Selasa, 26 November 2013

Terjemah Surah Maryam versi Abdul Haris Booegies

19. Maryam
(Tauhid)
Dengan Nama Allah yang Mahapemurah dan Pemilik Kasih Sayang
1.  Kaaf, Haa, Yaa, Ain, Shaad
2.  Ini yang dibacakan merupakan keterangan mengenai rahmat Tuhanmu kepada hambaNya, Nabi  Zakaria.
[Nabi Zakaria merupakan pemimpin bani Israil.  Ia membiayai hidupnya dengan profesi sebagai tukang kayu]
3.  Kala Nabi Zakaria berdoa kepada Tuhannya dengan suara lirih.
[Ayat ini menandaskan bahwa berdoa seyogianya dengan suara lembut]
4.  Ia membujuk:  “Wahai Tuhanku! Tulang-belulangku melemah.  Kepalaku ditumbuhi uban, namun, tiada pernah kurasa kecewa.  Dalam berdoa kepadaMu”.
[Di samping bersuara lirih, juga berdoa harus terus tekun dilakukan.  Jangan putus asa.  Tak boleh menyerah.  Manusia agung selevel Nabi Zakaria saja berbilang tahun berdoa]
5.  “Saya cemas terhadap keluargaku sesudah kutinggalkan.  Apalagi, isteriku mandul.  Karuniakan saya seorang putra dari sisiMu”.
6.  “Kelak mewarisi saya dalam tugas kenabian.  Mewarisi keluarga Nabi Yakub.  Wahai Tuhanku, jadikan ia seorang yang diridai”.
7.  “Hai Zakaria.  Kami menyampaikan berita gembira.  Kamu dianugerahi putra bernama Yahya.  Kami tidak pernah berikan sebelumnya.  Nama yang serupa dengan itu”.
8.  Nabi Zakaria bertanya: “Wahai Tuhanku.  Dengan cara apa kuperoleh anak?  Istriku mandul.  Saya sendiri uzur”.
9.  Pesan Allah bergema:  “Begitulah ketetapannya”.  Firman menyusul:  “Hal itu gampang bagiKu.  Aku ciptakan kamu sebelum ini.  Padahal, waktu itu kamu belum berwujud sama sekali”.
10.  Nabi Zakaria merayu:  “Wahai Tuhanku!  Beri isyarat yang menunjukkan isteriku mengandung”.  Allah berfirman: ”Tandanya ialah kamu tidak mampu mengucap kata kepada manusia.  Tiga hari tiga malam lamanya.  Padahal, kamu sehat”.
11.  Ia keluar dari mihrab menemui kaumnya.  Memberi isyarat kepada mereka: “Panjatkan puja-puji kepada Allah pada pagi serta senja”.
12.  Allah berfirman:  “Hai Yahya.  Terima Taurat ini.  Amalkan secara gigih!”  Kami beri hikmah perihal Taurat kepadanya.  Semasa ia masih kanak-kanak.
[Hikmah yaitu visi yang dipandu kecerdasan dan kebijaksanaan]
13.  Kami mengaruniakannya kasih sayang maupun kesucian dari dosa.  Ia seorang yang takwa.
14.  Ia berbakti kepada orangtuanya.  Tidak angkuh.  Tak pula durhaka.
15.  Sejahtera sentosa atas dirinya.  Pada hari ia dilahirkan.  Pada hari  ia wafat.  Pada hari ia dibangkitkan di Hari Kiamat.
16.  Kisahkan (wahai Nabi Muhammad) dari al-Qur’an tentang Maryam.  Saat mengasingkan diri dari keluarganya.  Ke suatu tempat di sebelah timur, arah Baitul Maqdis.
17.  Maryam memasang tirai guna melindungi dirinya dari manusia.  Kemudian Kami utus ruh Kami (Jibril) kepada Maryam.  Ia menjelma sebagai pria dengan fisik sempurna.
[1.  Tabir yang terpasang berguna untuk melindungi kekhusyukan ibadah Maryam.
2.  “Ruh Kami” tidak berarti ruh dalam diri Tuhan sebagaimana ruh dalam jasad manusia.  “Ruh Kami” ialah Jibril, kepala suku malaikat.  Dalam al-Qur’an, Jibril biasa disebut Ruhul Qudus atau Ruhul Amin.  Dalam ayat ini dinamakan Ruuhuna (Ruh Kami).
     Jibril menemui Maryam dengan penampilan menawan.  Maryam tentu kaget melihat sosok tampan berdiri di hadapannya.  Pasalnya, ia telah memasang tirai pengaman.  Ia sengaja menjauhkan diri sekaligus mengurung diri di balik tabir untuk beribadah]
18.  Maryam berkata:  “Saya berlindung kepada Allah yang Mahapemurah dari dirimu.  Jangan usil padaku jika kau orang bertakwa”.
19.  Jibril menjelaskan: “Saya diutus Tuhanmu.  Memberimu seorang putra suci”.
20.  Maryam bertanya cemas: “Bagaimana saya bisa punya anak!  Tiada pernah saya disentuh laki-laki.  Saya juga bukan pelacur!”
21.  Jibril menjawab: “Begitulah yang bakal terjadi.  Tuhanmu berfirman: Ihwal itu enteng bagiKu.  Kami hendak menjadikannya tanda kekuasaan Kami untuk manusia.  Suatu rahmat dari Kami.  Hal itu merupakan perkara yang sudah diputuskan”.
22.  Maryam mengandung.  Ia menyingkir ke tempat jauh.
23.  Ketika hendak bersalin.  Rasa sakit memaksa ia bersandar pada pangkal pohon kurma.  Ia berkata:  “Aduhai, alangkah baik andai saya mati sebelum ini.  Menjadi sesuatu yang tanpa makna.  Dilupakan selamanya!”
24.  Jibril menyeru dari tempat rendah.  “Jangan berduka!  Tuhanmu menjadikan telaga di bawahmu”.
[Jibril memanggilnya dari area rendah di bawah dataran tinggi tempat tumbuh pohon kurma]
25.  “Goyang pangkal pohon kurma itu.  Pohon tersebut niscaya menggugurkan buahnya yang matang”.
[Ayat ini mengandung unsur medis.  Wanita yang melahirkan cocok makan kurma]
26.  “Makan dan minumlah.  Senangkan hatimu dengan kelahiran anakmu.  Kalau kamu bersua seseorang.  Katakan: Saya bernazar puasa untuk Allah yang Mahapemurah.  Saya tidak akan berkata-kata kepada siapa saja hari ini”.
[Maryam diminta diam kalau bertemu seseorang.  Pasalnya, ia pasti menanyakan ayah bayi itu.  Sementara Maryam repot menjelaskan proses kelahiran putranya.
     Dalam ritual Yahudi, puasa sudah dikenal.  Selain tidak makan-minum, puasa Yahudi juga mencakup tidak bercakap-cakap]
