disampaikan kepada Nabi Ya’qub. Mereka asyik bermain lomba lari. Akibatnya, menjauh dari tempat semula. Cerita ini sangat riskan. Sebab, menunjukkan bila Nabi Yusuf tidak
dilibatkan dalam permainan. Bahkan, dijadikan
bocah satpam. Inti cerita mereka ialah
permohonan agar Nabi Ya’qub tak usah mencari Nabi Yusuf. Ia sudah mati dimangsa serigala. Mereka seolah hendak menghibur dengan kalimat:
“Wahai ayah kami, lupakanlah Yusuf!”
“Ayah tentu tidak percaya
kendati kami berkata jujur”. Kata-kata
ini kesalahan fatal. Sebab, menempatkan
mereka sebagai sekumpulan orang yang ragu dengan kebenaran yang diutarakan
sendiri. Padahal, mereka
membangga-banggakan diri sebagai nahnu ushbah, kelompok kuat
terpercaya]
Ayat 18 Surah Yusuf
Mereka menyodorkan baju Nabi Yusuf yang
berlumur darah palsu. Nabi Ya’qub
bersabda: “Kalian sendiri yang memandang
baik perbuatan jahat ini terhadap Yusuf. Saya berupaya bersabar dengan kesabaran
terbaik. Kepada Allah jua dimohon
pertolongan terhadap apa yang kalian ungkap”.
[Seisi kampung gempar ketika
membahana berita tentang Nabi Yusuf tewas.
Malam itu, penduduk berkerumun di depan rumah Nabi Ya’qub. Obor dinyalakan. Mereka bergerak mencari sisa-sisa tubuh Nabi
Yusuf.
Ihwal yang mengganjal Nabi Ya’qub ialah
baju. Jika anaknya diterkam serigala,
maka, hewan buas itu sungguh santun.
Sebab, ia tahu cara membuka baju korbannya.
Di sini keteledoran para pelaku kriminal
terhadap Nabi Yusuf. Baju tidak robek,
tak ada bekas cakar serigala. Tiada pula
bekas taring yang setajam silet. Nabi
Ya’qub curiga. Ia merasa dikibuli
putra-putranya. Hingga, sang nabi hanya
bisa bersabar dengan kesabaran terbaik.
Ketika ditanya mengenai ayat ini, Nabi
Muhammad menjawab: “Inilah sabar yang
tidak ada pengaduan di dalamnya. Siapa
terlalu sedih, berarti ia belum bersabar”.
Ketika Aisyah istri Rasulullah dilanda
gosip perselingkuhan (hadits
al-ifki), ia menjadikan ayat ini pelipur
lara. “Perumpamaan yang tepat untuk
diriku ialah ucapan Nabi Ya’qub, saya berusaha bersabar dengan kesabaran terbaik.
Kepada Allah saja tempat memohon pertolongan atas apa yang kalian
gembar-gemborkan”]
Ayat 19 Surah Yusuf
Rombongan niaga dari Madyan kemudian tiba. Mereka menyuruh penyedia mencari air. Ia pun menjulurkan timba. Pencari air berseru kala melihat Nabi Yusuf
bergantung di timba. “Amboi, ini bocah
tampan”. Kafilah bisnis itu menyembunyikannya
di antara barang dagangan. Allah tahu benar
yang mereka perbuat.
[Kisah yang mengatakan putra-putra Nabi
Ya’qub menemui kafilah penemu Nabi Yusuf, hanya isapan jempol. Bahkan, disebutkan mereka menjual Nabi
Yusuf. Padahal, mereka tidak pernah
kembali ke sumur karena terjadi pencarian besar-besaran yang dipimpin langsung
Nabi Ya’qub
Dalam ayat ini
terdapat kata asarra yang berarti membuat sesuatu tidak tampak
atau dirahasiakan. Pedagang Madyan merahasiakan
keberadaan Nabi Yusuf dalam konvoi bisnis]
Ayat 20 Surah Yusuf
Mereka menjualnya dengan harga murah. Ia dijual beberapa keping dirham, koin perak. Saudagar Madyan tidak tertarik kepada Nabi
Yusuf.
[Pedagang Madyan tiba di pasar kota Fayoum pada tahun ke 10 atau
20 dari 150 tahun masa pemerintahan Hyksos. Mereka menjual murah Nabi Yusuf
karena dua alasan. Pertama, tampang Nabi Yusuf bukan gelandangan. Mereka
yakin ia dari keluarga terhormat. Hingga, pedagang Madyan buru-buru menjualnya.
Sebab, khawatir ada keluarganya mencari. Kedua, pedagang Madyan terkenal culas. Mereka doyan menipu. Licik dalam
berbisnis. Dalam kasus Nabi Yusuf. Ada laba tanpa biaya alias creating
money from nothing. Ada dugaan Nabi Yusuf
cuma dijual 20 dirham.
Di ayat ini ditemukan
kata bakhsin. Artinya
bernilai rendah atau berharga murah.
Nabi Yusuf dijual di bawah standar.
Ayat ini juga menunjukkan kalau dirham sudah menjadi mata uang di Mesir]
Ayat 21 Surah Yusuf
Orang Mesir yang membeli Nabi Yusuf berkata
kepada isterinya: “Beri ia pelayanan yang baik.
Semoga ia berguna atau kita adopsi”.
Kami beri kedudukan bagi Nabi Yusuf di
Mesir. Kami mengajarnya tafsir mimpi. Allah Mahakuasa atas urusan yang Ia tetapkan, tetapi,
mayoritas manusia tidak mengerti.
[Kata mathwa/thawa berarti tinggal di suatu tempat untuk
jangka waktu lama. Nabi Yusuf kini
menetap di rumah tokoh elit politik Mesir.
Ia berdomisili di kota Afaris, sekarang bernama Shana al-Hajar dengan
danau al-Manzilah.
Banyak yang mengira
nama ibu angkat Nabi Yusuf bernama Rail atau Zalikha. Paling popular di kalangan Islam yakni Zulaikha. Sedangkan suaminya bernama Qithfir atau
Potiphar. Saya tidak merekomendasikan
nama-nama ini karena berasal dari kisah-kisah Israiliyat (biblikal)]
Ayat 22 Surah Yusuf
Tatkala Nabi Yusuf dewasa. Kami memberi kebijaksanaan serta ilmu. Kami anugerahkan keagungan kepada manusia
yang senantiasa berbudi luhur.
[Ketika berusia 22 tahun, Allah melimpahkan kebijaksanaan serta
ilmu kepada Nabi Yusuf. Kebijaksanaan ialah keandalan mengambil keputusan
berdasarkan pengetahuan]
Ayat 23 Surah Yusuf
Nyonya rumah menggoda Nabi Yusuf. Ia mengunci pintu-pintu sembari merayu: “Marilah sayang. Saya milikmu”. Nabi Yusuf bersabda: “Saya berlindung kepada
Allah dari perbuatan mesum. Suamimu
memperlakukanku secara baik. Naas nasib orang
yang berzina”.
[Nyonya rumah terpikat seolah kena setrum oleh Nabi Yusuf yang
berparas rupawan, cerdas dan santun.
Apalagi, ia selalu berada dalam rumah.
Interaksi sebagai tuan dengan pelayan, ingin dikonversi menjadi kontak
seksual oleh sang majikan]
Ayat 24 Surah Yusuf
Sang nyonya bernafsu besar terhadap Nabi
Yusuf. Sementara Nabi Yusuf berjuang
memendam hasrat. Ia melihat tanda dari
Tuhan. Allah memalingkan Nabi Yusuf dari
perbuatan keji. Ia hamba Kami yang
terpilih.
[Melihat posisi suaminya sebagai politisi besar, maka, patut
diduga sang nyonya sangat cantik. Ia
tentu bertubuh ala bikini. Hatta, Nabi
Yusuf nyaris merespons eksploitasi erotis yang diperagakan. Mendadak muncul tanda dari Allah.
Tanda itu berupa
penampakan malaikat. Bila ia terbuai
cinta terlarang, maka, namanya dicoret dari daftar nabi]
Ayat 25 Surah Yusuf
Keduanya bergegas saling mendahului menuju
pintu. Wanita itu dari belakang menarik
sampai robek baju Nabi Yusuf. Ketika
pintu terbuka, tampak suami perempuan itu.
Si nyonya memekik: “Apa hukuman
bagi orang yang mau mencabuli isterimu jika bukan dikurung penjara atau
dikenakan siksa pedih?”
Ayat 26 Surah Yusuf
Nabi
Yusuf menampik: “Ia yang berinisiatif mencumbuku!” Seorang kerabat wanita itu tampil sebagai
saksi ahli: “Kalau baju Nabi Yusuf koyak dari depan, berarti benar tuduhan
perempuan itu. Nabi Yusuf pendusta!”
