Kamis, 16 Juni 2011

Terjemahan Surah Yaa-Siin versi Abdul Haris Booegies


(Bahasa pada terjemahan ini belum diedit secara utuh.  Naskah ini tidak bertujuan komersial)
36. Surah Yaa-Siin
1.    Yaa-Siin.
2.    Demi al-Quran yang bertabur hikmah.
3.    Sungguh!  Kamu (wahai Muhammad) merupakan seorang di antara rasul-rasul.
4.    Di jalan lurus (Islam) kamu berada.
5.    Wahyu (surah Yaa-Siin) ini diturunkan oleh yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang.
6.    Supaya kamu memberi peringatan kepada kaum yang leluhurnya sudah lama tidak diberi peringatan.  Hingga, mereka tetap lalai.
7.    Deraan siksa pasti ditimpakan terhadap mayoritas dari mereka lantaran tidak beriman.
8.    Kami memasang belenggu di leher mereka (karena sombong terhadap kebenaran).  Sementara tangannya diangkat ke dagu sampai tercongak.

9.    Di hadapan mereka, Kami pasang palang (akibat silau oleh tahta dan harta).  Di belakangnya pun ada penghalang (lantaran tak memikirkan azab).  Selanjutnya Kami tutup mata mereka sampai tak bisa memandang (karena di dunia tak mau melihat jalan benar).

10.  Dengan demikian, sama saja bagi mereka.  Kamu memberi peringatan atau tidak.  Mereka tetap tak akan beriman.
11.  Kamu (wahai Muhammad) hanya pemberi peringatan kepada yang sudi mengikutinya.  Kemudian yang takut kepada Tuhan yang Maha Pemurah, walau dalam kesendirian tiada terlihat orang.  Ia tak melihat pula azab Tuhan.  Tebar informasi gembira kepadanya.  Kabarkan tentang ampunan dan pahala berlimpah.
12.  Sungguh, Kami menghidupkan orang-orang mati.  Kami catat apa yang mereka kerjakan berikut jejak yang ditinggalkan. Segala sesuatu telah Kami hitung dalam Kitab Induk yang mutlak (Lauh al-Mahfuz).