27.  Maryam menggendong sang bayi kepada kaumnya.  Mereka berkata:  “Hai Maryam!  Kamu melakukan perbuatan yang sangat nista!”
28.  ”Hai saudari Harun!  Ayahmu tidak buruk tabiatnya.  Ibumu pun bukan pezina!”
[Kristolog Ahmad Deedat menjelaskan bahwa “saudari Harun” tidak bermakna kakak atau adik Maryam.  Sebab, Maryam anak tunggal.  Istilah “saudara atau saudari Harun” disematkan kepada orang yang sangat alim.  Di masa itu, kaum Yahudi yang begitu taat dipanggil “saudara atau saudari Harun”.  Harun di sini yakni Nabi Harun, saudara Nabi Musa.
     Di zaman kini, siapa saja yang cerdas dengan level tinggi sering dijuluki “berotak Einstein”.  Di kalangan umat Islam, tokoh-tokoh jahat acap disebut “Fir’aun”.
     Ukhta Harun (saudari Harun) dalam ayat ini, ada pula yang menerjemahkan “keturunan Harun”.  Sebagai contoh, “hai saudara Bugis”.  Maksudnya “hai keturunan orang Bugis”.  “Hai saudara Amerika” tentu pemahamannya “hai keturunan manusia Amerika”.
     Sekali peristiwa, Shafiyyah binti Huyay bin Akhthab, menangis.  Ia istri Nabi Muhammad yang keturunan bangsawan Yahudi dari bani Nadhir.  Hati Shafiyyah perih oleh ejekan Aisyah binti Abu Bakar serta Hafshah binti Umar.  Nabi Muhammad menenangkan.  “Katakan pada mereka.  Suamiku Nabi Muhammad.  Ayahku Nabi Harun.  Pamanku Nabi Musa”]
29.  Maryam menunjuk bayinya untuk menjawab.  Mereka heran: “Bagaimana kami bisa berkomunikasi dengan bayi yang masih dalam ayunan?”
30.  Bayi tersebut menjawab:  ”Saya ini hamba Allah.  Ia memberiku Injil.  Mengangkatku sebagai Nabi”.
31.  “Ia menjadikanku diberkahi di mana saja berada.  Memerintahkanku mengerjakan shalat seraya membayar zakat selama saya bernyawa”.
32.  ”Kepadaku diimbau supaya berbakti terhadap bundaku.  Tuhan tidak menjadikan saya sombong serta durhaka”.
33.  “Semoga sejahtera sentosa dilimpahkan kepadaku pada hari saya dilahirkan.  Pada hari saya wafat.  Pada hari saya dibangkitkan di Hari Kiamat”.
[Ayat 33 ini jumlah hurufnya dalam abjad Hijayyah mencapai 33.  Ada anggapan, ayat yang merupakan ucapan Nabi Isa tersebut menandakan usianya ketika naik ke langit]
34.  Itulah Isa putra Maryam.  Ia mengatakan perkataan benar.  Sementara manusia ingkar saling berbantah tentang kebenarannya.
[Di bawah terjemah ini, dilampirkan artikel bertajuk “Inilah Nabi Isa al-Masih, Putra Maryam”.  Karya Adrian Jourdan Muslim itu dimuat harian Fajar pada Sabtu, 25 Desember 2010]
35.  Tidak pantas Allah punya anak!  Mahasuci Allah.  Bila menciptakan sesuatu.  Ia hanya bertitah: “Jadilah”.  Kemudian tercipta yang Ia kehendaki.
36.  Nabi Isa bersabda: “Allah adalah Tuhanku dan Tuhanmu.  Sembah Ia.  Inilah jalan lurus“.
37.  Berdebat  Marya’kubi, Nasturi serta Malkaiyah.  Cecunguk kafir yang berselisih, niscaya celaka pada waktu menyaksikan hari yang besar huru-haranya.
[Mar’yakubi menegaskan Nabi Isa adalah putra Maryam.  Nasturi berpendapat Isa merupakan putra Allah.  Sedangkan Malkaiyah menjabarkan bahwa Isa bagian dari trinitas.  Allah, Isa serta Maryam menjadi tiga serangkai tuhan.  Gerombolan kafir yang saling berbantah perihal Nabi Isa al-Masih pasti melihat Hari Kiamat, momen yang besar huru-haranya]
38.  Betapa tajam pendengaran maupun penglihatan gerombolan kafir kala datang menghadap Kami.  Kendati demikian, orang-orang durjana di dunia pada hari ini.  Berada dalam kesesatan yang nyata.
[Ada tafsir bahwa “datang menghadap Kami” yaitu saat mereka dimatikan.  Kala itu, terbuka tabir.  Mata dan telinga sangat sensitif]
39.  Beri peringatan (wahai Nabi Muhammad) kepada manusia perihal hari penyesalan.  Di momen itu, segala perkara diputuskan.  Di dunia mereka lalai.  Tidak sudi beriman!
[Perkara yang diputuskan di sini ialah azab yang menimpa masing-masing pedosa]
40.  Kami mewarisi bumi bersama segenap makhluk di atasnya.  Kepada Kami mereka dikembalikan.
[Allah Mahakekal!  Saat alam semesta diluluhlantakkan pada Hari Kiamat, seluruh makhluk mati.  Allah bersama siapa yang Ia kehendaki saja tetap hidup]
41.  Kisahkan (wahai Nabi Muhammad) dari al-Qur’an tentang Nabi Ibrahim.  Ia pecinta kebenaran.  Ia Nabi.
[Segala masalah gaib yang datang dari Allah langsung dibenarkan oleh Nabi Ibrahim]
42.  Kenang tatkala ia berkata kepada bapaknya:  ”Hai ayahku, mengapa menyembah benda yang tak mendengar.  Tidak melihat.  Tak kuasa pula menolongmu, walau secuil”.
43.  ”Hai ayahku.  Telah tiba kepadaku ilmu yang belum pernah datang kepadamu.  Ikutlah saya.  Pasti kau kubimbing ke jalan lurus”.
44.  ”Hai ayahku.  Jangan sembah setan.  Sebab, setan durhaka kepada Allah yang melimpah-ruah kasih sayangNya”.
45.  ”Hai ayahku.  Saya khawatir kau bakal kena azab Allah yang Mahapemurah.  Akibatnya, kau menjadi rekan setan di Neraka”.
46.  Si bapak menimpali:  “Patutkah kamu benci tuhan-tuhanku, hai Ibrahim?  Jika tidak berhenti merongrongku, niscaya kurajam kamu.  Kini, tinggalkan saya selamanya”.
47.  Nabi Ibrahim menyahut: ”Semoga keselamatan dianugerahkan kepadamu.  Saya akan memohonkan ampun bagimu kepada Tuhanku.  Ia penuh rahmat terhadapku”.