[Ada anggapan, saksi Nabi Yusuf adalah bayi. Ini tidak masuk akal. Andai betul bayi, pasti peristiwa itu berdiri
sendiri. Sebuah kisah perihal Nabi Yusuf. Satu lagi hikayat kesaksian sang
bayi. Kalau yang menjadi saksi seorang
bayi, berarti desas-desus tentang godaan terhadap Nabi Yusuf pasti kalah seru oleh
bayi ajaib. Kesaksiannya pun pasti dipatuhi, tidak direkayasa. Hingga, mustahil Nabi Yusuf dijebloskan ke
penjara.
Patut diduga cerita
ini dihembuskan oleh Yahudi. Tujuannya supaya empat bayi yang berbicara terkait
dengan Yahudi. Bayi yang berbicara ialah
anak juru rias putri Fir’aun. Bayi ini
sezaman Nabi Musa yang keturunan Yahudi.
Ketika sang ibu merias tuan puteri, tiba-tiba sisir yang dipegang
jatuh. Ia memungut seraya menyebut nama
Allah. Putri Fir’aun kaget kalau ada
Tuhan selain ayahnya yang mahatinggi. Juru
rias tersebut sekeluarga dihukum dengan cara terjun ke kuali berisi minyak
mendidih. Tentu ia ngeri melompat. Kemudian anaknya yang masih bayi berbicara
agar tidak gentar terjun.
Bayi berikut ialah
saksi terhadap Juraij. Pemuda Yahudi ini
termasuk tekun beribadah. Juraij siang-malam mendekatkan diri kepada
Allah. Tiap ibunya menjenguk, ia selalu
beribadah. Tak menggubris kehadiran sang
ibu. Ibunya mengeluh kepada Allah karena
kedatangannya tak dihiraukan. Doa ibu
terkabul. Juraij dituduh menghamili
seorang wanita. Usai melahirkan, bayi tersebut
bersaksi bahwa ayahnya bukan Juraij, tetapi, seorang penggembala kambing.
Bayi selanjutnya
ialah Nabi Isa, cucu Imran yang menjabat sebagai ketua Majelis Ulama Yahudi. Kisah Nabi Isa yang berbicara diabadikan
dalam Surah Maryam.
Bayi keempat yang
berbicara berasal dari umat Nasrani. Di masa Raja Zu Nuwas dari Dinasti
Himyariah, kaum Nasrani di Najran, Yaman, dibunuh dengan cara dilempar ke parit
berapi. Raja Zu Nuwas adalah penguasa
yang bersimpati kepada Yahudi.
Al-Qur’an mengabadikan parit itu dengan nama al-Ukhdud yang
berarti belahan memanjang pada tanah.
Seorang ibu tertegun,
pucat dan gemetar ketika dihalau ke sisi parit.
Bayi yang digendongnya menghibur agar sang ibu tak usah takut.
“Duhai bundaku,
bersabarlah. Kau berada dalam
kebenaran”.
Kisah Ashabul Ukhdud ini diabadikan dalam surah al-Buruj.
Sementara nasib Zu Nuwas berakhir tragis. Pada 523 Masehi, Yaman diserang laskar Habasyah
yang berjumlah 70 ribu. Pasukan yang
dipimpin Irbath memaksa Zu Nuwas melarikan diri meninggalkan kerajaannya]
Ayat 27 Surah Yusuf
“Jika bajunya sobek dari belakang, maka,
perempuan ini berbohong. Sedangkan Nabi
Yusuf berkata jujur”.
Ayat 28 Surah Yusuf
Setelah suaminya melihat baju Nabi Yusuf
robek di belakang. Ia mendamprat: “Ini tipu
dayamu sebagai perempuan. Kamu licik
sekali!”
[Politisi Mesir itu sadar jika istrinya yang mau melakukan
perkosaan terhadap Nabi Yusuf. Di ayat 21,
ia menyuruh istrinya memperlakukan Nabi Yusuf secara baik. Di luar dugaan, sang istri justru bertindak tidak
senonoh terhadap Nabi Yusuf]
Ayat 29 Surah Yusuf
“Hai Nabi Yusuf! Lupakanlah kejadian ini. Hai istriku!
Mohonlah ampun atas dosamu. Kamu bersalah!”
[Al-Aziz sekedar menegur istrinya. Ia tak mau membesar-besarkan aib ini. Ia ingin supaya Nabi Yusuf merahasiakan
peristiwa tersebut. Sebab, khawatir
terjadi gejolak dalam masyarakat.
Hingga, merepotkan kalangan istana.
Dengan menutup rapat skandal, maka, reputasinya aman]
Ayat 30 Surah Yusuf
Sekumpulan perempuan di kota bergunjing. “Istri Tuan Menteri menggoda pelayannya. Nafsu birahinya membuncah. Sesat nian ia di mata kami”.
[Al-Aziz keliru. Bau
bangkai rupanya tetap tercium sekalipun sudah tertutup erat. Istri-istri politisi Mesir bersama perempuan
sosialita riuh bergunjing. Sebenarnya
ada udang di balik batu. Para wanita itu
sengaja menebar aib perihal percobaan perkosaan terhadap Nabi Yusuf. Maksudnya, supaya istri al-Aziz mengusir Nabi
Yusuf. Hingga, mereka bisa menggaet Nabi
Yusuf untuk dijadikan budak nafsu. Ini yang dikeluhkan Nabi Yusuf seperti
termaktub pada ayat 33.
Syagafaha adalah kata yang merujuk kepada cinta. Syagafaha ialah mabuk kepayang terhadap seseorang. Dalam kisah ini, terlihat istri al-Aziz sudah
birahi kepada Nabi Yusuf]
Ayat 31 Surah Yusuf
Saat istri Tuan Menteri mendengar skandal
dirinya. Ia mengundang wanita-wanita
tersebut hadir dalam suatu jamuan. Masing-masing
disediakan bantal sebagai alas duduk serta sebilah pisau guna memotong hidangan. Ia berkata kepada Nabi Yusuf: “Tunjukkan dirimu di hadapan mereka”.
Ketika melihatnya, hadirin terpana oleh
paras elok Nabi Yusuf. Tanpa sadar, para
wanita mengiris jarinya dengan pisau seraya berseru: “Mahasempurna Allah! Ini bukan manusia. Ini malaikat nan mulia!”
[Istri al-Aziz sengaja mengundang para wanita yang mencelanya
agar mereka mafhum. Siapa saja yang
pernah melihat Nabi Yusuf pasti repot menahan diri.
Tatkala
perempuan-perempuan itu melukai tangannya usai melihat Nabi Yusuf. Istri Tuan Menteri pun mencibir: “Beginilah keadaanmu! Padahal, hanya memandang sejenak. Apa jadinya jika kalian serumah”.
Dalam kehidupannya,
Nabi Yusuf selalu memakai penutup muka.
Ini dilakukan untuk menyembunyikan ketampanannya yang bisa memicu masalah
di kalangan perempuan. Muncul cerita
yang tidak jelas sumbernya. Jika ada
orang lapar memandang paras Nabi Yusuf.
Ia dipastikan lupa terhadap rasa laparnya.
Dalam peristiwa Isra
Mi’raj, Nabi Muhammad bertemu Nabi Yusuf.
Rasulullah bersabda: “Ia dianugerahi setengah ketampanan”.
Ada dugaan maksud
“setengah ketampanan” ialah paras Nabi Yusuf setengah dari ketampanan Nabi
Adam. Harap disimak bahwa Nabi Adam diproduksi
di Surga. Alhasil, prototipenya teramat
sempurna]
Ayat 32 Surah Yusuf
Istri Tuan Menteri berujar: “Ini pemuda
yang membuatmu mencela diriku! Saya
menggodanya, namun, ia menolak! Tentu bila
menampik hasratku. Ia bakal meringkuk di
penjara. Menjadi hina-dina”.
Ayat 33 Surah Yusuf
Nabi Yusuf bermunajat kepada Allah: “Wahai Tuhanku! Saya lebih suka dibui ketimbang terbujuk
rayuan perempuan-perempuan. Kalau Engkau
tidak menghindarkanku dari muslihatnya.
Tentu saya tergoda. Akibatnya,
saya termasuk dungu”.
[Masalah yang dihadapi Nabi Yusuf sekarang kian berbahaya. Sebab, mayoritas istri pejabat negara berikut
wanita jetset yang telah melihatnya langsung tergoda ingin merebut Nabi Yusuf]
Ayat 34 Surah Yusuf
Tuhan merespons doa Nabi Yusuf. Ia dijauhkan dari tipu daya wanita. Camkan! Allah Mahamendengar. Ia Mahatahu.
[Nabi Muhammad bersabda: “Semoga Allah merahmati Nabi
Yusuf. Andai bukan doa yang ia
panjatkan, tentu, ia tidak dipenjarakan”.
Ada pelajaran
berharga di sini. Umat Islam tidak boleh
berdoa negatif demi meraih hasil positif.
Nabi Yusuf berdoa kalau ia lebih suka penjara ketimbang tergoda
wanita. Andai ia memohon terhindar dari
bujuk-rayu tanpa menyebut rela dipenjarakan, pasti cerita jadi lain.
