Selasa, 21 Januari 2014

Musuh Nabi Muhammad





Musuh Bebuyutan
Nabi Muhammad
Oleh Abdul Haris Booegies

     Apa makna kehidupan Rasulullah?  Ia jelas pemimpin manusia demi menapak ke surga.  Pada esensinya, kelahiran Nabi Muhammad mendorong manusia untuk menyembah Allah.  Inti Islam ialah la ilaha illallah (tiada tuhan selain Allah).  Empat kata ini, baik dalam bahasa Arab maupun bahasa Indonesia, tak sesederhana jumlahnya.
     Tiada tuhan kecuali Allah bermakna dua.  Pertama, mematuhi perintah Allah.  Kedua, menjauhi larangan Allah.  Kedua maksud ini makin tajam.  Menjalankan rukun Islam serta rukun iman.
     La ilaha illallah dalam praktiknya sering ternoda.  Manusia menduakan Allah.  Sangat parah sekali karena yang disandingkan adalah berhala (al-ashnam).  Ini jelas bukan tandingan Allah.
     Berhala dibuat oleh tangan manusia.  Tangan yang dipakai cebok.  Tangan yang digunakan membersihkan kotoran di dubur.  Dari tangan yang jorok itu dihasilkan patung.  Baik dari kayu atau batu.
     Patung tersebut lantas disembah sebagai berhala pelindung.  Kesehatan, kekayaan, kehormatan dan kemuliaan diimpikan dari patung.  Ini sungguh ironis!  Manusia membuat patung lalu mengabdikan diri kepadanya.
     Di periode ini, masih berseliweran orang menyembah patung.  Apa yang tertancap di kepala mereka sampai tergoda menyembah patung?  Otak ataukah kerikil dalam tengkoraknya sampai rela menyembah patung?
     Dalam menegakkan Islam, Rasulullah berhadapan dengan kawanan Quraisy.  Perlawanan dipancangkan terhadap Abu Jahal, Abu Shafwan, Abu Lahab, Abu Sofyan serta sederet Abu lainnya.  Mereka sebenarnya bukan musuh utama.  Ia pion.  Musuh bebuyutan Nabi Muhammad yakni patung di pelataran Kabah.
     Ada aspek menarik yang perlu diselidiki cendekiawan Muslim.  Isu yang menyambar tulang sumsum kita bahwa Kabah dihuni 360 berhala.  Melihat kondisi Kabah, angka itu teramat fantastis.  Kabah model sekarang saja mustahil bisa menampung 360 berhala.  Apalagi Kabah era jahiliah yang tingginya seukuran orang dewasa.
     Angka 360 muncul dari seorang sejarawan di Damaskus.  Ini terjadi tiga abad setelah kematian Rasulullah.  Dari mana ia memperoleh angka itu?  Saat ini, ia muskil dikonfirmasi gara-gara sudah mati!
     360 berhala pasti angka mubazir.  Apalagi, tiap rumah di Mekah menyimpan berhala, ukuran mini atau maksi, satu atau lebih.  Berhala itu berfungsi sebagai penjaga rumah.  Mirip sebagian umat Islam yang memajang ayat kursi di atas pintu rumah sebagai penjaga.
     Dari berbagai kitab, diterangkan bahwa Hubal merupakan berhala terbesar dalam Kabah.  Padahal, Hubal terletak di pelataran Kabah, bukan di dalam.  Andai Hubal berada dalam Kabah, niscaya kepalanya menyembul menembus bagian atas Kabah.
     Tidak terbayang jika Hubal berada dalam Kabah.  Memasukkan lewat pintu pasti mengakibatkan dinding jebol.  Merusak properti Kabah merupakan tindakan yang sangat ditakuti tetua-tetua Mekah.  Kalau Hubal ditempatkan dalam Kabah, ruang apa lagi yang tersisa untuk 359 berhala?
     Di sekitar Kabah, atau lebih tepat di dekat Hubal, terdapat beberapa berhala.  Tiap suku punya berhala untuk disembah.  Ini menandaskan bahwa di pelataran Kabah, patung tak lebih dari jumlah pemain inti plus cadangan kesebelasan Arab Saudi.
     Kabah pra-Islam disinyalir berisi tanduk domba.  Dipercaya sebagai tanduk domba pengganti Nabi Ismail.  Ada pula pedang, gulungan naskah kuno berbahasa Suriah dan patung merpati berbahan emas.  Di dinding tergantung lukisan tentang Jibril.  Ada juga gambar Nabi Ibrahim bersama Nabi Ismail yang sedang mengundi nasib dengan anak panah.  Kemudian sejumlah benda milik Abdul Muthalib, walikota Mekah.  Sedangkan barang berharga dipendam di bawah tanah yang menjadi tempat penyimpanan.