48.  “Kutinggalkan kau.  Demi menjauh dari yang kau sembah selain Allah.  Saya akan berdoa kepada Tuhanku.  Semoga tiada hampa doaku”.
49.  Ketika Nabi Ibrahim memisahkan diri dari mereka.  Meninggalkan apa yang disembah selain Allah.  Kami karuniakan kepadanya (anak bernama) Ishak dan (cucu bernama) Yakub.  Keduanya Kami angkat Nabi.
50.  Kami karuniakan mereka rahmat Kami.  Kami menjadikannya buah tutur-kata nan elok.  Disanjung dengan pujian semerbak.
51.  Ceritakan (wahai Nabi Muhammad) dari al-Qur’an mengenai Nabi Musa.  Ia manusia pilihan.  Ia Rasul serta Nabi.
52.  Kami panggil ia dari sebelah kanan Thur Sina.  Kami mendekatkannya kepada Kami.  Kala Kami berdialog dengan ia tanpa perantara.
[Thur artinya gunung]
53.  Kami anugerahkan kepadanya rahmat Kami berupa pengangkatan saudaranya.  Harun juga Nabi.
54.  Bacakan (wahai Nabi Muhammad) dari al-Qur’an ini kisah Nabi Ismail.  Ia setia pada janji.  Ia Rasul dan Nabi.
55.  Ia anjurkan keluarganya untuk shalat seraya menunaikan zakat.  Ia diridai oleh Tuhannya.
56.  Ceritakan (wahai Nabi Muhammad) dari al-Qur’an perihal Nabi Idris.  Ia teramat benar tutur katanya.  Ia seorang Nabi.
57.  Kami angkat ia pada kedudukan yang tinggi derajatnya.
58.  Mereka merupakan Nabi yang diberi nikmat oleh Allah.  Nabi-nabi keturunan Nabi Adam.  Kemudian keturunan orang yang Kami angkut dalam bahtera bersama Nabi Nuh.  Lantas keturunan Nabi Ibrahim serta Israil (Nabi Yakub).  Kemudian dari orang-orang yang Kami beri hidayah.  Kami memilihnya.  Jika dibacakan ayat-ayat Allah yang Mahakasih.  Mereka bergegas sujud sembari berurai air mata.
[Ayat ini menunjukkan empat silsilah manusia.  Semua manusia berasal dari Nabi Adam.  Ketika banjir besar terjadi, seluruh manusia mati kecuali Nabi Nuh bersama anak-anaknya.  Sementara keturunan Nabi Ibrahim termaktub sebagai hamba-hamba agung.  Anak-cucunya menjadi tokoh utama agama Yahudi, Nasrani dan Islam.  Sedangkan Nabi Yakub dianggap leluhur etnis Yahudi.  Ia dinamakan Israil.  Dalam bahasa Ibrani, isra artinya hamba.  Il bermakna tuhan.
     Puncak keturunan Nabi Adam, Nabi Nuh serta Nabi Ibrahim yakni Mahanabi Muhammad.
     Saya menggunakan kata Nasrani di sini, bukan Kristen.  Nasrani adalah ajaran yang dibawa Nabi Isa Almasih.  Sementara Kristen doktrin Paulus.  Kalangan ateis acap menuding Yesus Kristus sebagai tokoh fiktif.  Tidak nyata dalam sejarah.  Apalagi, ia digembar-gemborkan sebagai anak tuhan!]
59.  Datang sesudah mereka.  Generasi-generasi yang mengabaikan shalat.  Diperbudak hawa-nafsu.  Kelak, mereka tersesat di Akhirat.
60.  Orang yang bertobat, beriman serta berlaku bajik.  Mereka masuk Surga.  Tiada dianiaya, kendati secuil.
61.  Mereka menghuni Surga Aden.  Dijanjikan oleh Allah sang Mahapemurah kepada para hambaNya, sekalipun Surga itu gaib.  Janji Tuhan pasti ditepati!
62.  Tiada terdengar di dalamnya ucapan sia-sia.  Di situ yang bergema cuma perkataan santun.  Rezeki mereka tersaji sepanjang pagi serta petang.
63.  Surga itulah yang Kami wariskan.  Kepada hamba-hamba Kami yang bertakwa.
64.  Berkata Jibril: “Kami tidak turun kecuali atas perintah Tuhanmu (wahai Nabi Muhammad).  Ia penguasa apa saja di hadapan dan di belakang kita.  Kemudian yang ada di antara keduanya.  Tuhanmu tidak lupa”.
[Ayat ini terkait sabda Maharasul Muhammad.  “Hai Jibril, apa perintangmu untuk mengunjungi kami lebih sering dibandingkan yang selama ini?”]
65.  “Tuhan yang menguasai langit serta bumi.  Menguasai segala yang ada di antara keduanya.  Dengan demikian, sembahlah Ia.  Teguhkan hatimu dalam beribadah kepadaNya.  Adakah kau tahu sesuatu yang setara denganNya untuk disembah?”
[Ayat ini terang-benderang maksudnya.  Langit dan bumi kepunyaan Allah.  Kalau Ia pemiliknya, maka, hambatan apa yang membuat manusia tidak menyembahnya?]
66.  Gerombolan kafir menimpali:  “Betulkah bila mati, saya bakal dibangkitkan seperti semula?”
[Diriwayatkan bahwa Ubay bin Khalaf atau mungkin al-Walid bin al-Mughirah bersama antek-anteknya.  Ia ambil tulang rapuh yang berserakan.  Menghancurkannya secara berujar.  “Nabi Muhammad bersabda kita akan dibangkitkan sesudah menjadi tulang-tulang rapuh seperti ini!”  Ayat ini akhirnya diwahyukan]
67.  Apakah manusia tidak memikirkan.  Kami telah menciptakannya.  Padahal, ia dulu belum ada sama sekali.
68.  Demi Tuhanmu (wahai Nabi Muhammad).  Kami akan kumpulkan cecunguk kafir bersama setan di Padang Mahsyar.  Kami giring ke Neraka Jahanam.  Mereka duduk berlutut karena ketakutan di seputar Neraka Jahanam.
69.  Sesudah itu, Kami renggut dari tiap golongan tersebut.  Siapa yang paling keras pembangkangannya terhadap Allah yang Mahapemurah.
70.  Kami tahu betul siapa yang layak dipanggang di Neraka.
71.  Semua orang pasti mendatangi Neraka.  Ihwal itu merupakan aspek mutlak yang diputuskan Tuhanmu.