Nouman Ali Khan
menerangkan bahwa ada perbedaan antara astajaaba dengan ajaaba. Astajaaba maksudnya ada rentang waktu untuk mengabulkan
doa. Sedangkan ajaaba langsung dijawab]
Ayat 35 Surah Yusuf
Penyidik menemukan fakta bahwa Nabi Yusuf
tidak bersalah. Dalam meredam godaan
wanita kepada Nabi Yusuf, maka, diputuskan memenjarakannya selama beberapa
waktu.
[Anatomi Nabi Yusuf yang mempesona dikhawatirkan bisa memicu
perempuan untuk menggodanya. Al-Aziz
juga cemas jika istrinya kembali melakukan pelecehan seksual terhadap Nabi
Yusuf. Akhirnya, beberapa politisi sepakat
mengasingkan Nabi Yusuf ke penjara.
Memenjarakan orang
tidak bersalah sesungguhnya melawan hukum.
Ini perbuatan zalim. Dalam kasus
Nabi Yusuf, ada politisi yang khawatir istrinya tergoda. Akbatnya, hukum diingkari demi kestabilan
rumah tangga sejumlah bangsawan Mesir]
Ayat 36 Surah Yusuf
Dijebloskan ke penjara dua pemuda bersama
Nabi Yusuf. Seorang di antaranya bertanya.
“Saya bermimpi melihat diriku memeras
anggur menjadi khamar“. Bertanya pula
yang satu. “Saya bermimpi melihat diriku
menjunjung roti di kepala. Burung
tiba-tiba mematuk roti itu”.
“Informasikan kami interpretasinya. Kami memandangmu berbudi luhur”.
[Ayat ini menerangkan ada rentang waktu. Mustahil kedua narapidana langsung tahu
karakter Nabi Yusuf yang suka berbuat baik.
Keduanya pasti mengamati gerak-gerik Nabi Yusuf. Kemudian bertanya perihal mimpi]
Ayat 37 Surah Yusuf
Nabi Yusuf menjawab: “Saya bukan saja
sanggup menafsirkan mimpimu. Bahkan,
saya bisa memberitahumu jenis makanan yang diberikan tiap hari dalam penjara
sebelum dibawa kepada kalian. Ihwal itu merupakan
ilmu yang diajarkan kepadaku oleh Allah.
Saya telah meninggalkan agama yang tidak percaya kepada Allah. Ingkar pula terhadap Hari Akhirat”.
Ayat 38 Surah Yusuf
“Saya pengikut agama ayahku; Nabi Ibrahim,
Nabi Ishak serta Nabi Ya’qub. Tidak layak
para nabi menyekutukan Allah dengan sesuatu. Mengesakan Allah adalah karunia bagi kami para
nabi dan segenap manusia. Kendati
begitu, mayoritas manusia tidak berterima kasih kepada Allah”.
[Nabi Yusuf menyebut dirinya “pengikut agama ayahku”. Ini untuk memotivasi pendengar khotbahnya
kalau ia keturunan tiga nabi]
Ayat 39 Surah Yusuf
“Hai sahabatku dua narapidana. Apakah berhala-berhala yang beragam bentuknya lebih
baik atau Allah yang Mahatunggal lagi Mahaperkasa?”
Ayat 40 Surah Yusuf
“Berhala yang kalian sembah selain Allah
sekedar nama-nama yang direka-reka oleh kalian dan leluhurmu. Allah tidak pernah menurunkan secuil otoritas
yang membenarkan. Hukum berasal dari Allah.
Tuhan menitahkan supaya kalian jangan
menyembah selain Allah. Itulah agama
yang betul, tetapi, mayoritas manusia tidak paham”.
[Di dalam penjara, Nabi Yusuf berdakwah. Mengajak meninggalkan berhala-berhala. Ayat ini menegaskan jika patung sesembahan
marak di Mesir]
Ayat 41 Surah Yusuf
“Hai sahabatku dua narapidana! Tafsir mimpimu ialah seorang dari kalian akan
bebas. Ia bakal menuangkan arak kepada
tuannya. Sedangkan yang seorang disalib. Burung akan memakan kepalanya. Telah diputuskan perkara yang kalian tanya
kepadaku”.
Ayat 42 Surah Yusuf
Nabi Yusuf berkata kepada orang yang diyakini
selamat di antara dua narapidana: “Sampaikan nasibku kepada tuanmu agar saya
dibebaskan”. Orang itu lupa karena bisik
setan. Akibatnya, Nabi Yusuf tinggal dalam
penjara beberapa tahun.
[Narapidana yang dibebaskan ini tentu bekerja pada politisi yang
berpengaruh. Sebab, Nabi Yusuf meminta
agar nasibnya ditelusuri ulang.
Ayat ini menjelaskan pula
jika setan bisa membuat orang lupa. Fatal
akibatnya karena Nabi Yusuf makin lama mendekam di penjara. Di sini tertera kata bidh’a
yang maksudnya kurang dari 10 tahun]
Ayat 43 Surah Yusuf
Bertitah raja Mesir: “Saya bermimpi melihat
tujuh lembu betina gemuk dimakan oleh tujuh sapi betina kurus. Saya pun melihat tujuh tangkai gandum nan
hijau. Kemudian tujuh bulir lainnya layu.
Hai para pemuka! Terangkan makna mimpi ini kalau kalian pintar
menafsirkan mimpi”.
[Dalam surah ini, penguasa Mesir dinamakan raja (malik), bukan
Fir’aun. Awalnya, Fir’aun adalah nama istana raja. Seiring perputaran zaman,
nama Fir’aun lalu disematkan kepada raja-raja Mesir.
Penguasa Mesir yang
bermimpi ialah Ar-Rayyan bin al-Walid.
Ia raja dari Hyksos. Dinasti ini
mulai memerintah pada 1780 sebelum Masehi.
Hyksos berkuasa selama 150 tahun.
Secara harfiah, kata tu’birun berarti menyeberangi sungai atau sejenisnya. Dalam ayat ini diterjemahkan sebagai makna mimpi. Sedangkan ijaf berarti makan terus-menerus sampai perut terisi penuh]
Ayat 44 Surah Yusuf
Mereka menjawab: “Mimpi baginda minus arti. Kami tidak mahir menafsirkan”.
[ Secara harfiah, kata adhghats berarti seikat
rumput. Sementara ahlam maknanya mimpi buruk atau tanpa makna. Para pembesar menganggap mimpi raja sebagai
ilustrasi yang dikumpulkan dalam sebuah ikatan.
Adhghats ahlam merupakan mimpi
yang bercampur-aduk tanpa arti serta tidak berdasar. Adhghats ahlam juga berarti mimpi yang membingungkan.
Ayat 45 Surah Yusuf
Orang yang bebas dari penjara terkenang
oleh Nabi Yusuf setelah waktu berlalu beberapa lama. “Saya akan memberitahumu orang yang pandai
menafsirkan. Utus saya menemuinya“.
[Kata ummah secara harfiah berarti kumpulan manusia. Pada kasus khusus, kata ini bisa dipakai
untuk menyebut orang yang punya beberapa sifat mulia. Di lain konteks bisa bermakna waktu yang
cukup lama.
Fa arsilun (utus saya) menggunakan pola jamak sebagai pengagungan kepada
raja. Kata ini bisa pula dipahami sebagai
rasa hormat kepada para pejabat pemerintahan yang sedang rapat darurat mengenai
mimpi saat ia minta izin untuk menemui Nabi Yusuf]
Ayat 46 Surah Yusuf
“Hai Nabi Yusuf yang bijak-bestari! Terangkan mimpi perihal tujuh lembu betina tambun
yang dimakan oleh tujuh sapi betina kerempeng.
Lantas tujuh tangkai gandum hijau serta tujuh bulir kering. Takwilkan supaya saya kembali kepada pejabat-pejabat
elit Mesir yang mengutusku. Semoga
mereka mengerti”.
[Tafsir mimpi Nabi Yusuf sangat dibutuhkan. Sebab, raja terguncang oleh mimpinya. Kini, negara dalam keadaan darurat]
Ayat 47 Surah Yusuf
Nabi Yusuf menjawab: “Kalian mesti bercocok
tanam selama tujuh tahun sebagaimana biasa.
Hasil yang kamu panen. Biarkan
pada tangkainya. Sisakan sedikit untuk
kalian makan”.
[Biji gandum yang tetap di tangkainya tidak mengalami perubahan
kecuali kehilangan kandungan air. Elemen ini bagus berkat awet disimpan
sekaligus mudah tumbuh. Kadar air dalam biji gandum mencapai 20,3 persen.
Gandum yang kering tidak gampang busuk. Berbeda kalau dipisah dari tangkai.
Kandungan proteinnya berkurang tiap hari. Bahkan, tidak bisa berkecambah,
tumbuh dan berbuah.
Kulit bagian dalam
gandum mengandung vitamin B. Orang yang
kekurangan vitamin B terlihat kurus, kekurangan darah dan mengalami sariawan
usus.