     Aneka properti yang disimpan dalam Kabah rupanya menjadi incaran pencuri.  Kabah tidak aman.  Sebab, tak punya atap pelindung.  Ini yang menjadi akses para maling guna menguras benda-benda yang disimpan dalam Kabah.
     Berhala di sekitar Kabah tersebut yang menjadi musuh bebuyutan Nabi Muhammad.  Ketika Rasulullah menaklukkan Mekah pada 11 Januari 630, maka, babak baru pun dimulai.  Istilah penaklukan Mekah barangkali tidak selaras dengan realitas.  Maklum, nyaris tiada perlawanan tatkala 10 ribu serdadu Muslim menduduki Mekah.  Tiada kemenangan militer yang dapat menyaingi sejarah serah terima Mekah.
     Istilah yang kerap pula dipakai yaitu pembebasan.  Mekah dibebaskan dari politeisme.  Pelataran Kabah dibersihkan dari patung.  Fath Makkah yang berasal dari fatah juga diinterpretasikan sebagai pembukaan.  Pendudukan Mekah merupakan pembukaan.  Ibarat membaca buku, Fath Makkah merupakan sampul.  Lantas selembar demi selembar halamannya dibuka.  Satu demi satu manusia diingatkan bahwa berhala bukan tuhan.  Hari demi hari generasi diingatkan bahwa berhala cuma seonggok benda minus jiwa.  Patung sekedar inovasi ciptaan manusia.
     Bila memiliki permohonan, silakan langsung melobi Allah. Panjatkan puja-puji sebagai upeti.  Allah tak butuh hadiah.  Apalagi darah hewan yang dikurbankan.
     Paling menarik dicermati ialah rupa-rupa patung.  Jika seribu patung diperhatikan, niscaya sebagian besar berwujud manusia.  Ini karena pembuatnya manusia.  Andai sapi yang merancang patung, pasti mayoritas berbentuk sapi.  Soalnya, imajinasi terbatas pada diri pembuat patung.  Keandalan berpikir suatu makhluk akan menampilkan citra dirinya.
     Sebagai contoh, dalam mitos Yunani.  Tiap dewa yang ditampilkan hanya punya satu keterampilan.  Ada Apollo dewa musik, Aphrodite dewi kecantikan, Ares dewa perang, Artemis dewi perburuan, Athena dewi kebijaksanaan, Demeter dewi kesuburan, Dionisos dewa anggur, Hades dewa kematian, Hefaistos dewa api, Hermes dewa perjalanan, Poseidon dewa laut serta Zeus dewa langit.
     Pasca kepergian Nabi Idris ke langit untuk selamanya, lima berhala didesain.  Kelima patung itu adalah Wadd yang berwujud pria, melambangkan kasih sayang.  Suwa berbentuk wanita, melambangkan kecantikan.  Yaguth berwujud singa, melambangkan keperkasaan.  Yauq berbentuk kuda, melambangkan kecepatan.  Nasr berwujud elang, melambangkan ketajaman pandangan.
     Dewa-dewi Yunani dan berhala riil, rata-rata mewakili satu superioritas.  Elemen ini terjadi karena penciptanya tiada lain manusia.  Cara berpikir manusia teramat sederhana.  Menyelesaikan satu demi satu masalah.  Citra tersebut diimplementasikan dalam realitas.  Satu berhala didesain untuk mewakili satu persoalan.
     Ini berbeda dengan cara berpikir Tuhan.  Tidak perlu banyak sesembahan.  Pasalnya, semua solusi terkristalisasi dalam kekuasaan tunggal.  “Tiada sesembahan yang setara dengan Allah” (al-Ikhlas: 4).
     Inti Islam yakni beriman kepada Allah.  Manusia diimbau secara tegas bahwa la ilaha illallah.  Di sinilah makna hakiki kelahiran Nabi Muhammad.  Ia hadir guna memimpin manusia menyembah Allah.
     Pada hakikatnya, penyembah patung mempertontonkan kekerdilan dalam mendayagunakan pikiran.  Padahal, hati serta akal mutlak bersinergi bahwa berhala cuma virus ganas bagi manusia yang hendak mengabdi kepada Allah, Tuhan sejati!