13.  Tunjukkan mereka tamsil.  Ketika penduduk suatu kota kedatangan rasul-rasul.

14.  Kami mengutus dua rasul kepada mereka, ternyata didustakannya.  Kami kemudian memperkuatnya dengan rasul ketiga.  Mereka  bersabda: “Sesungguhnya kami diutus kepada kalian”.
15.  Penduduk setempat menjawab: “Kamu tiada lain hanya manusia biasa seperti kami.  Allah yang Maha Pemurah tak menurunkan sesuatu pun (tentang agama yang kamu dakwahkan).  Kamu hanya pendusta belaka”.
16.  Para rasul bersabda: “Tuhan mengetahui kalau kami merupakan rasul yang diutus kepada kalian”.
17.  “Kewajiban kami tiada lain sekedar menyampaikan perintah Allah secara terang-benderang”.
18.  Warga itu mengoceh: “Kami bernasib sial gara-gara kedatanganmu. Kalau kalian tak berhenti berdakwah, maka, kami akan menimpukmu! Kamu pasti mendapat siksa pedih dari kami”.
19.  Ketiga rasul menukas: “Kemalanganmu itu lantaran kamu sendiri (yang ingkar).  Bagaimana mungkin kamu diberi peringatan, tetapi, berbalik mengancam?  Kalian betul-betul sudah melampaui batas!”
20.  Dari pojok kota, seorang pria (Habib an-Najjar) datang tergesa-gesa.  Ia berseru: “Wahai kaumku!  Patuhilah nasehat para rasul ini”.
21.  “Ikutilah insan yang tak meminta imbalan kepadamu.  Sebab, mereka adalah individu yang memperoleh hidayah”.
22.  Lelaki itu ditanya seraya menjawab: “Mustahil saya tidak menyembah Allah yang telah menciptakanku.  Apalagi, semua akan kembali kepada-Nya!
23.  “Mengapa saya harus menyembah tuhan selain Allah.  Kalau yang Maha Pemurah menimpakan bahaya terhadapku, niscaya pertolongan tuhan artifisial tidak berguna bagi diriku.  Bahkan, tidak pula dapat menyelamatkanku”.
24.  “Kalau saya syirik, pasti saya berada dalam kesesatan yang nyata”.
25.  “Kini, saya telah beriman kepada Tuhanmu.  Dengarlah pengakuan imanku”.
26.  (Setelah wafat) dikatakan kepada pria itu: “Masuklah ke Surga”.  Ia kemudian berkata: “Betapa elok sekiranya kaumku mengetahui ini”.
27.  “Tuhan mengampuniku.  Ia memasukkanku ke dalam golongan insan yang dimuliakan”.
28.  Sesudah pria itu wafat, Kami tak menurunkan kepada kaumnya suatu pasukan dari langit.  Tidak layak Kami menurunkan!
29.  Tiada azab bagi mereka kecuali satu pekik malaikat.  Semua pun mendadak mati!
30.  Alangkah besar penyesalan hamba-hamba itu nanti.  Tiap datang rasul-rasul, mereka selalu mencaci-makinya.
31.  Tiadakah diketahuinya kalau beberapa generasi sebelum mereka telah Kami binasakan.  Umat-umat yang binasa itu tak kembali lagi ke dunia.
32.  Semua makhluk kelak dikumpulkan di hadapan Kami (untuk diadili).
33.  Suatu tanda bagi mereka (untuk memahami kekuasaan Allah) yakni bumi yang kering-kerontang Kami suburkan.  Bumi kemudian menumbuhkan benih-benih.  Hingga, mereka pun memakannya.
34.  Kami hamparkan kebun-kebun kurma dan anggur.  Kemudian Kami pancurkan untaian mata air.
35.  Syahdan, mereka dapat memakan buahnya.  Kemudian apa yang diupayakan kedua tangannya.  Patutkah mereka tak bersyukur?
36.  Maha Suci Allah yang menciptakan semua makhluk secara berpasangan.  Ada pasangan bagi segala tetumbuhan di bumi atau pada diri mereka.  Bahkan, purwarupa yang tak diketahuinya.   
37.  Suatu tanda lain bagi mereka adalah malam.  Kami ganti siang menjadi malam.  Hingga, mereka berada dalam kegelapan.
38.  Di sisi lain, mentari beredar di orbitnya.  Begitulah aturan Sang Perkasa lagi Maha Berpengetahuan!
39.  Kami telah menetapkan jalur edar bagi bulan.  Hingga, setelah sampai ke terminal akhir, maka, bulan berwujud mayang melengkung (tandan yang kering).
40.  (Dengan aturan demikian) mustahil matahari menyalib bulan.  Malam pun muskil mendahului siang.  Semua melaju pada garis edar masing-masing.

41.  Satu lagi dalil agar mereka insaf.  Kami angkut keturunannya dalam bahtera yang sarat muatan.

42.  Kami kemudian menciptakan bagi mereka kendaraan yang selaras untuk dipakai di darat
43.  Kalau Kami menghendaki, niscaya Kami menenggelamkan mereka. Tak ada penolong!  Tidak pula mereka diselamatkan!
44.  Mereka diselamatkan berkat kasih sayang yang besar dari sisi Kami.  Selain itu, mereka diberi kesenangan hidup sampai batas yang ditetapkan.
45.  Dikatakan kepada mereka: “Waspadalah terhadap siksa yang tiap waktu menimpa (di dunia) dan azab yang akan datang (di akhirat) supaya kamu memperoleh kasih sayang”.
46.  Tiap datang kepada mereka suatu keterangan dari dalil kekuasaan Tuhan, mereka selalu berpaling (enggan menerima).
47.  Kalau dikatakan kepada mereka: “Dermakan sebagian rezeki yang dikaruniakan Allah kepadamu”.  Orang-orang kafir berceloteh sinis kepada insan beriman: “Apakah kami harus memberi makan kepada khalayak yang kalau dikehendaki oleh Allah, tentu diberinya makan.  Kalian betul-betul berada dalam kesesatan yang nyata.
48.  Gerombolan kafir mengolok-olok: “Kapan hari kebangkitan?  Buktikan kalau kamu benar!  Kami siap menunggu!”
49.  Mereka tidak perlu menunggu!  Satu teriakan saja bisa merenggut nyawanya ketika mereka sedang berbantah-bantahan (merundingkan urusan dunia).
50.  Mereka tak sempat berwasiat.  Tidak pula sempat kembali ke keluarganya.