Suatu hari, Ummu Ayman mengayak gandum. Ia membuang kulit bagian dalam sampai
bersih. Kemudian mengolahnya menjadi
roti untuk Mahanabi Muhammad.
“Apa ini?” tanya Rasulullah.
“Roti”.
“Kembalikan kulit bagian dalamnya kemudian olah”. Maksudnya,
jangan buang kulit bagian dalam gandum.
Gandum terbentuk dari
zat tepung. Gandum terbungkus kulit
bagian dalam yang nyaris sulit dipisah.
Kemudian kulit luar yang keras, tebal dan berserabut. Kalau kulit luar dikupas, maka, gandum
gampang diserang serangga. Hama itu
lantas menerobos kulit bagian dalam yang tipis]
Ayat 48 Surah Yusuf
“Selepas itu akan datang tujuh tahun
kemarau. Menghabiskan bekal yang disiapkan
kecuali sedikit yang kamu simpan sebagai bibit”.
Ayat 49 Surah Yusuf
“Usai paceklik, tiba musim hujan. Rakyat Mesir leluasa memeras buah serta memerah
susu”.
[Buah yang tumbuh di Mesir yaitu anggur, zaitun dan simsim
(sejenis wijen).
Nabi Muhammad berdoa:
“Ya Allah, saya mohon kepadaMu hujan deras yang membawa kebaikan”]
Ayat 50 Surah Yusuf
Raja bertitah: “Bawa ia kepadaku!” Saat utusan menjemput, Nabi Yusuf bersabda. “Kembalilah kepada Paduka Raja. Tanyakan perihal perempuan-perempuan yang melukai
jarinya. Tuhanku Mahatahu muslihat
mereka”.
[Nabi Yusuf mau keluar penjara kalau namanya
direhabilitasi. Ia bukan perayu wanita. Bukan pengkhianat yang tega mencumbu istri
majikannya.
Di sini terlihat jiwa
besar Nabi Yusuf. Ia tidak menuduh istri
al-Aziz, namun, menyebut para wanita yang mengiris tangannya. Padahal, istri Tuan Menteri yang merupakan
sumber petaka.
Ketika Nabi Yusuf
bisa membalas istri al-Aziz, ia justru melindunginya. Menjaga kehormatannya sebagai istri
politisi. Bandingkan dengan ayat 25. Ketika keduanya dipergoki oleh Tuan Menteri. Mendadak istri al-Aziz memfitnah Nabi
Yusuf: “Apa hukuman orang yang mau
memperkosa istrimu!”
Kita tentu tersenyum
melihat penomoran ayat 25 dan 50. Di
ayat 25, ada Tuan Menteri, istrinya dan Nabi Yusuf. Posisi istri al-Aziz kuat karena suaminya
pembesar Mesir. Ia pun menistai Nabi
Yusuf dengan fitnah.
Di ayat 50, keadaan
berubah. Ada raja di istana, Nabi Yusuf di
penjara dan istri al-Aziz di purinya.
Kini, posisi Nabi Yusuf kuat karena raja terkesan dengannya. Walau begitu, ia ternyata tidak membalas
dendam kepada induk semangnya. Nabi
Yusuf menutup aib bekas majikannya]
Ayat 51 Surah Yusuf
Raja bertanya kepada para wanita yang dulu
melukai tangannya. “Bagaimana keadaanmu ketika menggoda Nabi Yusuf. Apakah ia tergiur?” Mereka menjawab: “Mahasempurna Allah! Kami tahu ia tidak berbuat zina”.
Isteri Tuan Menteri menukas: “Sekarang telah
tampak kebenaran yang selama ini tersembunyi.
Saya yang merayunya. Ia tidak
bersalah”.
[Tertoreh catatan bahwa Nabi Yusuf menikahi istri al-Aziz. Sebab, ia diceraikan oleh sang menteri yang
mandul. Keduanya lantas dikarunia dua
anak. Cerita ini menyusup ke catatan
sejarah.
Pertanyaan yang
mengemuka usai dibebaskan dari hotel prodeo, apakah tidak ada gadis belia di
Mesir yang memikat hati Nabi Yusuf untuk diperistri? Hingga, merelakan diri menjadi suami bekas
ibu angkatnya]
Ayat 52 Surah Yusuf
Nabi Yusuf bersabda: “Pengakuan ini tentu membuat Tuan Menteri
yakin kalau saya tidak berkhianat sewaktu ia tidak berada di kediamannya. Allah tidak merestui perbuatan zina”.
Ayat 53 Surah Yusuf
“Saya tidak mengklaim diri bebas dari
kesalahan. Nafsu senantiasa menyuruh
melakukan kejahatan, kecuali nafsu yang diberkahi dengan kasih sayang oleh
Tuhan. Allah Mahapengampun. Di sisi Allah melimpah-ruah kasih-sayang”.
Ayat 54 Surah Yusuf
Usai mendengar pengakuan
perempuan-perempuan tersebut, maka, raja bertitah: “Bawa Nabi Yusuf kemari. Saya hendak menjadikannya staf khusus pribadi”.
Usai berdialog dengan Nabi Yusuf, maka,
Sri Baginda berkata: “Hari ini kamu berkedudukan
tinggi. Terpercaya di sisi kami“.
[Posisi tinggi dan terpercaya merupakan anugerah besar bagi Nabi
Yusuf. Musuh-musuhnya dari kalangan elit
politisi yang menjebloskannya ke penjara pasti repot mengusik.
Ayat ini menandaskan
pula bahwa umat Islam boleh menerima jabatan dari penguasa non-Muslim. Dengan catatan, menegakkan kebenaran sembari
tidak terlena budaya non-Islam]
Ayat 55 Surah Yusuf
Nabi Yusuf berkata: “Jadikan saya mangkubumi. Saya bisa dipercaya untuk jabatan ini. Paham pula tata caranya”.
[Nabi Yusuf minta dijadikan ala khazain al-ardh. Frasa ini berarti penanggung jawab lumbung
kekayaan bumi. Ini mencakup sumber daya
alam, hasil panen dan semua kebutuhan manusia.
Dalam ayat ini,
jabatan yang diminta Nabi Yusuf diterjemahkan sebagai mangkubumi. Dalam bahasa Indonesia, mangkubumi
dimaksudkan sebagai bendahara atau Perdana Menteri. Padanan ala khazain al-ardh repot
ditemukan dalam Bahasa Indonesia.
Apalagi, Nabi Yusuf juga tergolong pakar ekonomi.
Usai dilantik sebagai
mangkubumi, maka, Nabi Yusuf memerintahkan supaya kota dan desa di seluruh
Mesir membangun lumbung. Perhatian
khusus tertuju pada kota Fayoum. Nama ini berasal dari bahasa Koptik (Mesir
Kuno) yang bercampur dengan bahasa Yunani.
Diambil dari kata phiom atau payoum yang artinya danau atau laut.
Di kawasan Fayoum memang ada danau besar.
Di kota Fayoum ada
peninggalan sistem pertanian pertama di dunia. Warga Mesir yakin jika penemu
sistem pertanian tersebut adalah Nabi Yusuf. Kini, sistem pertanian itu masuk
dalam warisan dunia yang diakui PBB. Di
samping sistem pertanian, terdapat pula kanal besar yang mashur sebagai Bahr Yusuf (Sungai Nabi Yusuf). Airnya
bersumber dari sungai Nil yang berjarak 100 km.
Nabi Yusuf dipercaya membuat kincir untuk mengairi kota Fayoum]
Ayat 56 Surah Yusuf
Kami beri kedudukan Nabi Yusuf di Mesir. Ia leluasa berkunjung menjelajah wilayah demi
wilayah. Kami limpahkan kasih sayang
kepada siapa yang dikehendaki. Kami
tidak sia-siakan pahala pelaku kebajikan.
[Ayat ini menunjukkan Nabi Yusuf sering hadir di berbagai daerah
untuk melihat langsung kondisi rakyat. Ia
berkeliling untuk mendengar, bertanya, membangun hubungan seraya mencari kemungkinan-kemungkinan
baru. Interaksi dengan rakyat merupakan
jalan terbaik untuk melakukan kesinambungan tindakan agar tujuan tercapai.
Al-Qur’an menggunakan kata yatabawwa yang secara harfiah berarti menempati suatu tempat. Dalam terjemah ini dimaksudkan “berkunjung
menjelajah wilayah demi wilayah”]
Ayat 57 Surah Yusuf
Pahala di Akhirat lebih baik bagi insan
saleh yang selalu bertakwa.
Ayat 58 Surah Yusuf
Paceklik tiba. Saudara-saudara Nabi Yusuf ke Mesir. Mereka masuk ke gudang logistik. Nabi Yusuf mengenalnya. Sementara mereka tidak.
[Kemarau bukan hanya melanda Mesir. Negara di sekitar Mesir ikut merasakan
paceklik. Kan’an, tempat berdomisili
Nabi Ya’qub ikut dilanda kemarau.
