Kamis, 02 Juni 2011

Nabi Muhammad vs Abu Lahab

Nabi Muhammad
vs
Abu Lahab

(Menyongsong Maulid Nabi Muhammad 9 Maret 2009)

Oleh Abdul Haris Booegies

      Nama Nabi Muhammad selalu menggiangkan keagungan serta kemuliaan. Doktrinnya dipatuhi dan sabdanya didengar. Sosoknya telah lama meninggalkan umatnya, namun, ajarannya tetap dijalankan. Sang Maharasul itu, umpamanya, melarang pengikutnya menenggak minuman keras. Kini, tak terkira kaum Muslim yang pantang mencicipi minuman memabukkan.
      Umat Islam yang tidak meneguk cairan beralkohol sejatinya tergolong “keajaiban dunia kedelapan”. Kaum Muslim di masa sekarang tak pernah bersua dengan Rasulullah, tetapi, mereka mematuhi larangannya.
      Romantisme yang menggebu kepada Nabi Muhammad senantiasa membanjiri rongga insan beriman. Padahal, tidak sekalipun ia pernah dilihat. Menaati aturan serta mencintainya setulus hati tiada lain fenomena menakjubkan.
      Figur Rasulullah banyak menimbulkan kekaguman, simpati dan rasa hormat. John William Draper, contohnya, menilai Nabi Muhammad sebagai paduan antara Caesar dengan Paus. Ia merupakan Caesar yang minus armada perang sekaligus istana. Rasulullah juga dianggap Paus yang tanpa pretensi.
      Pribadi Rasulullah yang sarat kehebatan tersebut lantas diperingati tiap tahun. Rasa cinta terhadap utusan terakhir itu diwujudkan dalam maulid (hari lahir). Pada dasarnya, maulid tak pernah diperingati di era Nabi Muhammad.
      Pada mulanya, maulid dilaksanakan sebagai wadah buat menghimpun kekuatan umat Islam yang mulai melemah. Di zaman Khalifah Harun al-Rasyid dari Dinasti Fatimiyyah, maulid dirayakan dengan membagikan sedekah kepada fakir-miskin. Kemudian diadakan pesta dengan aneka makanan. Madu selalu dihidangkan berkat diyakini sebagai favorit Rasulullah.
      Kini, di beberapa daerah terlihat jika maulid identik dengan pesta. Beragam kalangan seolah berlomba menghadirkan tradisi kelahiran Sang Maha Rasul secara spektakuler. Perilaku irasional pun sering mencuat semisal mengharap berkah di hari perayaan maulid.

Kuil al-Qalis
     Nabi Muhammad lahir pada Senin 9 Rabiul Awal di permulaan tahun Fil. Periode tersebut dinamakan Tahun Gajah lantaran kedatangan Abrahah al-Asyram, Gubernur Habsyi. Ia membawa pasukan gajah yang membuat Metropolitan Mekah Kuno dilanda kepanikan.
     Warga di tengah gurun itu, gempar. Apalagi, selama ini puak Quraisy tidak doyan perang. Mereka lebih lihai bernegosiasi daripada mengayunkan pedang.
      Rencana penyerbuan Abrahah berawal sesudah ia membangun kuil al-Qalis di San'a. Bangunan mewah tersebut terbuat dari marmer. Abrahah lalu menyurat kepada Raja Abyssinia atau Habasyah (Ethiopia). Dalam surat itu, ia bertekad mengalihkan ritual haji bangsa Arab ke al-Qalis.
      SMS (surat maut singkat) Abrahah, rupanya bocor. Publik Mekah yang mengendus proyek rahasia Abrahah segera bertindak. Dua personel pasukan berani mati pengawal Ka’bah diutus ke San'a. Di suatu momen, kedua agen rahasia tersebut buang air besar di al-Qalis. Tinja mereka yang busuk kontan menyengat kota San'a.
      Abrahah murka nian mendengar ada tahi di al-Qalis. Divisi intelijen lantas mengidentifikasi bila dua komando jihad Mekah sebagai pelaku. Deputi spion kota San’a tak menemukan indikasi adanya teroris lain dalam kasus al-Qalis.
     Laskar buru sergap Abrahah tidak bisa menciduk terdakwa. Soalnya, pelakunya menerapkan metode hit and run. Begitu selesai beraksi membuang kotoran, mereka langsung kabur.
      Abrahah yang dibakar emosi langsung menyiapkan artileri tempur. Beberapa gajah pilihan segera disiagakan sebagai bagian dari pasukan komando khusus yang mengusung Special Operations Group. Tujuan armada perang Abrahah yakni meluluhlantakkan Baitullah seraya mencincang dua pengawal Ka’bah yang mengotori al-Qalis.
      Abrahah kiranya gagal total mengemban misi balas dendam. Balatentaranya dihajar oleh kawanan burung yang membawa kerikil sepanas surya. Abrahah berusaha menyelamatakan diri dengan cara kembali ke San’a. Malang baginya, ia tak kuasa menghidari rentetan kerikil membara yang menghujaninya.
      Penduduk Mekah yang ketakutan sekoyong-konyong mendengar raungan kesakitan. Mereka akhirnya keluar rumah untuk melihat prajurit Abrahah yang bergelimpangan. Tubuhnya seperti daun dimakan ulat. Publik lembah Bakkah pun bersorak-sorai menatap pasukan Abrahah musnah tanpa sempat memasuki gerbang Mekah.