51.  Ketika sangkakala ditiup, mereka sekoyong-konyong bangkit dari kubur menghadap kepada Tuhannya.

52.  Mereka berseru: “Aduhai, celaka nian kami!  Siapa yang membangkitkan kami dari tempat tidur.  Inilah yang dijanjikan Allah yang Maha Pengasih.  Benar pula berita rasul-rasul-Nya”.
53.  Dengan satu pekik saja, mereka tiba-tiba berkumpul di hadapan Kami (untuk menerima balasan).
54.  Di hari itu, tak seorang dirugikan kendati sedikit.  Kamu tak dibalas kecuali menurut aksi perbuatanmu sendiri.
55.  Sungguh, penghuni Surga pada hari itu berada dalam suasana riang.
56.  Mereka bersama istri-istrinya bersuka-ria tergolek di pepohonan rindang.  Mereka duduk berbaring di atas peterana.
57.  Mereka memperoleh bermacam buah.  Bahkan, apa yang mereka minta.
58.   “Salam sejahtera”.  Begitu tabik dari Tuhan yang Maha Penyayang.
59.  Cecunguk kafir kemudian diimbau: “Berpisahlah kamu dengan kaum Mukmin sejak hari ini, hai para pedosa!”
60.  Bukankah Aku telah perintahkan kepadamu, hai keturunan Adam!  Jangan mengabdi kepada setan!  Sebab, setan merupakan musuh nyata bagimu.
61.  Kamu seyogyanya menyembah-Ku.  Sebab, inilah titian nan lempang.
62.  Sungguh, setan itu telah menyesatkan mayoritas golongan di antara kamu. Tiadakah kamu memikirkannya?
63.  Inilah neraka jahanam yang berkali-kali diancamkan kepadamu.
64.  Hari ini, silakan masuk!  Rasakan kobar apinya akibat pengingkaranmu.

65.  Hari ini, Kami tutup mulutnya.  Tangan mereka kemudian berbicara kepada Kami.  Sementara kakinya menjadi saksi tentang apa yang dulu dilakukan.
66.  (Mata hati pedosa rusak), kalau Kami menghendaki, pasti penglihatannya dilenyapkan dengan kepala rata.  Hingga, mereka tergopoh-gopoh mencari jalan (yang biasa dilewati).  (Kalau begitu) bagaimana mereka dapat melihatnya?
67.  (Akal mereka juga sungsang), kalau Kami menghendaki, pasti wujud jasmaninya Kami ubah di tempat mereka berada.  Dengan demikian, mereka tak sanggup maju atau mundur.
68.  Siapa dipanjangkan umurnya, niscaya Kami mengembalikan sifatnya (ke prototipe awal laiknya bayi).  Tiadakah ia memikirkannya?
69.  Kami tak mengajarkan syair (kepada Nabi Muhammad).  Tidak cocok baginya sebagai penyair.  Kami wahyukan al-Quran kepadanya sebagai peringatan sekaligus penerang.
70.  Ia (Nabi Muhammad) dimaksudkan memberi peringatan bagi orang-orang yang hidup jiwanya.  Selain itu, menjadi kepastian azab terhadap orang kafir.
71.  Tiadakah dilihatnya bahwa Kami telah menciptakan ternak untuknya.  Mereka kemudian memilikinya.
72.  Kami jinakkan binatang-binatang itu sebagai tunggangan mereka.  Sebagian yang lain mereka makan.

73.  Dari hewan itu mereka memperoleh aneka faedah dan minuman.  Jadi, mengapa mereka tak bersyukur?

74.  Mereka justru menyembah berhala-berhala demi memperoleh pertolongan.
75.  Arca-arca itu tak dapat membantunya.  Mereka justru menjadi pengurus berhala-berhala itu.  Benda-benda itu kelak dihadirkan (pada hari kiamat) untuk menyiksa mereka.

