Sabtu, 04 Juni 2011

Pesona Hajar Aswad


Pesona Hajar Aswad
Oleh Abdul Haris Booegies
Peminat Masalah Sosial

     HARI-HARI ini, beberapa saudara seiman di seluruh dunia berdebar penuh harap.  Mereka yang memperoleh karunia ke Mekah al-Mukarramah, pasti mendamba rahmat Ilahi berupa haji mabrur (diterima).
     Mekah merupakan kota paling suci di planet ini.  Sebelum Nabi Ibrahim al-Khalil ar-Rahman menetap bersama keluarganya di Mekah, beberapa malaikat pernah membangun rumah ibadah pertama di tanah gersang itu.  Bait Allah tersebut lalu hancur seiring perjalanan zaman.
     Sekitar tarikh 1833 sebelum Masehi, Nabi Ibrahim dibantu Nabi Ismail membersihkan tempat itu.  Keduanya membangun Ka’bah yang sudah jadi puing-puing di atas tumpukan pasir.
     Tatkala Nabi Ibrahim membangun Ka’bah, maka, malaikat Jibril memberinya maqam (tempat berpijak).  Maqam adalah batu pipih yang bisa turun-naik (horizontal-vertikal) sekaligus bergerak ke kanan-kiri.  Nabi Ibrahim tak butuh tangga saat setapak demi setapak membangun Ka’bah.  Sebab, maqam yang berasal dari Surga membantunya secara efektif dan efisien.
     Ketika Ka’bah selesai dibangun, maka, Nabi Ibrahim berdiri memandang hasil karyanya.  Ia lantas menyuruh Nabi Ismail mencari batu unik di atas gunung.  Cadas tersebut dikehendaki agar Ka’bah punya simbol yang pantas dikenang.
     Nabi Ismail kemudian mendaki gunung di sekitar lembah Bakkah.  Saat mengaso menghilangkan penat, tiba-tiba seorang pria menghampirinya.  Lelaki dengan pakaian metroseksual itu menyodorkan sebongkah batu.
     Nabi Ismail terpana menatap batu tersebut.  Ia bergegas menemui ayahnya.  Ketika melihatnya, Nabi Ibrahim menanyakan di mana al-Hajar ditemukan.  Nabi Ismail pun menjelaskan sampai Nabi Ibrahim terperanjat.  Pasalnya, ciri-ciri yang diceritakan oleh Nabi Ismail tiada lain malaikat Jibril.  Sementara batu yang diberikan pasti berasal dari Surga.  Nabi Ibrahim lalu berkali-kali mencium batu itu.  Bahkan, dipeluknya erat-erat seperti tak hendak dilepas.   
     Beberapa generasi berselang, al-Hajar pun akhirnya berubah hitam.  Hingga, dinamakan Hajar Aswad (Batu Hitam).

