1. Al-Fatihah
(Titian Lurus)
Dengan Nama Allah, Pemilik Kasih Sayang yang Mahapemurah
1. Segala puji hanya
bagi Allah, Tuhan semesta alam.
2. Pemilik Kasih
Sayang yang Mahapemurah.
3. Penguasa di Hari
Pembalasan
4. Engkau yang kami
sembah. Kepada-Mu jua kami memohon
pertolongan
5. Bimbinglah kami ke
jalan nan lempang.
6. Suatu titian bagi
insan yang telah Engkau karuniakan nikmat.
7. Bukan perlintasan
manusia yang Engkau murkai (Yahudi).
Bukan pula jalan orang sesat (Kristen).
Keterangan
Surah al-Fatihah merupakan surah ketiga yang
diwahyukan kepada Nabi Muhammad. Diturunkan di Mekkah setelah ayat-ayat yang tercantum di Surah al-Alaq dan Surah al-Muddatstsir.
Al-Fatihah sebagai surah pembuka
al-Qur’an atau Induk al-Qur’an, terkadang riuh dibahas. Aspek ini terkait basmalah. Apakah basmalah bagian dari al-Fatihah atau bukan. Ini akhirnya merembes ke pembacaan para imam
di masjid.
Mereka yang percaya
basmalah bagian al-Fatihah akan mengeraskan suara (jahar) kala membaca basmalah. Sementara yang menolak basmalah bagian al-Fatihah
membaca basmalah dengan suara pelan (sirri).
Kontroversi ini bisa diredam dengan menyimak
ayat-ayat al-Fatihah. Kalau basmalah
bagian al-Fatihah, berarti surah ini
rancu alias mubazir. Sebab, ayat ketiga
berbunyi “ar-rahmanir rahim” (sang
Pengasih yang Mahapemurah). Maknanya
sama persis dengan basmalah (dengan nama
Allah, Pemilik Kasih Sayang yang Mahapemurah).
Saya termasuk
orang yang menganggap ayat terakhir al-Fatihah
ialah “ghairil maghdhubi alaihim waladhaalin”. Dengan demikian, surah ini tetap tujuh ayat.
Dari
sejarah tersua bahwa Ali bin Abi Thalib ketika imam membaca basmalah dengan suara lirih (sirri).
Ia tidak mengeraskan suara (jahar). Mustahil Ali bin Abi Thalib mengingkari tata cara
baca al-Qur’an yang ia peroleh langsung dari Rasulullah.
Al-Fatihah
dinamakan as-Sab’u al-Matsani (tujuh
ayat yang berulang kali dibaca dalam shalat).
Al-Fatihah merupakan rukun sah
shalat.
Huruf Hijayyah
berjumlah 28. Bilangan ini kelipatan
angka 7 yang ke 4 atau 7 x 4 = 28. Dalam
al-Fatihah, ada tujuh abjad yang
tidak ada. Berarti al-Fatihah hanya memuat 21 huruf.
Al-Fatihah
dianggap Induk al-Qur’an (ummul-quran). Sebab, di antara 21 hurufnya, ada 14 yang
spesial. Angka 14 ini merupakan
kelipatan bilangan 7 yang ke 2. 14
alfabet istimewa itu dikenal sebagai al-Muqatha’ah
(abjad terpotong) yang tertera di 29 surah.
Sebagai contoh, Alif Lam Mim
di awal Surah al-Baqarah. 14 huruf spesial itu yakni Alif, Haa, Ra, Sin, Sha, Tha, Ain, Qaf, Ka, Lam, Mim, Nun, Ha dan Ya.
Dengan memuat seluruh al-Muqatha’ah,
maka, al-Fatihah seolah mewakili 29
surah. Hatta, dipandang sebagai Induk
al-Qur’an.
Derajat Terjemahan
Terjemahan al-Qur’an bukan al-Qur’an sesungguhnya. Bukan al-Qur’an sejati yang diwahyukan kepada Maha Rasul Muhammad. Al-Qur’an selalu berbahasa Arab. Tidak dinamakan al-Qur’an kalau firman-firman Allah itu disadur ke bahasa Bugis atau Perancis. Soalnya, terjemahan mustahil menampung seratus persen maksud al-Qur’an. Sebab, semua bahasa yang digunakan dalam terjemahan al-Qur’an tidak efektif dan efisien.
Terjemahan al-Qur’an hanya deretan kata manusia, bukan untaian Kalam Ilahi dari Lauhul Mahfuz. Hingga, terjemahan al-Qur’an tidak hidup, tidak punya sukma yang bisa menggelorakan spirit. Terjemahan al-Qur’an selalu kaku dan membingungkan. Dengan demikian, posisi terjemahan sekedar “pengantar” untuk membaca al-Qur’an. Bukan “kunci” buat memahami al-Qur’an.
Istilah paling membingungkan dalam al-Qur’an yakni kata “nahnu” (Kami). “Kami” adalah sebutan Allah untuk diri-Nya. Dalam bahasa Arab, ada jamak kuantitas dan jamak kualitas. Jamak kuantitas menunjukkan jumlah banyak. Sementara jamak kualitas menerangkan bentuk tunggal dengan banyak predikat.
Allah menegaskan diri dengan “Kami” berkat predikat di sisi-Nya berjumlah banyak. Zat Esa itu tertoreh sebagai pencipta, pengatur, pemelihara, pengasih, penyayang sekaligus Raja Diraja alam semesta. Allah tidak tidur! Ia selalu sibuk mencipta seraya mendengar doa insan beriman.
“Semua makhluk di langit dan bumi selalu memohon kepada-Nya. Tiap waktu Ia sibuk (mencipta dan memelihara makhluk-makhluk-Nya)” (ar-Rahman: 29).
Ketika membaca al-Qur’an, maka, bertabur kata Allah dalam kitab suci. Harap dimaklumi bahwa nama asli penguasa langit dan bumi ialah Allah. “Aku ini Allah. Tidak ada Tuhan kecuali Aku!” (Thaha: 14).
Allah sendiri menandaskan kalau nama-Nya tiada lain Allah. Terkutuklah sekelompok agen Thagut (sesembahan nista) berlabel Islam progresif berasas liberal yang berceloteh: “Tiada tuhan selain Tuhan”.
Abdul Haris Booegies
Tidak ada komentar:
Posting Komentar