10 putra Nabi Ya’qub
tidak menyadari bahwa Nabi Yusuf kini memangku jabatan sebagai al-Aziz. Dulu, 10 pria ini membanggakan diri nahnu ushbah. Kini, posisi terbalik karena
Nabi Yusuf adalah Sri Pasuka.
Kala Nabi Yusuf
dilempar ke sumur, ia masih bocah.
Sesudah waktu berlalu beberapa tahun, perawakan Nabi Yusuf berubah. Wajahnya makin gagah, ototnya kian kekar
serta suaranya pun berubah. Sementara
kakak-kakaknya saat itu remaja.
Perubahan wajah mereka hanya sedikit.
Ini yang membuat Nabi Yusuf cepat mengenali saudara-saudaranya. Apalagi, mereka selalu beriringan 10 orang,
khas orang kampung.
10 putra Nabi Ya’qub tidak
mengenali Nabi Yusuf karena memakai penutup wajah. Nabi Yusuf sengaja menggunakan penutup muka
demi menghindari fitnah dan kegaduhan publik yang terpesona oleh ketampanannya]
Ayat 59 Surah Yusuf
Tatkala Nabi Yusuf menyiapkan bahan
makanan untuk mereka. Ia bersabda: ”Di kesempatan berikut, bawa kepadaku saudaramu
yang seayah. Kalian sudah melihat. Saya memberimu takaran yang sempurna. Saya penerima tamu yang baik”.
[Ayat ini menjabarkan kalau Nabi Yusuf dengan kakak-kakaknya sempat
berdialog secara intens. Mereka
mengungkap keadaan keluarganya di Kan’an.
Hingga, Nabi Yusuf tahu kondisi ayah serta adiknya. Tanpa dialog, pasti saudara-saudaranya
curiga. “Mengapa al-Aziz tahu ada
saudara kita yang seayah?”
Dalam ayat ini, kakak-kakak Nabi Yusuf
menggunakan kata ”akh” (saudara) dalam bentuk nakirah (indefinit), bukan ma’rifah (definitif). Ini yang disitir Nabi Yusuf; ‘saudaramu yang
seayah”.
Tujuan pemakaian kata
“akh” karena para putra Nabi Ya’qub menyangka Sri
Paduka tidak tahu masalah tentang adik mereka yang bernama Yusuf.
Dalam merangkum
hikayat di ayat ini, al-Qur’an melakukan pemadatan teks (ijaz). Ayat ini dirangkum dalam kalimat padat yang
ringkas.
Ayat ini juga menerangkan
kecerdikan Nabi Yusuf. Ia sengaja
berlaku baik untuk menarik simpati saudara-saudaranya. Ia menanamkan budi baik agar mereka bersedia
membawa saudara bungsunya.
“Saya penerima tamu
yang baik” menunjukkan bahwa Nabi Yusuf sempat menjamu khusus mereka di purinya.]
Ayat 60 Surah Yusuf
“Kalau kalian tidak membawanya. Tiada lagi hakmu memperoleh jatah. Jangan pernah menemuiku!”
[Sesudah bermanis kata, Nabi Yusuf menekan ketat agar jangan
menemuinya tanpa si bungsu. Inilah yang
dinamakan kiss
to kill, membelai lalu melumpuhkan. Tentu
10 saudaranya gugup dan gentar. Mereka pasti tidak punya opsi lain kecuali
mendatangkan adik termuda]
Ayat 61 Surah Yusuf
Mereka menyahut: “Nanti kami bujuk bapaknya
agar ia izinkan ke sini. Kami berupaya
melaksanakan pesanmu”.
[Sanuraawidu bermakna berusaha mengubah pikiran seseorang agar selaras dengan apa
yang kita inginkan]
Ayat 62 Surah Yusuf
Nabi Yusuf menyuruh pegawainya. “Taruh kembali barang-barang penukar mereka ke
karung-karungnya. Mereka bakal tahu saat
sampai di rumah. Semoga mereka kembali
lagi”.
[Nabi Yusuf sengaja mengembalikan secara sembunyi-sembunyi
supaya tahun depan saudara-saudaranya punya barang untuk ditukar dengan bahan
makanan.
Ini menunjukkan kalau
kehidupan keluarga Nabi Ya’qub sangat memprihatinkan akibat kemarau. Mereka terjerat kemiskinan]
Ayat 63 Surah Yusuf
Ketika kembali kepada sang bapak. Mereka berujar: “Ayah! Ada larangan memperoleh bekal bila adik bungsu
kami tidak ikut. Biarkan ia bersama kami
demi memperoleh jatah. Kami pasti melindungi
secara cermat”.
Ayat 64 Surah Yusuf
Nabi Ya’qub menukas: “Saya tidak menaruh
kepercayaan kepadamu untuk melindunginya sebagaimana abangnya dulu. Saya hanya mengandalkan Allah. Ia pelindung terbaik. Allah Mahapengasih di antara para penyayang”.
Ayat 65 Surah Yusuf
Ketika membongkar muatan. Mereka menemukan barang penukarnya
dikembalikan. Mereka berseru riang: “Ayah!
Apa lagi yang ingin kami bilang. Ini barang penukar kita dikembalikan! Dengan kemurahan hati Sri Paduka, tentu kami dapat
membawa lebih banyak lagi bahan makanan untuk keluarga kita. Kami pun mampu menjaga saudara kami. Nanti kami mau meminta tambahan sebanyak
muatan seekor unta. Tambahan itu kecil bagi
penguasa Mesir”.
Ayat 66 Surah Yusuf
Nabi Ya’qub bertutur: ”Saya tidak melepaskan ia pergi bersamamu
tanpa janji teguh atas nama Allah.
Kalian bersumpah membawanya kembali kepadaku dengan selamat, kecuali kalian
dalam bahaya”. Saat mereka bersumpah, Nabi
Ya’qub bersabda: “Allah saksi atas ucapan ini”.
[Sumpah ini tidak berlaku jika mereka kena musibah. Sebagai contoh, mereka dikepung musuh atau mati
dalam perjalanan]
Ayat 67 Surah Yusuf
Ayahnya melanjutkan: “Hai putra-putraku! Jangan masuk ke Mesir dari sebuah gerbang. Masuklah dari pintu berbeda. Sebenarnya nasehat ini tidak mampu
menyelamatkanmu dari takdir Allah. Keputusan
menetapkan segala sesuatu cuma Allah. Saya
berserah diri kepada Allah. Kepada Allah
saja bertawakal orang yang hendak berserah diri”.
[Nabi Ya’qub mengimbau anak-anaknya supaya berpencar ketika
memasuki kota. Ini bisa menghindarkan
mereka dari pandangan dengki. Apalagi,
11 putra Nabi Ya’qub bertampang tampan.
Masuk dari gerbang berlainan merupakan antisipasi terhadap bahaya atau
jebakan]
Ayat 68 Surah Yusuf
Mereka masuk selaras arah yang dianjurkan ayahnya. Perintah itu tetap tak sanggup menyelamatkan
mereka dari takdir Allah. Anjuran
tersebut sekedar hasrat Nabi Ya’qub agar anak-anaknya selamat. Pada diri Nabi Ya’qub ada pengetahuan. Kami mengajarnya beragam aspek. Mayoritas manusia tidak tahu rahasia di balik
takdir Tuhan.
Ayat 69 Surah Yusuf
Saat mereka menemui Nabi Yusuf, maka, Nabi
Yusuf mengarahkan adiknya ke suatu bilik.
Ia berkata: “Saya Yusuf, kakakmu! Jangan lagi berduka akibat perbuatan mereka
di masa silam”.
Ayat 70 Surah Yusuf
Kala disiapkan bekal. Nabi Yusuf meletakkan cawan istana di karung
saudara kandungnya. Terdengar penyeru
berseru: ”Hai kafilah! Kalian pencuri!“
[Bejana minum raja atau cawan istana. Terbuat dari perak atau emas]
Ayat 71 Surah Yusuf
Mereka bertanya kepada penuduh. “Barang apa yang hilang?”
Ayat 72 Surah Yusuf
Penyeru menjawab: “Kami kehilangan bejana
minum raja. Siapa mengembalikan diberi hadiah
berupa bahan makanan seberat beban seekor unta.
Saya jamin!”
[Penuduh sangat yakin jika seorang anggota kafilah itu maling]
Ayat 73 Surah Yusuf
Putra-putra Nabi Ya’qub menampik: “Demi
Allah! Kamu tahu kalau kedatangan kami
bukan untuk berbuat onar di kota ini.
Kami bukan maling!”
[Kita biasa bersumpah mengucap
wallahi (demi Allah). Dalam kasus ini, sumpah yang didengungkan
ialah tallahi (demi Allah). Sumpah ini mengandung makna ketidaktahuan, kaget,
perasaan heran, takjub, berserah diri atau pengakuan dosa. Sumpah ini
mengekspresikan sikap tunduk kepada Allah.