[Ayat ini menjabarkan bahwa sesudah manusia ditimbang amalnya.  Mereka diimbau melewati titian sekecil bulu.  Semua ingin selamat.  Soalnya, di bawah terbentang Neraka.  Para pelintas titian beraneka gaya.  Ada secepat kilat, segesit kuda sembrani maupun selincah kijang.  Ada yang berlari, berjalan, merangkak atau bergelantungan.  Mayoritas terpental.  Makin banyak dosa, kian jauh terperosok ke lubang api]
72.  Kami selamatkan manusia yang menjaga diri dari kejahatan.  Lantas membiarkan orang durjana bertekuk-lutut di Neraka.
73.  Jika dibacakan ayat-ayat Kami yang jelas maksudnya.  Cecunguk kafir mengumbar kata kepada insan saleh “Golongan mana di antara kami dengan kalian yang Mukmin.  Lebih indah kediamannya.  Lebih disuka dalam pergaulan?”
74.  Banyak umat yang Kami binasakan sebelum mereka.  Padahal, lebih mewah perabot rumah-tangganya.  Lebih elok penampilannya di pandang mata.
75.  Tuturkan (wahai Nabi Muhammad): “Siapa sesat, maka, biar Allah yang Mahapemurah memperpanjang tempo hidupnya agar bertambah sesat.  Akibatnya, kalau mereka menatap yang diancamkan berupa azab dunia atau petaka Kiamat.  Mendadak mereka sadar siapa yang lebih buruk keadaannya.  Lebih lemah penolong-penolongnya”.
76.  Allah menambah hidayah kepada orang yang memperoleh bimbingan.  Perbuatan bajik yang kekal itu lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu.  Sebab, berakhir bahagia.
77.  Apakah kau heran memikirkan (wahai Nabi Muhammad).  Orang yang ingkar kepada ayat-ayat Kami.  Ia berujar dengan tujuan mengejek: “Saya pasti diberi kekayaan dan keturunan pada Hari Akhir”.
[Khabbab bin al-Arats berkisah.  “Dulu saya pandai besi.  Al-Ash bin Wa’il as-Salmi lantas minta dibuatkan pedang.  Ketika saya menagih pembayarannya, ia menolak.  Ia bilang, saya tidak akan melunasinya sebelum kau kafir kepada Nabi Muhammad.  Saya tegaskan, saya tidak kafir kepada Rasulullah sampai kau mati.  Lalu kau dibangkitkan kembali.  Al-Ash menukas, saya dibangkitkan kembali? Kalau begitu, datanglah kembali sesudah saya dibangkitkan.  Di sana saya punya harta serta anak.  Saya akan berikan padamu”.  Ayat ini lalu diwahyukan]
78.  Apakah ia tahu perkara gaib atau sepakat atas perjanjian dengan Allah yang Mahapemurah?
[“Perjanjian dengan Allah” adalah mematuhi seluruh perintah Allah.  Ini menandaskan bahwa insan takwa merupakan hamba yang telah meneken nota kesepakatan dengan Allah]
79.  Sama sekali tidak! Kami catat yang ia katakan.  Kami pasti memperpanjang siksanya.
80.  Kami akan ambil yang ia ucapkan.  Ia bakal datang kepada Kami seorang diri dalam keadaan hina-dina.
[Allah pasti mengambil kembali harta dan anaknya]
81.  Mereka menyembah benda-benda, bukan Allah.  Lalu berharap sesembahan tersebut menjadi pelindung.
82.  Tidak!  Sama sekali tidak!  Benda-benda yang dipertuhankan itu kelak mengingkari ibadah mereka.  Bahkan, menjadi musuh.
83.  Tiadakah kamu perhatikan (wahai Nabi Muhammad).  Kami kirim setan-setan kepada gerombolan kafir.  Setan memprovokasinya agar aktif berbuat maksiat.
84.  Jangan tergesa-gesa memintakan siksa bagi mereka (wahai Nabi Muhammad).  Kami membiarkannya sampai batas waktu tertentu.  Lantas Kami hitung secara teliti datangnya batas waktu berupa siksa pembalasan.
85.  Camkan (wahai Nabi Muhammad).  Hari saat Kami himpun insan takwa laksana duta terhormat.  Mereka menuju Surga yang disiapkan Allah yang Mahapemurah.
86.  Kami halau bak binatang para pedosa dalam keadaan dahaga ke Neraka Jahanam.
87.  Hari itu, mereka tidak punya syafaat sebagai miliknya atau untuk diberikan.  Terkecuali orang yang mengikat janji dengan iman serta amal di sisi Allah yang melimpah-ruah rahmatNya.
88.  Kawanan kafir (Yahudi, Kristen serta musyrik Mekkah) berseru: “Allah yang Mahapemurah punya anak!”
89.  Demi Allah!  Kalian melakukan penghinaan yang keterlaluan sekali!
90.  Gara-gara ucapan sial tersebut.  Langit nyaris retak.  Bumi hampir terbelah.  Sementara gunung-ganang nyaris runtuh-berantakan.
91.  Semua karena menuduh Allah yang Mahapemurah punya anak!
92.  Tidak patut bagi Allah yang Mahapemurah memiliki anak.
93.  Tiap makhluk yang ada di langit serta bumi.  Pasti datang kepada Allah yang Mahapemurah selaku hamba.
[Pasca Kiamat, semua makhluk datang sebagai hamba.  Tidak ada yang mengaku anak Allah]
94.  Allah tahu jumlah mereka secara rinci.  Mereka dihitung dengan cermat.
95.  Satu per satu datang kepada Allah pada Hari Kiamat.
96.  Kepada insan saleh dan pelakon bajik.  Allah yang melimpah-ruah rahmatNya akan menanamkan dalam kalbunya rasa cinta kasih.
97.  Kami memudahkan al-Qur’an ini dengan bahasamu (wahai Nabi Muhammad).  Hingga, kamu leluasa memberi kabar gembira kepada orang takwa.  Lantas menginformasikan peringatan kepada komplotan pembangkang.
[Thufail bersama para sahabat menghadap Nabi Muhammad.  “Ya Rasulullah, suku Daus ingkar seraya membangkang.  Mohonlah kepada Allah agar mereka ditimpa bencana”.
     Nabi Muhammad berdoa:  “Ya Allah, beri petunjuk kepada puak Daus.  Datanglah besama mereka”]
98.  Sangat banyak generasi yang Kami binasakan sebelum mereka.  Adakah kamu (wahai Nabi Muhammad).  Melihat seorang dari mereka sekarang ini atau mendengar suaranya, sekalipun  sayup-sayup?