Perjuangan Nabi Muhammad





Inspirasi Perjuangan
Sang Maharasul
Oleh Abdul Haris Booegies

     Deretan manusia kudus zaman bahari selalu asyik ditelaah.  Riwayatnya menggugah nurani.  Legendanya menarik hati.  Bumbu-bumbu pengagungan dari pengagumnya menambah gairah untuk menelisiknya secara saksama.
     Orang suci paling agung tentu Nabi Muhammad.  Sosoknya senantiasa dirindukan.  Rasa cinta terhadapnya melebihi wanita yang melahirkan kita.  Padahal, “ia manusia biasa”, begitu klaim al-Qur’an.  Rasulullah bukan anak tuhan, apalagi dewa yang pantas disembah.  Ia makan, minum dan kawin.
     Penghormatan terhadap Nabi Muhammad sangat tinggi.  Jejak hidupnya pun teramat kentara, sejelas mengamati garis-garis pada telapak tangan.  Ia disusukan oleh Halimah as-Sa’diyah bin Abu Zuaib Abdullah bin al-Haris.  Ia istri Haris bin Abdul Uzza yang berjuluk Abu Kabsyah, keturunan Sa’ad bin Bakar dari suku Hawazin.  Klan Halimah tergolong seminomaden.
     Sejatinya, kala mencapai usia dua tahun, hak pemeliharaan sudah berada di tangan ibu kandung.  Kalau sang ibu bersedia, ia bisa memperpanjang sampai umur delapan tahun.
     Halimah menolak berpisah dengan Rasulullah.  Ia merengek, setengah memaksa.  “Biarkan putramu kembali bersama saya agar fisiknya lebih kuat”.  Halimah bermanis mulut bahwa gurun menjanjikan udara segar bagi pernafasan.  Kemudian memberi kebebasan terhadap jiwa puak Quraisy yang suka berkelana.  Tidak kalah penting, padang pasir mengajarkan bahasa Arab yang belum terkontaminasi dengan bahasa Aramaik.
     Kelak, Nabi Muhammad yang tinggal di daerah pedalaman (badiyah) memang mahir mengucapkan kata-kata.  Ia fasih sekali mengucap huruf dhad.
     Aminah akhirnya merelakan Rasulullah balik lagi ke padang pasir yang jaraknya 50 mil dari Mekah.  Di sana, ia dibimbing tata cara menggembala domba serta unta.
     Pagi hari, Nabi Muhammad mengikuti asy-Syaima, putri Halimah yang biasa dipanggil Huzafah atau Juzamah binti al-Haris.  Syaima yang menanjak gadis mengarahkan Rasulullah menggembala.
     Dengan kaki yang belum sempurna menapak hamparan pasir, Nabi Muhammad terkadang tertatih-tatih.  “Ayo jalan, Quraisy!”, seru Syaima memberi semangat.  Quraisy menjadi panggilan Rasulullah dalam keluarga Halimah.
     Bila Nabi Muhammad yang memasuki usia tiga tahun merasa letih, maka, Syaima menggendongnya.  Lelah dan udara kering membuat Rasulullah acap menggeliat dalam gendongan Syaima.
     Sekali waktu, saat digendong untuk bergabung dengan para penggembala domba di bukit Sarar.  Nabi Muhammad menggigit lengan Syaima.  Gadis belia tersebut melolong persis serigala yang kakinya terkena anak panah.  Dampak gigitan si Quraisy ternyata lebih parah dari sengatan listrik atau kalajengking.
     57 tahun berlalu.  Tatkala pasukan Islam mempecundangi musuh pada perang Hunain.  Seorang nenek meronta ketika hendak ditawan.  “Saya keluarga Rasulullah!”  Ia akhirnya digiring ke tenda kulit merah Nabi Muhammad.  Perempuan tua itu diinterogasi.  “Apa bukti kau putri Halimah”, tanya Rasulullah.
     Si nenek menggulung baju.  Mempertontonkan bekas luka di lengannya yang masih tercetak pada kulit keriputnya.  “Ini bekas gigitanmu”, tandas Syaima.
     Episode paling mematikan dalam hidup Nabi Muhammad yakni Perang Uhud.  Ia nyaris terbunuh.  Sesungguhnya adegan maut tersebut mustahil terjadi.  Kemenangan tinggal hitungan detik.  Semua berubah saat detasemen khusus pemanah tergiur ghanimah (pampasan perang).  Pesona duniawi mengalahkan tekad memenangkan pertempuran demi keesaan Allah.
     Titah Rasulullah dilanggar.  Dari 50 pemanah jitu di bukit ar-Rumat, cuma 10 yang tak tergoda ghanimah.  Perintah Abdullah bin Jubair sebagai komandan divisi pemanah tidak digubris.  Khalid bin Walid selaku kapten sayap kanan barisan berkuda melacak celah garis belakang pertahanan yang ditinggalkan satuan pemanah.  Ia membawa kavalerinya mengelilingi bukit.  Tentara Khalid diikuti pasukan Ikrimah bin Abu Jahal dari sayap kiri.  Mereka memacu 200 kuda melewati 10 pemanah yang kewalahan membidik.
     Ketika menengok ke belakang, 40 pemanah terkejut.  Khalid tinggal beberapa langkah.  Sedekat itu pula nyawa serdadu Islam menanti dicabut.
     Kalah tragis.  Prajurit Hubal yang berjumlah 3.000 akhirnya merampas kemenangan 700 laskar Medinah.  Mengapa malaikat tak membantu sebagaimana di perang Badar?  Al-Qur’an menuduh pasukan Muslim lalai, tidak disiplin.  Bukan karena tentara malaikat ogah bergabung.
     Perang Uhud tak hanya menewaskan Hamzah.  Bahkan, menempatkan Nabi Muhammad pada posisi paling krusial.  Di pucuk gunung Uhud, Rasulullah dilindungi sembilan serdadu.  Tujuh Anshar serta dua Muhajirin; Thalhah bin Ubaidillah bersama Sa’ad bin Abu Waqqas.
     Satu per satu prajurit Anshar terbunuh.  Nabi Muhammad tinggal bertiga bahu-membahu melawan.  Di momen kritis tersebut, Utbah bin Abu Waqqas melempar batu ke arah Rasulullah.  Sebuah batu mengenai lambung.  Batu lain merobek bibir bawah.  Gigi seri dekat gigi taring Nabi Muhammad pecah.  Serangan juga datang dari Abdullah bin Syihab az-Zuhri yang menghantam kening Rasulullah.
     Abdullah bin Qum’ah, algojo dari Quraisy pinggiran, muncul.  Ia menebas Nabi Muhammad, namun, terhalang oleh Thalhah yang merelakan diri sebagai perisai hidup.  Jari-jari tangannya putus.  Tebasan kedua menyerempet mahkota topi baja Rasulullah.  Dua rantai topi terlepas.  Akibatnya, merobek pelipis Nabi Muhammad.  Hantaman itu malahan membentur kedua bahunya.  Sakitnya terasa sebulan.
     Nabi Muhammad terdesak ke belakang.  Kakinya terkilir.  Ia terperosok ke lubang.  Pingsan.  Abu Bakar bersama Abu Ubaidillah bin Jarrah akhirnya tiba.  Rasulullah mendadak siuman.  Syamas dari klan Makhzum turut berjuang melindungi Nabi Muhammad.
     Rekam jejak Rasulullah memaparkan jika ia tumbuh dari seorang gembala menjadi panglima perang.  Bunga kehidupan merias hidupnya.  Sementara beragam rintangan membentang membentuk jalan hidupnya sangat manusiawi.  “Ia manusia biasa”, tandas al-Qur’an.
     Nabi Muhammad bukan anak tuhan atau dewa.  Ia makan, minum dan menikah.  Bahkan, menggigit kakaknya yang justru berniat melindunginya dari keletihan.  Rasulullah seperti tentara yang lain.  Kepalanya bocor oleh senjata lawan.  Ia tidak kebal.  Suara gemerincing pedang di tubuhnya terdengar karena ia memakai dua baju besi di Perang Uhud.  Andai saja satu, niscaya Islam tak pernah hinggap ke pedalaman-pedalaman Sulawesi Selatan.  Islam kemungkinan cuma menjadi catatan kecil di buku bertema monoteisme.
     Figur Nabi Muhammad identik dengan perjuangan.  Segala yang digapai butuh perjuangan.  Tiga tahun belajar menggembala di gurun bersama Syaima.  Di umur 40 tahun, ia direkomendasikan menggembala masyarakat Quraisy yang angkuh serta keras kepala.  Perlahan, ia menggembala seluruh umat dari segenap belahan bumi.


Minggu, 19 Januari 2014

Bisnis Suku Quraisy





Gurita Bisnis Quraisy
Oleh Abdul Haris Booegies

     Hampir semua buku-buku sejarah memaparkan bahwa Quraisy murka kepada Nabi Muhammad lantaran leluhur mereka dihujat.  Padahal, menghormati ayah dan nenek moyang merupakan inti kehormatan bangsa Arab.  Di samping itu, Islam mencela berhala yang mereka sembah.
     Ada instrumen yang terlupa. Quraisy bertambah marah akibat bisnisnya terancam.  Kedatangan Islam mengubah pola hidup.  Ini menggusarkan taipan-taipan Mekah.  Lembah Bakkah memang gersang, rumput pun emoh tumbuh.  Biarpun demikian, mereka tiap tahun untung beruntun.  Sekali setahun, jemaah haji kafir berdatangan ke Mekah.  Quraisy bertindak selaku tuan rumah.
     Tamu-tamu berhala Hubal tersebut lalu mereka rampok secara profesional.  Quraisy tidak menodongkan pedang, lembing atau belati, namun, menjual mahal segala kebutuhan jemaah haji paganisme.  Makanan, minuman serta upah penggembala unta yang mahal memaksa peziarah Kabah merogoh kocek dalam-dalam.
     Makanan dan minuman yang mahal tetap dibeli dengan perasaan dongkol.  Tiada protes terbuka atau demonstrasi di sekitar Kabah.  Jemaah haji cuma mendiamkan dengan hati menggerutu.
     Kios-kios Mekah menyediakan zamzam, jus delima, sirup, teh madu, susu madu, krim, khazirah (kue berbahan tepung dan susu), roti serta kari kambing.  Sedangkan buah yang dijajakan antara lain kurma, kacang almond, anggur, apel, aprikot, jeruk, lemon, tebu, semangka dan pisang.  Aneka penganan yang dibeli lantas dibungkus daun anggur.  Di kios khusus, tersedia nabiz az-zabih, tuak asli Mekah berbahan anggur yang enteng membuat teler.
     Bisnis tahunan yang menguntungkan itu sekarang terancam.  Semua karena dakwah Rasulullah.  Islam menghendaki penghormatan yang sama terhadap manusia.  Di sisi lain, Quraisy mengklaim diri etnis pilihan di Hijaz.  “Tiada pemimpin kecuali dari Quraisy”.
     Islam memerintahkan berbuat baik.  Sementara bisnis tahunan warga Quraisy penuh borok.  Komunitas Badui mengolok-olok nama Quraisy dengan makna hiu.  Ikan ganas tersebut segendang sepenarian dengan karakter Quraisy yang rakus meraup laba dalam berdagang.
     Bisnis Quraisy bukan hanya di Mekah.  Dua kali setahun, sejumlah konglomerat Mekah mengirim ekspedisi bisnis dengan 200 unta.  Pada musim semi, kafilah ke Damaskus.  Di musim gugur, misi niaga menuju ke Yaman.  Kabilah itu membawa muatan emas, perak, kulit, wol, kemenyan serta getah mur.
     Ekspansi ke mancanegara membuat Quraisy makmur.  Di Thaif, golongan aristokrat Mekah punya vila musim panas.  Sekelompok dinarwan (miliarder) Quraisy memiliki aset di luar negeri.  Ada yang punya vila di Damaskus, perkebunan di Mesir, kebun kurma di Irak dan lahan pertanian di Palestina.
     Kini, petinggi Quraisy cemas jika pengikut Nabi Muhammad kian bertambah.  Kalau Islam kuat serta mandiri, berarti alamat sial bagi Quraisy.  Kaum Muslim bisa menyerobot bisnis yang sudah turun-temurun dilakoni.  Paling mengerikan yakni Islam bersekutu dengan suku-suku lain untuk mengusir mereka dari Mekah.  Ini bukan isapan jempol.
     Dulu Mekah dikuasai wangsa Jurhum dari Yaman.  Mereka mengurus Mekah.  Keturunan Nabi Ibrahim setuju karena istri kedua Nabi Ismail orang Jurhum.  Wangsa ini kemudian melakukan kesewenang-wenangan.  Satu kata untuk Jurhum: “Usir!”  Sebagai ucapan goodbye bertendensi balas dendam, Jurhum menimbun sumur zamzam.