Tallahi muncul empat kali di ayat
73, 85, 91 serta 95]
Ayat 74 Surah Yusuf
Penyeru bertanya: “Apa hukuman bagi si
pencuri bila kalian berdusta!”
Ayat 75 Surah Yusuf
Mereka menjawab: “Kalau benda itu
ditemukan di kantong pelananya, berarti ia sendiri tebusannya. Dijadikan budak!” Kami pun membalas pelaku kejahatan.
[Pencuri di Mesir didenda
secara materi. Ia disuruh membayar
senilai barang yang dicuri. Sementara
hukum Nabi Ya’qub menetapkan bahwa maling harus dipekerjakan sesuai kadar
curiannya. Bisa sebulan, setahun atau
lebih. Maling dihukum untuk menebus
dirinya sendiri.
Di zaman Nabi Muhammad, tangan pencuri
tidak dipotong kalau yang dicuri kurang dari harga sebuah perisai kulit atau
besi (seperempat dinar).
“Kami pun membalas pelaku kejahatan”, merupakan
komentar Allah. Ini sebagai respons
terhadap anak-anak Nabi Ya’qub yang dulu berlaku lalim terhadap Nabi
Yusuf. Keliru kalau ada mufassir mengatakan bahwa komentar itu ditujukan kepada adik Nabi Yusuf. Sebab, sang adik bukan pencuri yang harus
dihukum. Skenario penangkapan si bungsu
merupakan bentuk kasih sayang Allah agar Nabi Yusuf bisa dekat dengan adiknya]
Ayat 76 Surah Yusuf
Nabi Yusuf menggeledah barang mereka. Ketika memeriksa karung adiknya, ia menemukan
benda yang hilang. Kami mendesain
rencana Nabi Yusuf. Ia mustahil
menangkap adiknya menurut undang-undang raja, kecuali Allah menghendaki. Kami angkat derajat kepada siapa Kami berkenan.
Di atas tiap makhluk berilmu pasti ada Allah
yang Mahaberpengetahuan.
[Nabi Yusuf tidak bisa menahan seseorang tanpa bukti
kesalahan. Hukum di Mesir tidak
memperkenankan penangkapan tanpa alasan jelas.
Di luar perhitungan, ternyata saudara-saudara Nabi Yusuf sendiri yang
menawarkan hukum Nabi Ya’qub. Nabi Yusuf
tentu gembira bisa merebut adiknya. Pengambil-alihan
si bungsu tidak lepas dari petunjuk Allah sebagai zat pemilik segala ilmu.
Ayat ini mengabarkan
bahwa di Mesir hukum adalah panglima.
Peradaban Mesir sangat maju, termasuk di bidang militer dan hukum. Nabi Yusuf saja tidak kuasa merebut adiknya
begitu saja. Padahal, ia orang nomor dua
dalam pemerintahan setelah raja]
Ayat 77 Surah Yusuf
Mereka menerangkan: ”Ia mencuri karena dulu
kakak kandungnya juga maling!” Nabi
Yusuf menyembunyikan kejengkelannya mendengar ucapan yang menyinggung perasaan
itu. Hatinya berbisik. “Perangai kalian justru lebih buruk. Allah Mahatahu apa yang kalian utarakan”.
[Ketika masih kecil, Nabi Yusuf pernah mencuri berhala. Ia lalu merusak patung sesembahan itu. Sebuah perbuatan yang juga pernah dilakukan
oleh Nabi Ibrahim, leluhurnya
Di sisi lain, juga
ada hikayat kalau Nabi Yusuf sangat menyukai sabuk warisan Nabi Ishaq. Di suatu kesempatan, sabuk itu hilang dari
peti.
Ketika dicari, sabuk
itu ternyata melilit di balik baju Nabi Yusuf.
Ia pun dituduh pencuri. Padahal,
ibunya yang memakaikan sabuk itu karena tahu Nabi Yusuf sangat menyukai warisan
kakeknya]
Ayat 78 Surah Yusuf
Mereka membujuk: “Duhai Sri Paduka! Bapaknya sangat tua. Ambillah seorang di antara kami sebagai ganti. Kami memandangmu insan berbudi luhur“.
Ayat 79 Surah Yusuf
Nabi Yusuf menampik: “Saya berlindung
kepada Allah dalam menahan seseorang. Saya
hanya menciduk orang yang mencoleng barang kami. Bila menangkap orang lain, niscaya kami dituding
zalim”.
Ayat 80 Surah Yusuf
Mereka putus asa dalam menggapai welas
asih Nabi Yusuf. Mereka lantas menjauh dari
hiruk-pikuk. Berunding secara rahasia. Bertutur yang paling cerdas: “Ayah telah
mengambil janji teguh dengan kalian atas nama Allah. Sebelumnya, kalian sudah mencampakkan Nabi Yusuf. Saya tak mau meninggalkan kota ini sebelum
ayah mengizinkan untuk kembali atau Allah menetapkan keputusan terhadapku. Allah hakim paling adil”.
[Dalam ayat ini tidak disebutkan secara spesifik siapa yang
melontarkan kalimat ini. Mayoritas
mufassir menganggap kakak tertua.
Sementara Abul Fadhl Hubaisy Tiblisi bersama Dr Mehdi Mohaqqeq
menuturkan bahwa anak Nabi Ya’qub yang paling tinggi ilmunya.
Oknum ini enggan
kembali ke Kan’an. Ia malu dan takut
pulang kecuali kebenaran cerita sudah dicek secara teliti oleh Nabi Ya’qub]
Ayat 81 Surah Yusuf
“Pulanglah kepada ayah. Katakan:
Duhai ayah! Anakmu mencuri. Kami cuma memberi kesaksian terhadap kejadian
yang kami lihat. Tiada kami tahu
peristiwa yang belum terjadi”.
Ayat 82 Surah Yusuf
“Tanyalah warga kota ini. Kemudian kafilah yang datang bersama kami. Pasti kami dikenal jujur”.
Ayat 83 Surah Yusuf
Mereka balik menemui sang ayah. “Kalian sendiri yang menilai baik perbuatan
buruk itu. Saya berusaha bersabar dengan
kesabaran terbaik. Semoga Allah
mengembalikan ketiga anakku. Ia Mahatahu
Mahabijaksana”.
[Nabi Ya’qub tidak memakai kata tatsniyyah (dual) yang merujuk ke Nabi Yusuf dan adiknya. Ia menggunakan bihim (jamak). Maksudnya, semoga Allah mengembalikan Nabi Yusuf, kakaknya
dan yang bungsu]
Ayat 84 Surah Yusuf
Nabi Ya’qub berpaling dari putra-putranya
seraya merintih. “Alangkah sedih hatiku
kehilangan Nabi Yusuf”. Bola matanya
memutih lantaran tangis duka. Ia memendam
amarah terhadap anak-anaknya.
[Nabi Ya’qub berpaling menjauhi putranya karena merasa kena tipu
lagi sebagaimana kasus Nabi Yusuf]
Ayat 85 Surah Yusuf
Mereka berkata: “Demi Allah! Tiada henti ayah mengingat Nabi Yusuf. Akibatnya, ayah mengidap penyakit kronis atau
menjelang binasa”.
[Nouman Ali Khan menilai istilah taftauw, al-haradh serta al-halikin sebagai
kata yang jarang digunakan. Elemen ini
karena situasi maupun kondisi yang dialami Nabi Ya’qub juga jarang terjadi. Tiga anaknya hilang. Ia sendiri buta sekaligus pikun.
Saya sepakat jika
Anda membayangkan bahwa tubuh Nabi Ya’qub pasti kurus-kering. Bukan saja karena memikirkan nasib tiga
anaknya, tetapi, kampungnya ikut dilanda paceklik. Bahan makanan susah diperoleh. Lebih parah lagi karena ia miskin.
Al-haradh berarti kerusakan pada tubuh atau akal gara-gara rasa sedih, cinta
atau pikun. Penderita tergolong setengah
mati]
Ayat 86 Surah Yusuf
Nabi Ya’qub menjawab: “Kepada Allah saja
saya mengadukan nelangsaku. Saya tahu
lewat wahyu sesuatu yang kalian tidak paham”.
[al-batsts artinya sering bersedih. Sedangkan al-huzn ialah kepedihan di hati]
Ayat 87 Surah Yusuf
“Hai anakku! Cari kabar mengenai Nabi Yusuf serta saudaranya. Jangan putus asa dari kasih sayang Allah. Tiada yang putus harapan dari rahmat Allah kecuali
gerombolan kafir”.
[Ketika Nabi Ya’qub memerintahkan mencari Nabi Yusuf, kita bisa
membayangkan keterkejutan mereka. Kaget
karena sang ayah percaya Nabi Yusuf belum meninggal. Ini pertanda sandiwara mereka dulu tidak
apik. Sekarang mencari Nabi Yusuf itu
harus dimulai dari mana. Sumur yang
menjadi awal petaka tidak bisa diinterogasi.