Menyambut Natal 25 Desember 2010
Inilah Nabi Isa al-Masih
Putra Maryam
Oleh Adrian Jourdan Muslim

Peminat Masalah Agama
     Dalam Islam, kaum Muslim beriman kepada semua Nabi serta Rasul, termasuk Nabi Isa al-Masih.  Siapa yang tidak percaya terhadap seorang utusan Allah, niscaya ia dianggap kafir.

     Nabi Isa lahir lewat immaculate conception (konsep kelahiran suci) dari rahim Maryam Aulia al-Bijzah binti Imran.  Di masa hidupnya, Maryam tergolong wanita paling mulia.  Keluarganya berasal dari Yahudi sekte Essenes yang patuh terhadap hukum Taurat (Osei Hattorah).

     Nabi Isa dalam bahasa Ibrani dinamakan “Yushu” (sang Penyelamat).  Dalam bahasa Aramaik dipanggil “Yeshua”.  Bibel menyebutnya Yasu atau Yesus.

     Nabi Isa merupakan al-Masih atau Mesiah untuk umat Yahudi demi menghidupkan kembali agama para Nabi bani Israil.  Al-Masih berasal dari istilah Ibrani dengan makna insan yang mencintai keteguhan atau individu yang diberkahi.  Dalam terminologi khusus, al-Masih tergolong manusia yang sudah diurapi.  Definisinya mengacu bahwa orang itu telah diangkat secara resmi oleh Allah.

     Al-Masih dalam bahasa Latin dinamakan “Christus”.  Dalam istilah Yunani disebut “Khristos” yang harfiahnya “terminyaki” (baptis).  Pada bahasa Yunani, huruf pertama Kristus ialah “X”.  Alhasil, di hari natal acap tertera “X-mas” alias Chrismas (Hari Natal).

     Gelar al-Masih bagi Nabi Isa makin mengkilap berkat termaktub sebagai Ulil Azmi (manusia tabah yang dibebani syariat samawi).  Pribadi Ulil Azmi hanya ada lima di planet ini.  Mereka adalah Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, Nabi Musa dan Mahanabi Muhammad.

    Riwayat Nabi Isa berawal dari Imran, Ketua Majelis Ulama Yahudi.  Imam Besar (Kohen Haggadol) Bait Allah di Yerusalem tersebut, merindukan seorang putra dari rahim Wahibah, istrinya.  Tatkala Wahibah melahirkan, Imran tertegun.  Sebab, anaknya ternyata perempuan.  Arkian, sulit baginya melayani orang-orang yang beribadah di Beyt Hammiqdash (Rumah Suci).

     Bayi itu kemudian dinamakan Maryam yang berarti “pengabdi Tuhan”.  Imran cuma sekejap bersama putrinya.  Wahibah juga tak lama menemani Maryam.  Keduanya wafat ketika Maryam masih bocah.