     Khuza’ah mengambil alih posisi Jurhum.  Mereka merupakan keturunan Nabi Ismail.  Sumur zamzam lalu dicari, tetapi, hasilnya nihil.  Kepemimpinan Khuza’ah atas Mekah tak stabil.  Terjadi keruwetan pelik.
     Ketika Hulail bin Hubsyiah, pemimpin Khuza’ah, mati.  Ia digantikan oleh Qushai, menantunya dari klan Quraisy.  Qushai lantas mengajak keluarganya mendiami Mekah.  Secara bertahap, peran Khuza’ah tersisih.
     Seiring perjalanan waktu, Quraisy makin menancapkan kekuasaan di Mekah.  Tiap bagian Kabah merupakan milik suku Quraisy.  Sisi tempat pintu hak bani Abdul Manaf bersama Zuhrah.  Rukun Aswad dan rukun Yamani kepunyaan bani Makhzum bersama kabilah pendukungnya.  Bagian atas Kabah milik bani Jumah serta Sahm.  Sisi Hajar Aswad hak Abdul Dar.
     Keturunan Abdul Dar bukan cuma berwenang pada sisi Hajar Aswad.  Mereka juga pemegang bendera perang Quraisy sekaligus pemegang kunci Kabah.  Cicit Abdul Dar yang tersohor di perang Uhud ialah Mush’ab bin Umair.  Ia pembawa panji perang Muhajirin.
     Di momen tersebut, Mush’ab turun dari gunung Uhud setelah tahu Rasulullah selamat dari pembantaian.  Ia kembali ke medan tempur sambil menutup wajah dengan secarik kain.  Matanya saja yang terlihat.  Seorang prajurit Hubal langsung membabatnya.  Tangan kanan Mush’ab putus.  Panji perang ia alihkan ke tangan kiri.  Ia kembali diserang.  Tangan Mush’ab putus lagi.  Ia mengepit panji perang agar tidak jatuh.  Di saat itu ia dibantai.  Bukan lagi tangan Mush’ab yang putus, melainkan nyawanya terputus meninggalkan jasad.
     Pembunuh tersebut kemudian meraung-raung seperti sirene pemadam kebakaran.  “Saya telah membunuh Nabi Muhammad!”
     Tentara Hubal itu salah!  Menyangka Mush’ab yang hanya matanya terlihat adalah Rasulullah.  Dari segenap sahabat, memang Mush’ab yang paling mirip matanya dengan Nabi Muhammad.
     Islam yang kian kokoh seperti bentangan baja, sekarang merisaukan para hamba Hubal.  Nasib Jurhum bersama Khuza’ah terus tergiang-giang secara bertalu-talu di kepala tokoh-tokoh Quraisy.  Mereka risau riwayat Quraisy berakhir tragis di tangan umat Islam.  Mereka tak dapat tidur nyenyak karena membayangkan terusir dari Mekah.  Ke mana harus mencari koloni baru di semenanjung Arab?
     Perlawanan terhadap Rasulullah akhirnya digelorakan.  Puncak kemarahan Quraisy terpantul dari tekad mereka untuk membunuh Nabi Muhammad.  Segala kesemrawutan bermula dari Rasulullah.  Kini, tindakan yang wajib ditempuh yaitu membantai figur utama tersebut guna menghentikan sepak-terjang Islam.
     12 orang yang berwajah paling angker dengan pedang paling tajam, justru tidak sanggup melukai Nabi Muhammad.  Mereka kalah lihai.  Tatkala 12 algojo mendobrak masuk ke rumah sasaran, Rasulullah telah tiba di luar kota.  Ia eksodus ke Yatsrib.
     Ketakutan Quraisy pun menjadi nyata.  Sukuisme digantikan ummah (masyarakat Muslim).  Kesukuan berubah menjadi ikatan iman.  Nabi Muhammad yang bervisi paripurna dengan daya pikir radikal sukses mereformasi dunia.  Bumi berubah seiring dinamika manusia.  Masyarakat berubah berkat syiar Islam yang digemakan Maharasul Muhammad.