Gengster Mekah
      Dalam mendakwahkan ajarannya, Rasulullah senantiasa diperlakukan tidak senonoh. Ia disakiti secara fisik maupun psikis. Sejarah menukilkan kalau Abu Jahal merupakan tokoh paling fenomenal dalam perkembangan awal Islam. Abu Jahal ibarat pentolan Gang of Mecca yang menyiksa kaum Muslim.
      Nabi Muhammad yang diteror tiap hari tetap tabah. Ia tak dendam dengan Abu Jahal. Bahkan, Rasulullah berdoa agar Allah memperkuat Islam dengan Abu Jahal atau Umar bin Khattab. Doa Nabi Muhammad terkabul. Sebab, Umar masuk Islam.
      Pada intinya, bukan Abu Jahal musuh tangguh Rasulullah. Silsilah Nabi Muhammad tidak sepadan dengan Abu Jahal. Secara vis-a-vis (saling berhadapan), kasta Abu Jahal lebih rendah ketimbang Bani Hasyim.
      Abu Jahal and his gang berani terhadap Rasulullah gara-gara Abu Lahab (Abdul Uzza), paman Nabi Muhammad sendiri. Sosok itu sebetulnya yang menjadi pusat kekuatan pemuka-pemuka Quraisy untuk melawan Rasulullah. Mustahil Abu Jahal bersama bergajulnya berani mengusik Nabi Muhammad tanpa rekomendasi Abu Lahab.
      Sejarah Islam ternyata tidak tegas menempatkan Abu Lahab sebagai musuh bebuyutan Rasulullah. Penulis sejarah laksana setengah hati dalam menyodorkan pribadi Abu Lahab. Patut diduga jika keturunan Abu Lahab yang masuk Islam telah mendistorsi hikayat sang leluhur. Perilaku Abu Lahab yang sadis direkayasa supaya tampil manusiawi.
      Hal serupa terjadi pula pada Abbas, paman Nabi Muhammad. Ia tiba-tiba muncul dalam jejak sejarah. Abbas digambarkan menemani Rasulullah menemui komunitas Yatsrib di kawasan Aqabah pada Juni 622. Padahal, saat Nabi Muhammad bersama umat Islam disiksa, nama Abbas tak pernah terdengar. Ke mana Abbas ketika kaum Muslim disakiti?
      Benarkah Abbas berani mendampingi Rasulullah ke wilayah Aqabah? Pasalnya, ia adik Abu Lahab. Hingga, bila Abu Lahab tahu, maka, Abbas tentu dibacok sampai mampus. Tidak tertutup kemungkinan kalau bani Abbas memanipulasi sejarah.
      Tak dapat dipungkiri jika Abu Lahab adalah ikon bandit Mekah. Tokoh mafioso tersebut merupakan the Godfather yang menggaungkan perlawanan terhadap Islam. Tidak ada warga Mekah berani mengganggu Nabi Muhammad tanpa lisensi Don Abu Lahab la Batitong.
      “Binasalah kedua tangan Abu Lahab. Sungguh, ia binasa! Tiada bermanfaat baginya harta benda maupun yang ia usahakan. Kelak, ia dibakar dalam gelora api bergejolak!” (al-Lahab: 1-3).

(Tribun Timur, Jumat, 6 Maret 2009)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Amazing People