Jejak Nabi Yusuf di sekitar sumur sudah puluhan tahun hilang terkubur
badai padang pasir.
Saat Nabi Ya’qub
menyuruh putra-putranya mencari saudaranya yang hilang. Ia menggunakan kata tahassasu yang secara harfiah berarti cari kabar. Kata tahassus dipakai untuk aspek kebaikan.
Berbeda dengan tajassus yang
artinya mencari berita untuk keburukan.
Sebagai contoh, mata-mata yang mengorek berita untuk menimpakan bencana
kepada lawan.
Tahassasu melibatkan seluruh panca indera sekaligus wahana logis (penarikan
kesimpulan yang bisa pula dibantu pihak kepolisian bila terjadi di masa
sekarang) dalam mengorek berita. Tahassasu biasa diikuti kata sambung atau partikel ‘an. Dalam ayat ini diikuti
partikel min. Ini menunjukkan Nabi Ya’qub menyuruh menelisik
seluruh elemen seraya mencari sebagian informasi perihal Nabi Yusuf dan
saudaranya. Mereka diimbau mengitari
segala kemungkinan guna merangkum serpihan informasi.
Di ayat ini ada kata ar-rauh (sesuatu yang menggembirakan untuk dinikmati). Kemudian kata istayasu (putus asa). Kata ini dianggap lebih tegas ketimbang ya’su.
Tambahan sin dan ta memuat makna hiperbolis]
Ayat 88 Surah Yusuf
Putra-putra Nabi Ya’qub menghadap kepada Nabi
Yusuf. “Duhai Sri Paduka. Kami bersama keluarga sengsara gara-gara kemarau. Kami datang membawa barang kurang berharga
sebagai penukar bahan makanan. Berilah kami
sukatan yang penuh. Bersedekahlah kepada
kami. Allah membalas secara baik insan
yang berderma”.
[Bidha’ah muzjah secara harfiah berarti barang diberikan sedikit demi sedikit.
Sangat ironis karena dulu mereka
membanggakan diri bahwa kami kelompok kuat (nahnu ushbah). Kini, mereka menundukkan kepala dengan suara
memelas untuk dikasihani. Mereka
pecundang di hadapan bekas mangsanya]
Ayat 89 Surah Yusuf
Nabi Yusuf bersabda: “Masih ingatkah kalian? Betapa jahat kelakuanmu terhadap Yusuf serta
adiknya tanpa mempertimbangkan akibatnya?”
[Nabi Yusuf membuka penutup wajahnya seraya bersabda: “Masih
ingatkah kalian? Betapa jahat kelakuanmu
terhadap Yusuf dan adiknya tanpa mempertimbangkan akibatnya?”]
Ayat 90 Surah Yusuf
Mereka bertanya heran. “Apakah kamu Yusuf?” Ia menyahut: “Saya Yusuf. Ini adikku. Allah mengaruniakan nikmat kepada kami. Siapa bertakwa dan bersabar. Pasti Allah tidak menyia-nyiakan pahala pelaku
kebaikan”.
[Di sini Nabi Yusuf langsung menyebut Allah usai memperkenalkan
diri. Ini menunjukkan identitas
ketakwaannya]
Ayat 91 Surah Yusuf
Mereka berkata: “Demi Allah! Tuhan mengutamakan kamu dibandingkan kami. Kami ini pedosa”.
[al-khathi adalah orang yang berdosa gara-gara sengaja
melakukan kesalahan. Sementara al-mukhthi yakni berniat berbuat baik, namun, tanpa
sengaja berbuat kesalahan]
Ayat 92 Surah Yusuf
Nabi Yusuf bersabda: “Hari ini, kalian tidak
dipersalahkan! Allah akan mengampunimu. Ia Mahapengasih di antara semua penyayang”.
[Ucapan Nabi Yusuf terbukti benar. Sampai hari ini, saudara-saudaranya tak
dicerca. Tidak dipersalahkan. Mereka justru menjadi hikmah bagi insan
beriman]
Ayat 93 Surah Yusuf
“Pulanglah membawa bajuku ini. Sapukan di wajah ayah supaya ia bisa melihat. Bawa segenap keluargamu kepadaku”.
[Sabda Nabi Yusuf ini menjadi awal kebangkitan Yahudi. Berbilang tahun sampai kedatangan Nabi Musa,
keturunan Nabi Ya’qub menjadi penggerak roda pembangunan di Mesir. Mereka berprofesi arsitek dan buruh]
Ayat 94 Surah Yusuf
Tatkala kafilah saudara-saudara Nabi Yusuf
menapak perjalanan menuju Kan’an, maka, Nabi Ya’qub bertutur kepada kerabatnya:
“Saya mencium aroma Nabi Yusuf. Andai
tidak menuduhku pikun. Kalian pasti percaya”.
[Riha berarti aroma atau bau. Nabi Ya’qub memakai
kata ini karena maknanya lebih luas.
Nabi Yusuf ada di Mesir, namun, ia merasakan aromanya. Kata yang juga bermakna bau ialah raihah. Kata
ini berarti aroma yang dicium panca indera.
Dalam al-Qur’an, kata
riha punya empat makna yakni aroma, kekuatan,
angin serta azab.
Al-fanad ialah lemah akal dan penglihatan.
Sedangkan al-kharaf bermakna
pikun karena tua]
Ayat 95 Surah Yusuf
Keluarganya berkata: “Demi Allah! Kamu
masih pikun seperti dulu”.
Ayat 96 Surah Yusuf
Kafilah pembawa kegembiraan itu tiba. Kemudian baju Nabi Yusuf diusapkan ke wajah
Nabi Ya’qub. Spontan matanya melihat. Nabi Ya’qub bersabda: “Sudah kukatakan
kepadamu. Saya tahu dari Allah apa yang
kalian tidak paham”.
[Ada dugaan pembawa baju itu juga yang dulu membawa baju Nabi
Yusuf dengan darah palsu. Ia ingin
menebus kesalahannya yang telah menipu Nabi Ya’qub dengan baju berlumur darah
palsu.
Allah menegaskan
bahwa kisah dalam surah ini sangat indah.
Ini bisa ditelusuri lewat kronologi cerita. Simbol dalam kisah ini yakni baju Nabi Yusuf. Ditampilkan di awal cerita pada ayat 18.
Baju itu menjadi
harapan dalam menyingkirkan Nabi Yusuf.
Skenario mereka tidak cermat. Sebab,
baju itu tidak meyakinkan Nabi Ya’qub jika Nabi Yusuf sudah mati. Mereka justru melihat ayahnya terkapar sedih. Bahkan, Nabi Ya’qub akhirnya buta diiringi
penurunan kesehatan.
Menjelang akhir
cerita di ayat 96, baju Nabi Yusuf menjadi pelita benderang bagi Nabi
Ya’qub. Ia kembali bisa melihat. Hingga, anak-anak dan kerabatnya
bersuka-cita.
Kisah-kisah modern
berupa novel atau film teramat mengesankan bila unsur di awal kisah ditampilkan
lagi di akhir]
Ayat 97 Surah Yusuf
Berkata putra-putra Nabi Ya’qub: “Duhai
ayah. Mohonlah ampun terkait dosa-dosa
kami. Kami bersalah!”
Ayat 98 Surah Yusuf
Nabi Ya’qub bersabda: “Nanti saya mohonkan
ampun bagimu kepada Tuhan. Ia Mahapengampun. Ia Mahapenyayang”.
[Ayat ini menegaskan kalau
Nabi Ya’qub tidak langsung memohonkan ampun bagi 10 anaknya. Kemungkinan pada saat itu suasana sangat gaduh
oleh rasa gembira karena tiga putra Nabi Ya’qub telah ditemukan. Apalagi, Nabi Yusuf menjadi al-Aziz di luar
negeri. Berita bahwa Nabi Yusuf masih
hidup pasti sangat membahagiakan. Bahkan,
ia pejabat tinggi Mesir. Seisi kampung
Kan’an teraduk-aduk oleh rasa senang serta tidak percaya.
Nabi Muhammad bersabda: “Nabi Ya’qub
menundanya sampai ke waktu sahur. Doa
waktu sahur pasti dikabulkan”]
Ayat 99 Surah Yusuf
Saat Nabi Ya’qub bersama keluarganya menemui
Nabi Yusuf. Nabi Yusuf segera memeluk ayah-ibunya
sambil berseru: “Selamat datang di Mesir!
Insya Allah kalian aman sentosa”.
[Banyak kitab tafsir mengatakan bahwa ibunda Nabi Yusuf di sini ialah
ibu tiri. Ulama seolah sepakat bahwa ibu
kandung Nabi Yusuf sudah wafat. Perlu
diklarifikasi ulang, dari mana para ulama dan cendekiawan Muslim menarik
kesimpulan bahwa ibu kandung Nabi Yusuf sudah meninggal.
Al-Qur’an memang hanya menyebut ibunda Nabi
Yusuf di ayat 99 serta 100. Kendati
disebut dua kali di episode akhir hikayat, tidak berarti ibunda Nabi Yusuf
sudah wafat.
