Sabtu, 04 Juni 2011

Lady Diana dan Islam



Lady Diana dan Islam
(Bagian Pertama dari Dua Tulisan)

Oleh Abdul Haris Booegies

     “Al Fayed mengklaim jika Diana dan anaknya terbunuh oleh sebuah konspirasi untuk menghentikan pernikahan putri Inggris itu dengan seorang muslim” (Pedoman Rakyat, 1 September 2007).
     Pada 31 Agustus 1997, Lady Diana menghembuskan nafas terakhir.  Sang putri yang lahir pada 1 Juli 1961, pergi meninggalkan berjuta kenangan sekaligus sebuah misteri kematian yang tiada bertepi.
      Ketika Lady Di tewas, sekonyong-konyong orang berduka tanpa dibatasi oleh agama, suku, bangsa serta organisasi.  “Lady Di yang mulia.  Kami kehilangan sesosok putri, tetapi, di Surga bertambah seorang bidadari”.  Begitu sebuah ungkapan dukacita pada seonggok karangan bunga.  Di hari kematiannya, para pencinta Lady Di pun berziarah ke makam Dodi di Surrey.  Sebab, Dodi yang disalatkan di Mesjid Regent Park, telah memberikan kebahagiaan di akhir hayat Lady Di.
     Diana Francis Spencer merupakan Cinderella abad ke-20.  Matanya indah dengan leher jenjang.  Ia punya ukuran vital 35-24-35 dengan tinggi 178 cm dan berat 57 kg.  Sang putri termaktub sebagai citra anggun wanita modern.
     Lady Di mendapat tempat di hati warga dunia.  Sementara dalam monarki Inggris, ia dibenci nian, khususnya Ratu Elizabeth II.  Karena, Lady Di pernah mencela protokoler kerajaan yang konservatif serta serba kaku.  Bahkan, ia juga menyentil parlemen Inggris.  Lady Di mempelopori pula gerakan antiranjau.  Arkian, merugikan negara pembuat ranjau seperti Inggris, Perancis dan Amerika Serikat.
     Pada 28 Agustus 1996, Lady Di bercerai dengan Pangeran Charles.  Gelar Her Royal Highness pun tanggal, namun, ia tetap menyandang Princess of Wales selama tidak menikah.
     Lady Di lalu hinggap dalam dekapan Dodi al-Fayed.  Miliuner tersebut pernah melancarkan kritik pedas terhadap Partai Konservatif yang dinilainya curang pada Pemilu Mei 1997.  Pemerintah London jelas tidak senang dengan kritik dari pewaris Harrods Store itu.