     Nabi Zakariya yang merupakan ipar Wahibah, lantas mengasuh Maryam.  Bethulah (perawan) tersebut hidup dalam kekudusan serta kekhusukan.  Siang-malam waktunya hanya beribadah di mihrab sekaligus melayani jemaah kuil suci Yerusalem.  Anak dara itu senantiasa memelihara diri.  Maryam pun tertoreh sebagai shiddiqah (meyakini segenap yang gaib).  “Ia membenarkan kalimat-kalimat Tuhannya maupun kitab-kitabNya.  Ia termasuk insan taat” (at-Tahrim: 12).



Kehamilan Ajaib

     Di suatu Jumat pada umur 13 tahun, Maryam keluar dari tempat ibadahnya sekedar berjalan-jalan.  Ia melangkahkan kaki ke arah timur seraya menghirup udara sejuk di alam terbuka.

     Dalam kesendirian tersebut, ia tiba-tiba terperanjat.  Langkahnya terhenti.  Maryam melihat sesosok lelaki tampan.  Ia berniat lari dari pria tidak dikenal itu.  Maryam khawatir kalau laki-laki di hadapannya bermaksud jahat.  Kecemasan tersebut sontak sirna.  Maklum, paras dan tabiat pemuda itu tak menunjukkan gelagat mencurigakan.  Hatta, ia menatapnya penuh takjub.  Maryam lalu menundukkan kepala memohon pertolongan Allah.

     Lelaki di depan Maryam kemudian menerangkan identitasnya.  “Saya diutus Tuhanmu.  Memberimu seorang putra suci” (Maryam: 19).

     Mendengar ucapan Jibril, ia tercenung dalam keheranan.  “Bagaimana saya bisa punya anak!  Tiada pernah saya disentuh laki-laki.  Saya juga bukan pelacur!” (Maryam: 20).

     Jibril lantas meniupkan roh di balik baju bagian dada Maryam.  Tiupan malaikat mencapai rahim sang gadis.  Maryam pun mengandung.

     Saat kehamilan mulai terasa, maka, Maryam mengasingkan diri ke suatu tempat.  Menjelang melahirkan, ia merasakan sakit.  Maryam lalu bersandar pada sebatang pohon kurma sambil mengeluh.  “Aduhai, alangkah baik andai saya mati sebelum ini.  Menjadi sesuatu yang tanpa makna.  Dilupakan selamanya!” (Maryam: 23).

     Di sore hari di musim panas yang berlangsung pada 21 September sampai 21 Desember,  Maryam melahirkan seorang bayi.  Sesudah bersalin, ia memulihkan tenaganya dengan mengunyah ruthab (kurma setengah masak) serta tamar (kurma matang).  Sedangkan untuk membersihkan badannya, ia memercikkan air dari sungai yang mengalir di dekatnya.

     Maryam kemudian kembali ke desanya.  Di sana, warga tertegun memandangnya menggendong bayi.  Umpatan dan cemoohan segera dilontarkan kepadanya.  Nabi Isa yang masih bayi lantas membela ibunya: “Saya ini hamba Allah.  Ia memberiku Injil.  Mengangkatku sebagai Nabi.  Ia menjadikanku diberkahi di mana saja berada.  Memerintahkanku mengerjakan shalat seraya membayar zakat selama saya bernyawa” (Maryam: 30-31).



Menuju ke Langit

     Pada usia delapan hari, Nabi Isa dibawa ibunya ke Haikal (masjid yang dibangun Nabi Sulaiman).  Ia disunat sambil dinamakan Yushu.  Selama periode kanak-kanak, Nabi Isa membuat tercenggang para rabi.  Pasalnya, ia fasih menjelaskan abjad yang mengandung hikmah.

     “Alif merupakan ala (berkah) Allah.  Ba yaitu bahjah (kebahagiaan) Allah.  Jim yakni jamal (keindahan) Allah.  Dal ialah din (agama) Allah.  Ha adalah hawwaz (siksa Neraka).  Kaf berarti kalam (firman) Allah”.

     Pada umur 30 tahun, Isa diangkat sebagai Nabi terakhir bani Israil yang terdiri 12 puak.  Sebetulnya, nubuwwah (kenabian) lazim berlaku di usia 40 tahun.  Dalam kasus ini, terjadi pengeculiaan.  Allah lalu mewahyukan Injil kepada Nabi Isa.  Injil dalam bahasa Ibrani bermakna “kabar gembira”.  Penduduk Yunani menyebutnya Evangel.

     Allah juga memberi Nabi Isa mujizat seperti menghidupkan orang mati.  Menyembuhkan tunanetra serta lepra.  Dari tanah liat, ia membentuk burung yang terbang di angkasa.  Ia malahan mengetahui apa yang telah dimakan dan disimpan di rumah.  Segala konstruksi meta-alami Nabi Isa merupakan ayat dari Allah (the sign of God).

     Nabi Isa luwes pula perihal ilmu hikmah serta Taurat.  Bahkan, meramalkan kedatangan al-Faraglith.  Dalam bahasa Yunani, parakletos (παράκλητος) yang bermakna “pembela”

tiada lain Ahmad alias Maharasul Muhammad (manusia paling terpuji sepanjang masa).  Di cincin Nabi Isa terpahat kalimat: “Diberkati hamba yang mengingat Allah dan terkutuk yang melalaikan Tuhan”.

     Selama berdakwah, Nabi Isa yang menggunakan bahasa Suryani (Aram), selalu dikelilingi al-Hawariyyun (komunitas suci yang berserah diri kepada Allah).  Al-Hawariyyun (Nazarean atau Unitarian) tersebut antara lain Syam’un al-Butrus, Indraus, Yakub bin Zabidi, Yahya bin Zabidi, Bartulmaus, Filibs, Tomas, Matta al-A’syar, Yakub bin Hipi, Libaus al-Malaqi Tidaus, Syam’un al-Qanuni, Yahudza al-Iskhariuti serta Barnabas.

     Syahdan, pada malam 21 Ramadan, Nabi Isa diangkat ke langit kedua.  Dalam al-Qur’an, tertoreh sabda Isa Alaihissalam.  “Selamat sentosa dilimpahkan kepadaku pada hari saya dilahirkan.  Pada hari saya wafat.  Pada hari saya dibangkitkan di Hari Kiamat” (Maryam: 33).

     Diktum dalam ayat ke 33 itu memuat 33 huruf Hijayyah.  Walhasil, menyeruak argumentasi bila umur Nabi Isa mencapai 33 tahun kala naik ke langit.  Ketika prajurit Romawi mengepung tempat persembunyian Nabi Isa, mendadak muncul 13.313 malaikat dari aneka prototipe.  Rombongan malaikat tersebut menjemput Nabi Isa menuju langit kedua.

     Di suatu hari nanti, Nabi Isa kembali datang.  Ia tiba pada sebuah menara putih masjid di Yaman.  Putera Maryam yang diperkuat eksistensinya dengan Ruhul Qudus itu kemudian menjadi hakim yang adil serta pemimpin nan bijaksana.

     Nabi Isa berwasiat dalam al-Qur’an: “Hai keturunan Israil!  Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu.  Siapa menyekutukan Allah dengan yang lain, niscaya Tuhan mengharamkan Surga baginya.  Tempatnya hanya di Neraka.  Tiada seorang dapat menolong cecunguk durjana tersebut” (al-Maidah: 72).






Derajat Terjemahan

     Terjemah al-Qur’an bukan al-Qur’an sesungguhnya.  Bukan al-Qur’an sejati yang diwahyukan kepada Maharasul Muhammad.  Al-Qur’an senantiasa berbahasa Arab klasik.  Tidak dinamakan al-Qur’an jika firman-firman Allah tersebut disadur ke bahasa Bugis atau Perancis.  Soalnya, terjemahan muskil menampung seratus persen maksud al-Qur’an.  Alih bahasa mustahil sepadan dengan arti hakiki yang dimaksud Allah.  Apalagi, bahasa al-Qur’an bernas, ringkas, puitis sekaligus sarat makna.  Sedangkan aneka bahasa yang digunakan dalam terjemahan tak efektif serta efisien.

     Terjemah al-Qur’an hanya deretan kata manusia, bukan untaian Kalam Ilahi dari Lauhul Mahfuz.  Hingga, terjemah al-Qur’an tidak hidup, tak punya sukma yang bisa menggelorakan spirit.  Terjemah al-Qur’an selalu kaku dan acap membingungkan.  Dengan demikian, posisi terjemahan sekedar “pengantar” untuk membaca al-Qur’an.  Bukan “kunci” buat memahami al-Qur’an.

     Terjemah al-Qur’an tidak pernah serupa.  Terjemahan senantiasa tampil beda.  Aspek itu menandaskan bahwa terjemahan tak mungkin setara dengan al-Qur’an.  Maklum, Kalam Ilahi tersebut memiliki irama dalam teks, kejelasan arti, sintaks kalimat serta penggunaan kata.

     Terjemah al-Qur’an secara harfiah (letterlejk) termasuk repot diaplikasikan.  Mayoritas ulama berpendapat bahwa terjemahan harfiah rumit lantaran membutuhkan persyaratan yang berat direalisasikan.  Terjemahan harfiah susah karena ada mufradat (sinonim) per huruf antara bahasa penerjemah dengan bahasa al-Qur’an.  Kemudian ada tanda baca yang sama pada bahasa penerjemah terhadap tanda baca pada bahasa al-Qur’an.  Tanda baca tersebut minimal mirip.  Selain itu, terjemahan secara harfiah menuntut kesamaan susunan kata antara bahasa penerjemah dengan bahasa al-Qur’an.  Kesamaan tersebut mencakup kalimat, sifat atau tambahan-tambahannya.

     Terjemahan harfiah diharamkan ulama akibat makna yang dikandungnya kurang sempurna.  Hatta, jauh dari maksud al-Qur’an.

     Walau sukar, tetapi, ada terjemahan yang benar-benar setia pada kata-kata dalam al-Qur’an.   Mereka berusaha selaras dengan wahyu.  Sebab, khawatir mengaburkan arti.  Mereka menjaga interpolasi pikiran.

     Terjemahan tidak lepas pula dari platform sastra.  Terjemahan berdimensi puitis itu diperkaya dengan nuansa keindahan bahasa si penerjemah.  Dalam kasus ini, penerjemah dapat digolongkan sebagai figur liberal.  Pasalnya, menyuntikkan semangat bahasa ibu si penerjemah ke dalam terjemahan.  Mereka tak menyukai kesetiaan pada tiap kata-kata Arab.  Penerjemah semacam ini memakai kebebasan dengan kata-kata pilihan.

     Di berbagai bentala, ada terjemahan yang benar-benar akademis.   Ada juga sekedar informatif dengan bumbu bahasa jurnalistik sastrawi.  Tiap kalimat tidak setia dengan kata per kata al-Qur’an.  Spirit yang diemban ialah bagaimana al-Qur’an cepat diserap dan tak membosankan ditelaah.

     Pada akhirnya, seluruh terjemahan dilandasi vitalitas agar Kalam Ilahi tersebut membuncah di hati.  Tiada seorang pun ingin menampilkan terjemahan ala kadarnya.  Elemen itu pula yang membuat segenap terjemahan wajib dilengkapi di sisi kanan atau atasnya teks al-Qur’an yang berbahasa Arab.  Alhasil, bila ada yang salah atau keliru, maka, pembaca segera mengecek ke al-Qur’an asli.

     Terjemahan apa saja terasa sempurna kalau dilampiri teks tulen al-Qur’an.  Soalnya, al-Qur’an berbahasa Arab tersebut sanggup berpengaruh secara psikologis terhadap pembacanya, biarpun ia tidak mengerti bahasa Arab.