Saya setuju pendapat
Ibnu Jarir yang menganggap ibu kandung Nabi Yusuf masih hidup. Ia bersama Nabi Ya’qub ke Mesir memenuhi
undangan putranya]
Ayat 100 Surah Yusuf
Nabi Yusuf mendudukkan ayah-ibunya di singgasana.
Lantas semua merebahkan diri menghormat
kepada Nabi Yusuf sebagaimana adat raja Mesir. Nabi Yusuf bersabda: “Duhai ayahku! Ini takwil mimpiku dulu. Allah menjadikannya nyata. Ia melimpahkan kebaikan kepadaku dengan
membebaskan diriku dari penjara. Ia
membawa kamu ke sini dari dusun gurun sesudah setan menebar benih perselisihan
antara saya dengan saudara-saudaraku. Tuhan
Mahalembut terhadap yang Ia rencanakan.
Ia Mahatahu. Mahabijaksana dalam
mengatur takdir”.
[Hormat dengan cara sujud diperkenankan karena tak termasuk
ibadah. Ini bukan sujud ritual, namun, corak
dari aneka model penghormatan.
Dalam ayat ini,
Kan’an disebut badwun (kampung padang pasir). Sebab, bukan metropolitan seperti Mesir.
Nabi Yusuf menyebut
pembebasan dirinya dari penjara. Ia
tidak menyebut penyelamatan dirinya dari sumur agar 10 saudaranya tidak malu
serta tertekan di hari yang bahagia.
Padahal, penyelamatan dari sumur itu merupakan awal kehidupan Nabi Yusuf.
Nabi Yusuf juga tidak
menyalahkan saudara-saudaranya. Ia
menyalahkan setan yang menanam benih kejahatan di hati kakak-kakaknya.
Ayat ini juga
menampik dongeng bahwa Nabi Yusuf mengawini janda al-Aziz, mantan
majikannya. Jika ia memperistrinya,
mustahil Nabi Yusuf menyinggung pembebasan dirinya dari penjara. Ia muskil mengutarakannya agar sang istri yang
berada di sisinya tidak merasa bersalah karena dulu mencampakkannya ke penjara.
Di ayat 4 ketika
kisah ini bermula, Nabi Yusuf berbicara dengan Nabi Ya’qub perihal mimpi. Kini, di akhir hikayat di ayat 100 ini,
kembali Nabi Yusuf berbincang dengan Nabi Ya’qub mengenai mimpi.
Di Mesir, Nabi Ya’qub
bersama anak-anaknya mendiami Jasan (Jasyan) sebelah utara Bilbis, sekarang
berubah nama menjadi Safth al-Hanah]
Ayat 101 Surah Yusuf
“Ya Tuhanku! Engkau mengaruniakan kepadaku kuasa pemerintahan sebagai wakil raja. Mengajarku tafsir mimpi. Wahai Tuhan pencipta langit serta bumi! Engkau pelindungku di dunia dan Akhirat. Wafatkan saya sebagai Muslim. Gabungkan diriku dengan insan saleh”.
[Di ayat ini tertoreh min (sebagian) yang
berfungsi penghubung. Jadi, bukan
“sebagian kerajaan”, tetapi, “kerajaan”.
Dalam terjemah ini, aatawtanii minal mulki saya artikan "menjadikanku sebagai wakil raja".
Ayat ini menjabarkan
bahwa Nabi Yusuf sebenarnya wakil raja, bukan lagi mangkubumi. Raja pasti senang dengan kehadiran Nabi Yusuf
sebagai wakil. Ia tidak khawatir
kekuasaannya akan direbut Nabi Yusuf.
Sebab, para nabi tidak gila kuasa.
Mereka cuma terobsesi bagaimana menjadikan manusia beriman kepada Allah.
Di puncak
kejayaannya, Nabi Yusuf pun disatukan kembali dengan keluarganya, khususnya
kedua orangtuanya. Kendati demikian, ia
berharap kepada Allah digabungkan dengan insan saleh.
Detik-detik sebelum
mangkat, Nabi Muhammad berdoa sambil mengangkat jari: “Ya Allah, tempatkan saya
bersama insan yang tinggi derajatnya (ar-rafiqul a’la)”. Ia mengulang doa ini tiga kali.
Muslim di ayat ini bermakna “berserah diri
mengakui Allah sebagai satu-satunya Tuhan”.
Pengertian muslim terus berkembang sesuai perjalanan waktu. Puncaknya pada Islam yang merupakan agama
paripurna. Muslim menjadi pengakuan
total dengan beban yang lebih banyak.
Nabi Yusuf mangkat di
Mesir. Berita bombastis mewartakan bahwa
jenazahnya diboyong ke gua al-Makfilah di Kota Hebron (al-Khalil), Palestina. Sulit membayangkan kaum Yahudi tidak mengenal
secara jelas kisah Nabi Yusuf, tetapi, mereka tahu kuburannya]
Ayat 102 Surah Yusuf
Kisah Nabi Yusuf merupakan warta gaib yang
Kami wahyukan kepadamu (wahai Nabi Muhammad).
Kamu tidak hadir di sana sewaktu mereka merancang siasat jahat terhadap
Nabi Yusuf.
Ayat 103 Surah Yusuf
Mayoritas manusia tidak mau beriman. Meski kamu berhasrat besar agar mereka beriman.
Ayat 104 Surah Yusuf
Kamu tidak meminta kepada mereka secuil
upah tentang seruan al-Qur’an. Al-Qur’an
tiada lain peringatan dari Allah bagi alam semesta.
Ayat 105 Surah Yusuf
Banyak
tanda kekuasaan Allah di langit serta bumi.
Mereka saksikan berkali-kali di waktu pagi dan petang. Mereka teledor! Tidak hirau!
Ayat 106 Surah Yusuf
Mayoritas tak beriman kepada Allah. Bahkan, mereka mempersekutukan dengan
sesembahan lain.
[Islam merupakan agama yang selaras akal. Ayat-ayatnya bisa dibuktikan secara
ilmiah. Kendati sejalan pikiran, namun,
mayoritas manusia mengingkarinya. Mereka
justru menganut agama patung. Menyembah
berhala yang mereka buat sendiri]
Ayat 107 Surah Yusuf
Apakah cecunguk kafir merasa aman dari azab
Allah? Aman dari Kiamat yang mendadak datang
tanpa disadari?
[al-Ghasyiyah ialah azab yang mengurung manusia. Nabi Muhammad bersabda: “Kiamat makin
dekat. Ilmu akan dicabut. Fitnah bermunculan. Sifat kikir merajalela. Terjadi banyak pembunuhan”]
Ayat 108 Surah Yusuf
Informasikan kepada mereka (wahai Nabi
Muhammad): “Ini Islam, agamaku! Saya
bersama pengikutku mengajak umat manusia tunduk kepada Allah berdasarkan bukti otentik. Mahasuci Allah! Saya bukan musyrik”.
[Ini deklarasi paling mulia, agung dan indah bagi manusia.
Bashirah di sini yaitu bukti bersifat rasional dan
emosional. Bashirah ialah visi total. Mencakup esensi fisik dan nonfisik yang
dicerna lewat visual, audio serta rasio]
Ayat 109 Surah Yusuf
Kami tidak mengutus rasul sebelum kamu
(wahai Nabi Muhammad) kecuali beberapa pria.
Kami mewahyukan risalah kepada rasul yang direkrut dari warga asli suatu
kota. Mengapa cecunguk kafir tidak
mengembara di bumi. Memperhatikan akhir
hidup gerombolan kafir terdahulu yang mendustakan rasul. Camkan, Negeri Akhirat lebih baik bagi orang
takwa. Mengapa manusia tidak memikirkan?
[Ayat ini menegaskan bahwa hanya laki-laki yang menjadi
nabi. Tidak ada perempuan pernah
dilantik oleh Allah sebagai nabi.
Utusan Allah dipilih
dari warga kota tempat ia dilahirkan.
Pasalnya, ia memahami seluk-beluk kota bersangkutan. Ia tahu bahasa, sejarah, budaya, kepercayaan
dan karakter penduduk]
Ayat 110 Surah Yusuf
Kalau para rasul tidak punya harapan lagi terhadap
kaumnya yang durhaka. Merasa yakin
didustakan. Pertolongan Kami pun
datang. Diselamatkan siapa yang dikehendaki
Allah. Azab Kami tidak dapat ditolak
oleh pelakon durhana.
Ayat 111 Surah Yusuf
Kisah para nabi memuat pelajaran bagi manusia
berakal budi cemerlang. Al-Qur’an bukan
cerita rekaan, namun, mengesahkan Kitab-kitab Suci bahari. Menguraikan segala aspek. Kemudian menjadi hidayah serta rahmat bagi kaum
beriman.
[“Orang yang di dadanya tiada
sedikit pun bacaan al-Qur’an. Ia seperti
gubuk” (Hadis)]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar