Sabtu, 04 Juni 2011

Rasulullah dan Poligami


Rasulullah dalam Arus Poligami
(Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 10 April 2006)
Oleh Abdul Haris Booegies

     Hari ini, 1435 tahun yang silam.  Di Mekah, pusat penyembahan tertua dan terbesar di dunia, seorang anak lahir di keheningan fajar yang menyingsing.  Bayi bernama Muhammad tersebut lahir pada Senin, 9 Rabiul Awal di permulaan tahun Fil (Peristiwa Gajah).  Muhammad Sulaiman al-Manshurfuri bersama astronom Mahmud Basya menegaskan kalau masa itu bertepatan dengan 20 April 571 Masehi.
     Muhammad lahir dari rahim Penghulu Kaum Ibu bernama Sayyidah Aminah dari suku Zuhra.  “Bunga semerbak kaum Quraisy” tersebut, adalah putri Wahab dengan Barrah binti Abdul Uzza bin Usman bin Abdul Dar bin Qushai.  Rasulullah bersabda: “Saya adalah putra beberapa atikah (wanita suci lagi mulia) dari bani Sulaim”.
     Muhammad tak sempat melihat Abdullah, ayahnya.  Sebab, dua bulan sebelum kelahirannya, sang bapak wafat di kota Yatsrib.  Ia menemui ajal saat ikut rombongan unta kaum Quraisy yang melakukan perjalanan bisnis ke Gazza dan Syam.  Abdullah wafat dalam usia 25 tahun. 
     Abdullah hanya meninggalkan kepada anaknya seorang budak negro bernama Barakah Ummu Aiman, lima ekor unta serta beberapa kambing.  Pusaka Abdullah tergolong minim.  Dan Muhammad sebagai cucu Abdul Muthalib yang menjabat Walikota Mekah Antik, termasuk dalam kasta dhuafa.
     Di tahun 2006 ini, warisan Abdullah tidak ada apa-apanya dibandingkan harta al-Waleed bin Talal.  Pangeran Arab Saudi itu menempati posisi kedelapan bilioner versi majalah Forbes.  Ia memiliki kekayaan 20 miliar dollar AS.  Rasulullah yang tak punya pundi-pundi finansial menghibur diri bahwa: “Sesungguhnya, saya cuma putra seorang perempuan Quraisy yang biasa makan daging kering”.
     Nama Muhammad di waktu itu, tidak populer.  Pemberian nama tersebut dianggap oleh sebagian kaum Quraisy menyimpang dari tradisi nenek moyang bangsa Arab.  Ketika Rasulullah lahir, maka, di dunia hanya ada tiga orang bernama Muhammad.  Mereka adalah Muhammad bin Sofyan bin Mujasyi, Muhammad bin Uhaihah bin Jallah al-Ausi serta Muhammad bin Hassan al-Ja’fi.

Jalan Lempang Wanita
     Kelompok feminis merupakan grup pembaru untuk nilai-nilai kewanitaan.  Mereka lantang menyuarakan bila selama ini marak kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).  Mereka memompa kaumnya agar sejajar dengan pria dalam aneka elemen.
     Jika lelaki tampil gagah di ranah politik, maka, perempuan pun tak boleh kalah.  Kalau pria perkasa di bidang teknologi, maka, wanita mutlak pula ikut berperan aktif.  Bila laki-laki leluasa bertelanjang dada di depan umum, maka, perempuan juga boleh membuka aurat.
     Jika pria boleh, tentu wanita pun boleh.  Alur pikir demikian yang merasuk di kepala kafilah feminis.  Alhasil, pornografi dan pornoaksi bagi mereka adalah perkara sah serta halal.  Karena, mereka berkreasi atas nama tubuh milik sendiri yang otonom.  Siapa saja tak layak menghujat kalau mereka bugil.
     Tanpa rasa gentar, komunitas feminis lalu mencela poligami.  Akibatnya, Nabi Muhammad menjadi bulan-bulanan.  Sebab, diolok-olok sebagai tukang kawin-mawin.
     Aneka literatur, memang menorehkan bila Rasulullah memiliki 15 istri.  Bahkan, seorang istrinya dikawini di usia sangat belia.  Fase itu membuat kabilah feminis bersama orientalis membombardir Nabi Muhammad dengan isu poligami dan pedofilia.
     Sebenarnya, Rasulullah tak mengejar seks dengan mengawini banyak perempuan.  Apalagi, semua istrinya janda kecuali Aisyah.
     Perkawinan Nabi Muhammad dengan 14 janda merupakan wujud penghormatan serta perlindungan.  Mereka diangkat derajatnya sebagai istri Nabi.  Di sisi lain, mereka mendapat perlindungan dan nafkah.
     Motif tersebut membuktikan jika perkawinan Rasulullah bukan dilandasi nafsu seks.  Tanpa tahu akar persoalan, tiba-tiba kawanan feminis serta orientalis mencela penuh rasa jijik.  Padahal, Nabi Muhammad justru melempangkan jalan bagi wanita.  Apalagi, populasi perempuan dari hari ke hari makin membengkak.
     Kalau rasio satu banding tiga terjadi, berarti ke mana dua perempuan mencari lelaki?  Dari sudut inilah poligami ikut terbentuk.  Karena, anatomi poligami bukan semata-amata seks.  Di dalamnya ada tantangan untuk berlaku adil. 
     Selama ini poligami dipelintir oleh gerombolan feminis sebagai sarana pemuas birahi.  Poligami dinilai bentuk superioritas pria.  Akibatnya, kawin empat kali dipandang pelecehan, diskriminasi sekaligus penindasan terhadap wanita.  Poligami dianggap sumber kekerasan sekaligus ketidakadilan.
     Poligami tidak sepatutnya divonis sebagai basis kekerasan.  Dalam berumah-tangga, selalu ada riak dan ombak.  Bila poligami dinilai sumber kekerasan, berarti beristri tunggal (monogami) tak ada kekerasannya.  Di dunia ini, tidak ada monogami yang steril dari kekerasan.  Jika ada, pasti cuma di sinetron sampah made in Indonesia.
     Rumah tangga Rasulullah, terkadang pula dilanda problem.  Ia pernah didemo oleh Aisyah serta Hafshah yang menuntut sembako.  Nabi Muhammad dipandang tidak seperti Raja Persia atau Kaisar Byzantium yang bergelimang kemewahan.  Rasulullah justru paceklik materi yang membuat dapurnya susah mengepul.  Nabi Muhammad juga pernah didesak oleh istri-istrinya supaya pampasan perang diberikan lebih banyak kepada mereka.
     Karen Armstrong, penulis kitab A History of God, mewartakan kalau Rasulullah sendiri yang menjahit bajunya.  Ia memperbaiki sepatu dan membetulkan sandalnya.  Kemudian mengawasi kambing-kambingnya yang tidak seberapa.
     Muhammad sebagai nabi besar, pemimpin agung, panglima perang jenius sekaligus presiden Islam di negeri Medinah al-Munawwarah, tetap meluangkan waktu mengurus pekerjaan rumah tangga.