76.  Jangan kamu (wahai Nabi Muhammad) bersusah hati dengan tuduhan-tuduhan mereka (terhadapmu). Sungguh, Kami mengetahui aspek yang dirahasiakan atau yang diungkapkannya.

77.  Tiadakah manusia memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setitik mani.  Perhatikanlah, mereka ternyata menjadi pembangkang (terhadap kekuasaan Kami untuk menghidupkan orang-orang mati!)
78.  Manusia kemudian meracik sosok tandingan bagi Kami.  Ia lupa tentang awal-muasal kejadian dirinya.  Bahkan, secara lancang sesumbar: “Siapa yang pandai menghidupkan tulang-tulang yang sudah hancur-lebur laksana debu?”
79.  Jawablah: “tulang-tulang yang hancur-lebur itu akan dihidupkan oleh Allah yang menciptakannya pertama kali.  Ia Maha Tahu tentang segala makhluk (yang diciptakan-Nya)”.
80.  Ia menjadikan bagimu api dari pohon nan hijau demi keperluanmu.  Hingga, dari kayu itu kamu menyalakan api.
81.  Benarkah Allah yang menciptakan langit dan bumi dengan kekuasaan-Nya?  Benarkah Allah menciptakan kembali manusia sebagaimana sebelumnya?  Benar!  Ia Maha Pencipta lagi Maha Mengetahui.
82.  Karakter kreasi Allah kalau menghendaki sesuatu hanya bertitah: ”Jadilah”, maka, ia pun terwujud.
83.  Maha Suci Allah.  Di tampuk-Nya berada segala sesuatu.  Kepada Allah semua akan kembali.



Derajat Terjemahan
     Terjemahan al-Qur’an bukan al-Qur’an sesungguhnya.  Bukan al-Qur’an sejati yang diwahyukan kepada Maha Rasul Muhammad.  Terjemahan mustahil menampung seratus persen maksud al-Qur’an.  Sebab, semua bahasa yang digunakan dalam terjemahan al-Qur’an tidak efektif dan efisien.
     Terjemahan al-Qur’an hanya deretan kata manusia, bukan untaian firman Allah dari Lauhul Mahfuz.  Hingga, terjemahan al-Qur’an tidak hidup, tidak punya sukma yang bisa menggelorakan spirit.  Terjemahan al-Qur’an selalu kaku dan membingungkan.  Dengan demikian, posisi terjemahan sekedar “pengantar” untuk membaca al-Qur’an.  Bukan “kunci” buat memahami al-Qur’an.
     Istilah paling membingungkan dalam al-Qur’an yakni kata “nahnu” (Kami).  “Kami” adalah sebutan Allah untuk diri-Nya.  Dalam bahasa Arab, ada jamak kuantitas dan jamak kualitas.  Jamak kuantitas menunjukkan jumlah banyak.  Sementara jamak kualitas menerangkan bentuk tunggal dengan banyak predikat.
     Allah menegaskan diri dengan “Kami” berkat predikat di sisi-Nya berjumlah banyak.  Zat Esa itu tertoreh sebagai pencipta, pengatur, pemelihara, pengasih, penyayang sekaligus Raja Diraja alam semesta.  Allah tidak tidur!  Ia selalu sibuk mencipta seraya mendengar doa insan beriman.
     “Semua makhluk di langit dan bumi selalu memohon kepada-Nya.  Tiap waktu Ia sibuk (mencipta dan memelihara makhluk-makhluk-Nya)” (ar-Rahman: 29).
     Ketika membaca al-Qur’an, maka, bertabur kata Allah dalam kitab suci.  Harap dimaklumi bahwa nama asli penguasa langit dan bumi ialah Allah.  “Aku ini Allah.  Tidak ada Tuhan kecuali Aku!” (Thaha: 14).
     Allah sendiri menandaskan kalau nama-Nya tiada lain Allah.  Terkutuklah sekelompok agen Thagut (sesembahan nista) berlabel Islam progresif yang berceloteh: “Tiada tuhan selain Tuhan”.

Abdul Haris Booegies

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Amazing People