     Di luar negara-negara Arab, istilah paling membingungkan dalam al-Qur’an yakni kata nahnuDhamir (kata ganti) nahnu bermakna “kita” atau “kami”.  Dalam ilmu Nahwu (sintaksis), nahnu bisa diterjemahkan “kita”, “kami”, “saya” atau yang lain tergantung konteks kalimat.

     Dalam bahasa Arab, istilah serta kata tak selalu berarti zahir atau apa adanya.  Sebagai contoh, kata antum (kalian).  Antum sering digunakan untuk menyapa lawan bicara kendati cuma satu orang.  Tidak dipakai kata anta (kamu).  Penggunaan antum yang plural dipandang lebih sopan sembari menghargai lawan bicara.

     Di Indonesia, orang menyapa lawan bicara dengan kamu, Anda atau tuan.  Kamu, Anda dan tuan punya rasa bahasa yang berbeda.  Kamu biasa dipakai untuk lawan bicara yang lebih muda atau di kalangan sebaya.  Anda digunakan kepada lawan bicara yang dituakan.  Sementara tuan buat orang yang dimuliakan.  Anda serta tuan dalam sosio-linguistik Arab bermakna ta’zim alias kata beradab terhadap lawan bicara yang memiliki derajat tinggi atau kepada khalayak.

     “Kami” merupakan sebutan Allah untuk diriNya.  Dalam bahasa Arab, ada jamak kuantitas dan jamak kualitas.  Jamak kuantitas (al-mutakallim ma’a ghairihi) menunjukkan jumlah banyak atau kata ganti orang pertama plural.  Sedangkan jamak kualitas (al-mutakallim al-muazzim li nafsih) menerangkan pola tunggal dengan banyak predikat atau berarti keagungan atas dirinya.

     Dalam tata bahasa Arab, terdapat kata ganti pertama singular “ana” (saya).  Lantas ada kata ganti pertama plural “nahnu” (kami atau kita).  Lazim terjadi pada bahasa lain jika kata ganti pertama plural bisa berperan sebagai singular.  Dalam nahwu sharaf (Arabic grammar), inilah yang dinamakan al-mutakallim al-muazzim li nafsih (kata ganti pertama yang mengagungkan diri sendiri).

     Allah menegaskan diri dengan “Kami” berkat predikat di sisi-Nya berjumlah banyak.  Zat Esa itu tercantum sebagai pencipta, pengatur, pemelihara, pemaaf, penyayang serta Raja Diraja alam semesta.  Allah tak tidur!  Ia sibuk terus mencipta seraya mendengar doa insan saleh.

     “Semua makhluk di langit dan bumi senantiasa memohon kepada-Nya.  Tiap waktu Ia sibuk (mencipta serta memelihara makhluk-makhluk-Nya)” (ar-Rahman: 29).

     Saat membaca al-Qur’an, maka, bertabur kata Allah dalam Kitab Suci.  Harap dimafhumi bahwa nama asli penguasa langit dan bumi tiada lain Allah.  “Aku ini Allah.  Tiada Tuhan kecuali Aku!” (Thaha: 14).

     Allah sendiri memaklumatkan bila nama-Nya adalah Allah.  Allah merupakan nama diri (proper name) dari Zat Mahakuasa.  Dalam kaidah bahasa Arab, kata Allah berwujud ism jamid.  Kategori tersebut menjabarkan kalau kata Allah bukan ism (kata benda) yang diambil dari kata kerja.  Arkian, tidak boleh diubah dalam bentuk apa pun!  Ini berbeda dengan kata rabbun (tuhan).  Rabbun modelnya ism musytaq (kata benda yang dibentuk dari kata lain dengan arti berbeda dari kata pembentuknya).  Rabbun terambil dari kata kerja rabba, rabbi atau tarbiyatan.

    Istilah Allah bagi umat Islam teramat jelas posisinya.  Berbeda dengan Yahudi.  Mereka tak mengerti bagaimana mengucapkan fonem יהוה (YHVH) dalam Perjanjian Lama.  Ini gara-gara tidak ada tradisi sanad (rentetan jalur sumber) yang sampai kepada Nabi Musa.  Akibatnya, Yahudi bingung bin bimbang membaca YHWH (tetragrammaton alias empat huruf nama tuhan).  Bahkan, Yahudi Ortodoks ogah melafalkannya.  Mereka terpaksa membacanya adonai (tuhan atau tuan).  Di kamus tersua bahwa adonai ialah a Hebrew name for God, usually translated in the Old Testament by the word “Lord”.

     Untuk mengibuli umatnya serta penduduk planet biru ini, maka, YHWH diinformasikan sebagai sebutan dalam bentuk orang ketiga tunggal.  YHWH dicelotehkan sebagai “Dialah yang ada, Dialah Dia”.

     Pada esensinya, empat konsonan itu sekedar ditebak pengucapannya.  Kadang dibaca Yahweh, Yahuweh, Yehuwa, Yahavah, Yaheveh, Yahaveh atau apa saja sesuai selera.  Dengan demikian, Yahweh atau Yehovah sekedar nama jadi-jadian bagi tuhan mereka.  Ini sungguh aneh.  Sebab, nama tuhan mereka sendiri tak diketahui secara pasti.

     Di kalangan Kristen, istilah Allah bukan nama diri sebagaimana konsep Islam.  Kristen menganggap jika Allah merupakan sebutan untuk “wujud yang disembah” (al-ilah).  Hingga, tuhan boleh dipanggil Allah, Yahweh, God atau Lord.  Mereka cuma paham bahwa nama tersebut merujuk pada sesuatu yang disembah.

     Terkutuk sekawanan agen Thaghut (sesembahan paling nista) berlabel Islam progresif berasas liberal yang berceloteh: “Tiada tuhan selain Tuhan”.


Abdul Haris Booegies





























































































































































Amazing People