Mencela Hajar Aswad
     Struktur Hajar Aswad yang sekarang terpatri di Ka’bah diperkokoh dengan perak.  Letak Hajar Aswad berada di sudut selatan Ka’bah.  Posisinya berada pada ketinggian 110 cm dari lantai Mesjidil Haram.  Panjang Hajar Aswad mencapai 25 cm.  Sedangkan lebarnya 17 cm.
     Saat ini, Hajar Aswad terpecah menjadi delapan bongkah.  Walau terdiri dari pecahan-pecahan, tetapi, kedelapan bongkahan tersebut rapi tersusun.
     Hajar Aswad pecah di era Qaramithah.  Sekte Syiah al-Bathiniyyah yang merupakan pengikut Abu Thahir al-Qurmuthi itu, menyerbu Mesjidil Haram dengan 700 pasukan.  Mereka lantas mendobrak Ka’bah seraya mencabut Hajar Aswad.  Batu mulia tersebut kemudian dibawa ke Ihsa’ di kawasan Teluk Persia pada tahun 317 Hijriah.
     Pada 339 Hijriah, Khalifah Abbasiyah al-Muthi’lillah menebus Hajar Aswad senilai 30.000 dinar.  Abdullah bin Akim lalu menjemput Hajar Aswad.  Ia sempat menguji batu itu dengan membenamkan di air serta membakarnya.  Hajar Aswad ternyata tidak tenggelam sekaligus tetap dingin kendati dibakar.  “Alhamdulillah, inilah batu kita.  Allahu Akbar”, pekiknya.
     Kini, batu tersebut diimpikan oleh segenap jemaah haji.  Mereka merindukannya supaya bisa mencium atau sekedar ihtilam (menyalami kala tawaf).
     Hajar Aswad bukan Tuhan, maka, tidak diperkenankan memohon sesuatu.  Tak boleh pula mengucapkan kata-kata sembrono.  Syahdan, sekali peristiwa, ada seorang yang wajahnya tiba-tiba dipenuhi benjolan.  Semua gara-gara perkataan tidak etis.  Ketika mencium Hajar Aswad, ia bergumam: “I love you”.
     Seorang jemaah juga pernah mencela orang-orang yang mencium Hajar Aswad.  “Buat apa mencium batu yang seperti closet itu”, umpatnya meremehkan. 
     Saat sampai di pemondokan, ia selalu ke kamar kecil mencium tempat buang hajat.  Rekan-rekannya terperangah.  Ia pun segera diminta istighfar.
     Ketika mencium Hajar Aswad, maka, doa yang dianjurkan yaitu: “Wahai Tuhan, amanat yang kutanggung telah kutunaikan.  Dan janjiku (untuk tidak menyembah kecuali Engkau), sudah kepenuhi.  Maka, saksikanlah ya Allah, saya telah memenuhinya”.

Data Hajar Aswad
     Hajar Aswad hanya batu.  Umar bin Khattab pernah berkomentar: “Sesungguhnya kau cuma batu biasa.  Andai saya tak melihat Rasulullah menciummu, tentu saya tidak akan melakukannya”.
     Hajar Aswad memang batu, namun, kehadirannya ibarat cermin.  Segala daftar dosa manusia tertera dalam wujud warna hitam.  Fenomena tersebut menunjukkan jika dunia terus-menerus dilanda dosa.  Simbol kegelapan leluasa memangsa kesucian moralitas.
     Undang-undang Tuhan yang terang-benderang ditekuk sembari disembunyikan.  Akibatnya, marak rupa-rupa kegetiran, ketimpangan serta kejahatan dari insan pengidap jiwa yang menderita (a suffering soul).
     Di masa sekarang, lazim terlihat manusia yang tak peduli dengan lingkungan sekitarnya.  Mereka tidak hirau dengan orang lain.  Sementara ekologi dikuras sampai fisik bumi tak menyisakan energi.
     Seluruh aspek keseharian dianggap milik pribadi.  Sedangkan orang lain dipandang sebagai makhluk remeh yang nista.  Padahal, hidup tak bermakna tanpa orang lain yang dilandasi kasih sayang.  
     Siksaan dan derita akhirnya meluluhlantakkan secara bengis segenap dimensi martabat maupun peradaban.  Teror, tragedi, horor serta intrik berdarah bagai kombinasi apes beruntun! 
     Naluri kekejaman bersama peri-kebinatangan menggasak habis nilai-nilai kemanusiaan.  Karena, semua cahaya kebenaran didustakan.  Apalagi, muncul aliran sesat seperti liberalisme, komunisme, feminisme, sufisme dan 1001 macam mazhab amburadul.
     Hajar Aswad lantas menangkap sinyal negatif itu.  Data tersebut kemudian tersimpan dalam bentuk bintik-bintik kelam.  Alhasil, Rasulullah bersabda: “Hajar Aswad itu diturunkan dari Surga dengan warna yang lebih putih daripada susu.  Dosa-dosa anak cucu Adam yang justru menjadikannya hitam”.

(Tribun Timur, November 2007)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Amazing People