Berniat Hijrah
     Sejak berhubungan dengan Dodi, mendadak elegi Lady Di berubah menjadi spirit.  Magdi Kamel, dalam bukunya setebal 84 halaman yang diterbitkan Akhbar al-Yom milik pemerintah Mesir, menengarai kalau Lady Di hendak memeluk Islam.  Ihwal tersebut disampaikan pada Abdel Qader Azad, imam Mesjid Badshahi di Lahore, Pakistan.
     Lady Di berencana mengucap dua kalimat syahadat di Mesjid al-Azhar, Kairo, pada November 1997.  Tekad Lady Di masuk Islam juga disampaikan kepada ulama besar Mesir Syekh Muhammad Mutawalli asy-Sya’rawi.
     Islam di mata Lady Di bukan fenomena baru.  Sebab, ia bersahabat dengan Jemima, puteri tycoon Sir James Goldsmith.  Pada 20 Juni 1995, Jemima memeluk Islam sesudah dinikahi Imran Khan, bintang cricket Pakistan.
     Kisah kasih Diana-Dodi, membuat sebal Barbara Cartland.  Penulis novel pop sekaligus nenek tiri Lady Di itu, tidak merestui hubungan mereka.  Karena Dodi orang Arab, muslim lagi.
     Enam jam sebelum kecelakaan yang merenggut jiwanya, Lady Di menelepon Richard Kay, reporter The Daily Mail.  Ia menuturkan bila mau mundur dari kehidupan publik pada akhir 1997.  Lady Di ingin mengubah total gaya hidupnya.
     Magdi Kamel berspekulasi jika Lady Di sebetulnya mangkat sebagai muslimah.  Sebab, hukum syariah menjelaskan bahwa orang yang berniat masuk Islam, tetapi, tidak terlaksana akibat meninggal, otomatis dianggap muslim.
     “Siapa yang keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah serta rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya.  Sungguh, telah tetap pahalanya di sisi Allah.  Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (an-Nisa: 100).
\                                                                                 
Anggota OKI
     Kematian Lady Di dipicu oleh rumor kalau ia sedang hamil.  Sebuah koran di Jerman mewartakan bila kandungan Lady Di berusia satu bulan.  Pada 22 Agustus 1997, Diana-Dodi berlibur di Laut Tengah.  Surat kabar London Daily Mail memasang foto pasangan tersebut yang sedang bermesraan hasil jepretan paparazzo Mario Benna.
     Saat berada di atas kapal pesiar Jonikal senilai 30 juta dollar AS, maka, Dodi yang sudah kawin siri dengan Lady Di, membisikkan kata bayi sambil mengelus perut sang putri.  Detektif dari Secret Intelligence Service (SIS) alias MI6 yang mengintai gerak-gerik dua sejoli itu, spontan terhenyak.
     Bos MI6 Sir David Spedding (1994-1999), haqqul yaqin jika kehamilan Lady Di bakal membuat langit Keraton Buckingham gonjang-ganjing.  Kalau rahim Lady Di dibuahi benih Dodi, berarti keduanya segera menuju ke pelaminan.  Padahal, tidak sepatutnya Pangeran William sebagai putera mahkota berayah tiri orang Islam.  Apalagi, bila William menjadi raja, ia juga sebagai Supreme Governor gereja Anglikan.
     MI6 makin gusar lantaran Lady Di teramat berpengaruh terhadap kedua anaknya.  Alhasil, jika William naik tahta, niscaya kebijakan-kebijakannya akan kental dengan visi Lady Di.  Akibatnya, kebijakan luar negeri Inggris bakal berbelok arah dari Eropa Barat serta Amerika Utara ke Timur Tengah dan Afrika Utara.  Inggris malahan dipastikan menjadi anggota Organisasi Konferensi Islam (OKI).
     Di markasnya di Vauxhall Cross, London, MI6 akhirnya membentuk regu buru sergap guna menghukum Lady Di.  Pasukan khusus tersebut dibantu CIA, FBI, Mossad serta la Direction Generale de la Securite Exterieure (intel Perancis).  Keputusan untuk membunuh Lady Di merupakan ikrar MI6 demi melindungi monarki Inggris. 
                                                                                                               
Smoking Gun
     Hari penghakiman yang ditunggu para agen rahasia, akhirnya tiba.  Sabtu, 30 Agustus 1997, Lady Di bersama Dodi mampir ke Ritz Hotel, di Place Vendome, Paris.  Sebelum ke hotel, Dodi mengajak Lady Di singgah di butik Alberto Repossi sekitar pukul 18.00.  Dodi lantas membeli cincin tunangan buat Lady Di.  Model cincin berlian itu menyerupai cincin cocktail tahun 1930-an.  Pembelian cincin tersebut dibuktikan dengan tanda terima dan rekaman kamera pengawas (CCTV).
     Diana-Dodi kepincut dengan cincin seharga 200 ribu dollar AS itu setelah melihatnya di majalah L’Officiel de la Couture et de la Mode de Paris.  Iklannya pun menggoda serta romantis sekali.  “A little yes for the most beautiful day of your life”.
     Pukul 20.45, di Imperial Suite, Ritz Hotel, empat jam sebelum kecelakaan, Dodi berbicara dengan Hussein Yassin, pamannya.  Ia menegaskan secepatnya menikahi Lady Di.  Pukul 21.50, Diana-Dodi makan malam dalam hotel. 
     Syahdan, pukul 00.19 atau Ahad dinihari, pasangan tersebut meninggalkan hotel lewat pintu belakang di Rue Cambon.  Keduanya lalu bergabung dengan sopir Henri Paul dan Trevor Rees-Jones, veteran Perang Teluk sekaligus mantan pasukan payung yang menjadi pengawal Lady Di. 
     Jam menunjukkan angka 00.20, tatkala mereka bergerak menuju apartemen Dodi di Arrodissement yang lokasinya satu mil dari Arc de Triomphe.  Pukul 00.30, ketika masuk underpass Pont de l’Alma, sebuah mobil Fiat Uno putih menyenggol Mercedes-Benz S 280 yang mereka tumpangi.  Fiat Uno yang dikendarai agen Perancis itu, sengaja memepet agar Henri tak menyadari kehadiran mobil Peugeot 205 warna hitam berpintu dua.
     Henri berusaha menghindar saat seorang algojo MI6 menembakkan smoking gun dari Peugeot 205.  Ban Mercy langsung pecah oleh terjangan full metal jackett.  Peluru tersebut kontan meledak begitu mencapai sasaran.  Hingga, sedan bermesin enam silinder 2.800 cc yang melaju dengan kecepatan 96 km per jam itu, sontak kehilangan kendali.  Selanjutnya limousin tersebut menghantam pilar beton ke-13 penyanggah terowongan sepanjang tepi bagian utara sungai Seine di distrik kedelapan Paris.  Tom Richardson bersama Joanna Luz, turis asal San Diego, sempat melihat ban mobil melayang di bawah jembatan.
     Tujuh paparazzi yang membuntuti Lady Di dari jarak 100 meter dengan sepeda motor serta mobil, berhasil merekam lewat video moncong smoking gun milik agen MI6.  Sedangkan CIA menyadap seluruh pembicaraan Diana-Dodi di Ritz Hotel maupun di atas Mercedes.  Alkisah, CIA doyan menyadap telepon Lady Di gara-gara ia ulet menggalang kampanye menentang ranjau darat.
                                                                                
Kecepatan 96 Km
     Sherman H. Skolnick berargumen kalau lokasi Lady Di dibunuh merupakan tempat yang disucikan.  Pont de l’Alma berasal dari kata Pontiff yang artinya Paus.  Pont dalam bahasa Perancis bermakna jembatan.  Sementara Alma dalam bahasa Latin berarti nyawa.  Nun di abad pertengahan, daerah itu menjadi tempat untuk mempersembahkan korban kepada berhala.
     Kepala Pusat Riset Kecelakaan Prof Murray Mackay di televisi Channel Four, Inggris, ikut prihatin dengan banyaknya kejanggalan.  “Kecelakaan tersebut parah, namun, tidak mematikan.  Mengapa tiga orang penumpangnya tewas.  Jika Mercedes menghantam tiang dengan kecepatan 192 km, semua ruang penumpang pasti hancur”.
     Mercy berhenti sekitar lima meter dari pilar yang ditabrak.  Aspek itu membuktikan bila mobil tidak melaju dengan kecepatan 150-189 km per jam sebagaimana hasil investigasi polisi Perancis.
     Secara teori, dengan kecepatan 96 km, Lady Di berpeluang selamat.  Apalagi, ia duduk di sebelah kanan belakang.  Hatta, sang putri sebetulnya cuma menderita tekanan paling ringan (bersambung).

(Pedoman Rakyat, September 2007)



Lady Diana dan Islam
(Bagian Terakhir dari Dua Tulisan)

Oleh Abdul Haris Booegies

     Tidak terasa, sudah satu dekade Lady Diana wafat.  Selama beristirahat abadi di Great Brington, Northamptonshire, pers tidak jenuh mewartakan kehidupannya yang tragis.  Paras sang putri selalu bertebaran di media sepanjang waktu.  Apalagi, orang percaya ia dizalimi anggota keluarga Kerajaan Inggris.
     Hikayat Lady Di yang berwajah innocent dengan tatapan mata kijang, bagaikan dongeng.  Pada 29 Juli 1981, ia menikah dengan Charles Philip Arthur George, Prince of Wales.
     Perkawinan tersebut agaknya tidak harmonis.  Di istana, Lady Di hanya berteman rasa sepi.  Malcolm J Barker yang bekerja di Istana Buckingham sering melihat Lady Di dalam keadaan stres dan sedih.  Ia acap berjalan di lorong-lorong istana sembari mendengar musik dari walkman.
     Menu istana yang ala Perancis, juga tidak sesuai selera Lady Di.  Arkian, ia kerap memesan cheeseburger atau roti panggang isi buncis.  Bahkan, Lady Di kadang masuk dapur mencari apel, buah kesukaannya. 
     Sepuluh tahun silam, kematian Lady Di sangat mengguncang.  Apalagi, konspirasi pembunuhan sang putri terkesan kasar.  Sebagai contoh, petugas pemadam kebakaran yang pertama tiba di TKP, rupanya tidak didampingi paramedis.  Ketika tim dokter datang, mereka cuma mendiagnosis jika Lady Di menderita gegar otak, patah tulang pinggul serta bahu.
     Setelah 90 menit di rumah sakit La Pitie-Salpetriere, tim medis tetap tidak sanggup mendeteksi luka parah Lady Di.  Padahal, menyeruak luka pada pembuluh vena pulmonari sebelah kiri.  Pendarahan hebat yang terjadi diikuti berhentinya denyut jantung. 
     Bruno Rioux bersama Philippe Pavie, dua dokter bedah, tak kuasa menyelamatkan nyawa Lady Di.  Pukul 04.00, sang putri dinyatakan mangkat.
     Pihak rumah sakit mengaku kalau Lady Di tak sadarkan diri saat kecelakaan sampai meninggal.  Sedangkan pengawalnya, Trevor Rees-Jones mendengar Lady Di setengah merintih memanggil-manggil nama Dodi.  Kala itu, Dodi terlempar sejauh 20 meter.  Ia tewas seketika. 
     Paparazzi yang sampai di TKP, malahan tidak menolong Lady Di yang terperangkap dalam rongsokan limousin.  Mereka justru mengabadikan momen langka tersebut.  Alhasil, Lady Di yang meregang nyawa kontan menutup wajahnya dari semburan bertubi-tubi kilatan lampu juru foto infotainment.  “Apa yang kau lakukan.  Tinggalkan saya sendiri.  Tinggalkan saya sendiri”, rintih Lady Di seraya mengibas-ngibaskan tangannya yang lemah guna mengusir komplotan paparazzi.
     Seorang polisi kemudian datang membantu.  Ia sempat melihat sesosok fotografer yang terus-menerus memotret Lady Di.  Kameranya hanya beberapa sentimeter dari raut muka sang putri.  Lady Di sekonyong-konyong mengeluh: “Oh, my God”.  Paparazzi itu lantas menghardik tim medis yang menghalang-halanginya mengambil gambar korban.