Kamis, 16 Januari 2014

Mitos Nabi Muhammad





Mitos Seputar Nabi Muhammad
Oleh Abdul Haris Booegies

     Insan agung selalu diliputi mitos.  Terbukti, rata-rata manusia dengan level the great menyimpan misteri.  Mitos berseliweran di seputarnya.
     Nabi Muhammad tak luput dari mitos.  Ada bagian sejarah hidupnya yang diliputi tabir.  Ia, misalnya, disebut ummi alias buta huruf.  Sebagian kalangan terpelajar Barat mempertanyakan aspek ini.  Mereka tidak yakin Rasulullah tunaaksara.  Alasannya, Nabi Muhammad tertoreh sebagai pebisnis.  Ia saudagar yang pernah mengembara ke Syam (Syria).  Mustahil ada pedagang tak mengerti dasar-dasar baca-tulis.
     Sumber masalah tentu saat Rasulullah didatangi Jibril yang membawa surah al-Alaq pada Senin, 21 Ramadan (10 Agustus 610 Masehi).  Jibril berkata “Iqra” (baca).  Nabi Muhammad yang ketakutan oleh kedatangan Jibril, jelas bingung.  “Iqra”, ulang Jibril.  Rasulullah tambah gentar.  Apalagi, Jibril kembali merangkulnya sampai nafasnya tersengal-sengal.  Nabi Muhammad pucat, merinding serta sendi-sendinya gemetar.  Ia juga makin bingung.  Sebab, apa yang mau dibaca!  Tidak ada teks!  Tak ada naskah yang menorehkan untaian kata.
     Tatkala Jibril kembali berseru ”Iqra“, maka, Rasulullah sadar.  Makhluk tersebut bukan menyuruhnya membaca suatu naskah karena memang tidak ada.  Maksud Jibril ialah ikuti saya mengucapkan “Iqra”.
     Tiada riwayat bahwa Jibril membawa prasasti berisi lima ayat pertama surah al-Alaq dari Lauhul Mahfuz.  Jibril hanya mendiktekan ayat demi ayat.  Kemudian Nabi Muhammad menghafalnya.
     Pernyataan bahwa Rasulullah ummi, pada intinya terkait dengan Kitab-kitab Suci terdahulu.  Ia tak pernah berinteraksi dengan Shuhuf Nabi Ibrahim, Taurat, Zabur dan Injil.  Ia dianggap terputus atau ummi terhadap kitab-kitab samawi.
     Rasulullah ummi (tidak paham) perihal umat-umat bahari.  Segenap pengetahuannya tentang Kitab Suci maupun generasi era purba merupakan Hikmah (visi Ilahi).
     Ada pula teori bahwa ummi bermakna keterasingan bangsa Arab dari wahyu.  Masyarakat Arab tak memiliki Kitab Suci.  Berbeda dengan Yahudi yang punya Taurat, Zabur serta Injil.
     “Tanyakan kepada orang yang diberi al-Kitab (Yahudi dan Nasrani) serta yang ummi (musyrik Mekah)” (Ali Imran: 20).
     Harap dicamkan bahwa kata ummi bersama turunannya bukan cuma berarti tunaaksara.  Ummi juga bermakna tunanetra.  Janin dalam rahim dinamakan pula ummi.  Soalnya, tidak tahu perkara di sekelilingnya.  Paling popular yakni ucapan seorang anak kepada bundanya “ummi” (ibu).

Khadijah
     Khadijah binti Khuwailid merupakan istri Nabi Muhammad yang terkasih.  Tiada yang sanggup menggantikan posisinya.  Ia istri pertama Rasulullah.  Semua buku-buku sejarah menukil bahwa Khadijah berusia 40 tahun kala menikah dengan Nabi Muhammad yang berumur  25 tahun.
     Usia Khadijah agak aneh.  Di zaman itu, gadis-gadis umur 10 tahun sudah kawin.  Taruhlah Khadijah menikah di usia 10 tahun ketika dipersunting Atiq bin A’iz al-Makhzumi.  Khadijah bercerai setelah memperoleh seorang putri.  Ia kawin lagi dengan Abu Halah bin Zurarah at-Tamimi.  Sang suami mati dengan meninggalkan seorang putra bernama Handan.
     Saat Khadijah menikah dengan Rasulullah, putrinya ternyata sudah gadis.  Umurnya tentu sekitar 10 tahun.  Seumpama betul usia Khadijah 10 tahun kala pertama kali kawin.  Lantas ketika menikah dengan Nabi Muhammad, putrinya telah gadis.  Ini berarti umur Khadijah kira-kira 21 tahun.
     Dari mana usia 40 tahun yang meluber di seluruh tapak historis Rasulullah?  Al-arbain (40) dipandang angka perjuangan.  Menandai kesempurnaan guna melangkah ke masa depan.  Apalagi, etnis Quraisy doyan membangga-banggakan leluhur sekaligus keturunan.  Khadijah sebagai wanita agung dinilai layak mewakili perempuan Quraisy.  Kampanye disebar.  Kaum Hawa Quraisy tetap andal melahirkan di umur 40 sampai 60 tahun.  Lain dengan wanita di luar Quraisy.  Mereka hanya mampu melahirkan sampai usia 40-an.