Kasih Sayang Tuhan
     Poligami merupakan aturan Allah.  Apa yang dititahkan pasti punya hikmah.  Tidak ada di dunia ini orang bisa menalar jalan pikiran Tuhan.  Beratus tahun silam, Allah mengutuk homoseks.  Al-Quran lantas mempertegas bahaya homoseks.  Pada kenyataannya, peringatan al-Quran dilecehkan.
     Saat planet ini diserang wabah AIDS (akibat intim dengan sejenis), baru mereka tahu rasa!  Sebab, di balik homoseks, bersemayam virus maut.  Sebelumnya, tak ada manusia yang mengerti mengapa homoseks dilaknat oleh Tuhan.  Ketika human immunodeficiency virus (HIV) serta acquired immune deficiency syndrom (AIDS) datang bagai malaikat pencabut nyawa, maka, sebagian manusia berakal tersadar.  Sebab, hukum Allah ternyata tiada lain adalah bentuk kasih sayang dan perlindungan.
     Sekarang, banyak kalangan mencerca poligami.  Gerakan antipoligami, malahan bergemuruh bak puting beliung.  Pertanyaannya, benarkah poligami salah? Kemudian sehebat apa kemampuan otak manusia memprediksi poligami di era mendatang.
     Pada esensinya, manusia hanya seonggok tulang-belulang.  Meramalkan tsunami saja tak sanggup.  Hingga, bagaimana mungkin hendak meramalkan nasib perempuan yang mencapai miliaran.  Orang jenius kreatif ternama di dunia ini dijamin tak bisa memperkirakan ke mana arah angin sedetik berikutnya.  Bila filsuf cerdas yang bijak bestari tak mampu memprediksi arah bayu dalam sedetik, berarti, bagaimana mungkin poligami sebagai undang-undang Tuhan ingin ditekuk seenak perut.
     Ketika berdakwah, Rasulullah dianggap gila.  “Celakalah kau Muhammad sepanjang hari jika kau suruh kami berkumpul guna mendengarmu mengoceh perihal Tuhanmu”, sembur Abu Jahal.
     Tidak sampai tiga dekade, tiba-tiba wilayah Arab mengakui Muhammad sebagai utusan Allah.  Sebab, apa yang disampaikan bukan setumpuk legitimasi religius yang mengalir dari gairah binal negatif.  Semua berasal dari Sang Khalik yang mengetahui jatuhnya selembar daun kering di temaram malam sunyi nan dingin.
     Poligami bukan sekedar nafsu seks.  Poligami merupakan aturan yang mengandung karunia serta hikmah.  Masalahnya, pemikiran dan peradaban belum sanggup mencerna rahasia di balik poligami.
     Di maulid ini, sebuah falsafah layak direnungkan.  Ungkapan kunci itu adalah sabda Rasulullah:  “Saya tidak diutus untuk membinasakan umatku sendiri”

(Tribun Timur

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Amazing People