Biang Kematian
     Pada pukul 01.50, polisi dibantu petugas pemadam kebakaran mengeluarkan Lady Di dari bangkai mobil.  Petugas bantuan darurat lalu memasang masker oksigen di wajah Lady Di.  Sang putri pun tidak sadarkan diri.
     Perjalanan dari lokasi kecelakaan ke rumah sakit yang berjarak 10 km, ternyata ditempuh selama satu jam.  Dalih mereka supaya tak terjadi tabrakan.  Padahal, tim medis selalu berhenti untuk menyuntik Lady Di dengan serum yang tidak jelas asalnya.
     Menteri Dalam Negeri Perancis Jean-Pierre Chevenement bersama Kepala Polisi Paris Philippe Massoni, sempat gusar karena mengira ambulans salah rute.  Pukul 02.00, ambulans tiba di rumah sakit yang terletak di tenggara Paris.  Sesudah dua jam, nyawa Lady Di akhirnya tak tertolong.
     Kambing hitam atas tewasnya Lady Di justru ditimpakan kepada Henri Paul, sopir sedan S-class tipe 280.  Sebab, jasadnya mengandung 1,75 gram alkohol per satu liter darah.  Kadar tersebut tiga kali lipat dari batas ambang mabuk bagi pengemudi. 
     Jim Sprott, ahli forensik Selandia Baru meragukan tes darah Henri.  Karena, bila darah tidak disimpan dalam botol khusus, maka, terjadi fermentasi alamiah.  Akibatnya, kadar alkohol dalam darah naik.
     Sprott menegaskan bahwa sampel darah harus disimpan dalam botol berisi bahan pengawet.  Dengan demikian, mencegah fermentasi alamiah yang mengubah gula darah menjadi alkohol.  Sebab, darah telah terkontaminasi dengan ragi dari bagian tubuh yang mengalami luka parah.
     Tes pertama darah Henri, misalnya, memperlihatkan tingkat alkohol 1,75.  Fenomena itu sama artinya Henri menenggak sembilan teguk wiski dalam waktu cepat.  Anehnya, tes kedua menunjukkan tingkat alkohol 1,87.
     Sejak awal, Henri yang dikubur di pemakaman Katolik Roma Lorient, Perancis barat, dituding biang kematian.  Alkisah, Mohamed al-Fayed, ayah Dodi merasa heran.  Karena, wakil kepala deputi keamanan Ritz Hotel tersebut adalah pegawai berdedikasi.  Bahkan, ia pernah dilatih pihak Mercedens-Benz.  Pers pun curiga jika sampel darah Henri sengaja ditukar agar persekongkolan tingkat tinggi tidak terbongkar.
     Rees-Jones yang selamat, ternyata tidak melihat gelagat kalau Henri mabuk.  “Bila ia menunjukkan tanda-tanda mabuk, tentu saya tak membiarkannya mendekati mobil kami”, terang sang bodyguard.