Abbas
     Dalam sejarah, nama Abbas bakal terus bergiang saat ia menemani Nabi Muhammad pada Baiat Aqabah Kedua.  Ini menimbulkan curiga.  Betulkah Abbas yang mengawal Rasulullah pada tahun ke 13 misi kenabian tersebut?  Apakah ia tak ngeri kepergok oleh Abu Lahab, kakaknya?  Apalagi, Abu Lahab adalah ketua klan Hasyim.  Ia juga tokoh yang paling keterlaluan pembangkangannya terhadap Islam.
     Abbas dikenal sebagai bankir di Mekah.  Ia tergolong kelas menengah.  Abbas acap bersolek bak pria metroseksual.  Doyan berbusana necis.  Lagaknya ala pangeran jika berjalan di Lembah Bakkah.
     Di perang Badar. Abbas berada di pihak pasukan Lata.  Di Juffah sebelum tiba Badar, bani Thalib pulang.  Mereka tersinggung karena dihina.  “Hei putra Hasyim!  Kalian memang ikut kami, tetapi, hatimu bersama Rasulullah”.  Biarpun Abbas keluaga bani Thalib, ia tetap bertekad ke medan perang Badar.  Bahkan, nekat membawa Abu Sufyan bin Haris dan Naufal bin Aqil, cucu Abu Thalib untuk memerangi Ali bin Abu Thalib.  Memerangi Hamzah, adiknya.  Memerangi sang Maharasul, keponakannya serta memerangi Islam!
     Peruntungan sial menyergap.  Serdadu Mekah terjungkal, Abbas ditawan.  Ia dihalau ke Medinah bersama tawanan lain.  Tangannya diikat.  Malam pertama ketika menuju Medinah, Abbas sering mengerang.
     Pagi hari, Nabi Muhammad mengeluh karena erangan Abbas.  Umar bin Khattab lalu minta izin untuk memenggal leher Abbas.  Rasulullah bertanya kepada para sahabat.  “Apakah pantas paman Nabi dibunuh?”  Mereka menjawab tidak.  Abbas akhirnya diberi dispendasi.  Ikatannya dilepas.
     Abbas tak istimewa dalam sejarah Islam.  Saat masuk Islam, ia pun sembunyi-sembunyi.  Nabi Muhammad tahu Abbas masuk Islam berkat informasi Abu Rafi, orang Qibthy yang merupakan sahaya Rasulullah.  Nabi Muhammad langsung memerdekakannya.
     Abbas bukan patriot Islam.  Ini pasti menggusarkan dinasti Abbasiyah.  Patut diduga, tokoh-tokoh Abbasiyah bersama penulis sejarah berembuk.  Mereka menginginkan ada kisah heroik bagi leluhur mereka, Abbas.
     Dapat dibayangkan, keluarga Hamzah tidak diundang.  Pasalnya, putra-putri Hamzah tak dikaruniai keturunan.  Mengapa harus Hamzah disebut.  Ini karena Hamzah paling potensial yang mengawal Rasulullah ketika utusan Yatsrib mengikat sumpah pada Baiat Aqabah Kedua.
     Saat umat Islam diboikot.  Disuruh menyingkir ke lereng gunung.  Hamzah siang-malam dengan pedang terhunus menjaga keselamatan Nabi Muhammad.  Dengan tubuh raksasa, ia dikenal pemburu.  Hamzah pegulat ulung serta jago pedang.  Ia sosok Quraisy dengan tipe die hard (pantang menyerah).  Ditahbiskan sebagai pria terkuat dari Quraisy.  Sehabis berburu di gunung Nu’man dekat Arafah.  Hamzah dibisik oleh perempuan budak milik Abdullah bin Jad’an bahwa kepala Rasulullah dipukul dengan batu sampai berdarah oleh Abu Jahal.  Hamzah lalu menggampar Abu Jahal di sisi Kabah dengan tangkai busur.
     Nama Hamzah kian semerbak dalam puja-puji.  Ia gugur secara elegan.  Asadullah (Singa Allah) itu syahid di perang Uhud dengan 80 bacokan pedang, tombak dan panah.
     “Sebaik-baik pamanku adalah Hamzah”.  Puji sang Maharasul Muhammad.



Amazing People