Teori Konspirasi
     Gary Hunter, seorang pengacara tengah menonton televisi saat kecelakaan terjadi.  Ia berada di lantai tiga sebuah hotel yang berjarak 100 meter dari lokasi kejadian.  Syahdan, Hunter melihat mobil kecil berwarna gelap tipe Fiat Uno melarikan diri menuju Rue Jean Goujon.  Mobil buatan Italia itu dibayang-bayangi sebuah Mercedes putih.
     Martyn Gregory, penulis kitab Diana: The Last Days, yakin jika ada rekayasa di balik tewasnya sang putri.  Sebab, tidak mudah menuduh suatu kecelakaan terjadi cuma gara-gara sopirnya mabuk dan tidak memakai sabuk pengaman.
     Pada 20 Oktober 2003, Paul Burrel, asisten pribadi Lady Di meluncurkan A Royal Duty.  Buku tersebut memuat surat sang putri kepada Burrel.  “Ihwal kehidupan saya sedang berada pada titik yang paling berbahaya.  Mereka tengah merencanakan suatu kecelakaan pada mobil saya seperti rem blong.  Hingga, mengakibatkan luka kepala.  Faktor itu buat memuluskan jalan bagi Charles untuk menikah lagi”.
     Di negeri-negeri Arab, berhembus nyaring teori persekongkolan di balik kematian Lady Di.  Pemimpin Libya Kolonel Moammar Khadafi menuding kalau dinas rahasia Inggris bersama Perancis mengatur kecelakaan maut tersebut.  Mereka terlibat kejahatan yang menjijikkan.
     “Perbuatan itu teramat anti-Islam serta anti-Arab.  Apa yang dilakukannya malahan tergolong tindakan keagamaan dan rasisme yang melanggar hukum, peradaban maupun hak asasi manusia”, kecam Khadafi.
     Harian Babel milik Uday, putra Saddam Hussein, juga menduga bila Lady Di sengaja dibunuh.  Soalnya, sang putri andal berkampanye soal antiranjau.
     Anis Mansour, kolumnis harian al-Ahram, Mesir, menuduh dinas rahasia Inggris yang membunuh Lady Di.  Sebab, sang putri berhasil mengguncang tahta Inggris melebihi Oliver “Brave Bad Man” Cromwell.  Seperti diketahui, Cromwell merupakan anggota parlemen yang mengalahkan raja Inggris dalam perang saudara.

Aksi Rvolusioner
     Kini, Lady Di telah tiada.  Figur yang abadi dalam kenangan tersebut senantiasa dirindukan lantaran potensi dirinya yang sarat nilai kemanusiaan.  Ia selalu didambakan berkat ketulusan, kelembutan, kehangatan, kecantikan, karisma serta simpatinya.  Di balik wajahnya yang malu-malu, ia menyimpan rasa percaya diri tinggi.  Lady Di ibarat “Di-namite”. 
     Pada 4 November 1989, ia tak jijik berjabat tangan dengan penderita lepra di rumah sakit Sitanala, Tangerang, Indonesia.  Ia gigih pula menghendaki peningkatan riset AIDS.
     Andai Lady Di masih hidup, ia tentu menjadi ikon kaum muslimah.  Perjuangannya yang tulus dalam mengurusi badan-badan amal dunia, merupakan keagungan terhadap dirinya sekaligus kemuliaan bagi orang lain.  Hatta, ia dikuduskan sebagai “Ratu di Hati Segenap Insan”.
     21 hari sebelum wafat, Lady Di ke Bosnia-Herzegovina dalam rangka kampanye pemusnahan ranjau darat.  Lawatan itu merupakan undangan Muslim-Kroasia yang disponsori Landmine Survivors Network.  Ia sempat berziarah ke kuburan di Sarajevo.
     Legenda sang putri yang bertabur pesona, akhirnya khatam.  Smoking gun MI6 memorak-porandakan hubungan Lady Di dengan Islam.  Padahal, aksi revolusioner Dodi yang hendak menikahinya merupakan berkah bagi dunia Islam.  Semua akhirnya sirna seiring terkatupnya mata Putri Diana tatkala dijemput ajal pukul 04.00 pada 31 Agustus 1997.  Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun.

(Pedoman Rakyat, September 2007)















Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Amazing People