Kamis, 16 Juni 2011

Iskandar Zulqarnain dalam Fiksi dan Fakta

Iskandar Zulqarnain dalam Fiksi dan Fakta

Oleh Abdul Haris Booegies


     Pada 24 November 2004, Warner Bros merilis  film Alexander di Hollywood.  Sinema yang dibintangi Collin Farrel, Angelina Jolie, Val Kilmer, Jared Leto serta Anthony Hopkins tersebut, mengisahkan Alexander sang penakluk dunia.
     Bioepik yang diracik sutradara Oliver Stone itu sangat telaten memadukan legenda dengan bumbu fiksi.  Dengan biaya 150 juta dollar AS, film berdurasi 173 menit tersebut mengalir mengesankan sekaligus menyebalkan.          
     Alexander merupakan putera mahkota yang lahir di Pello, Macedonia pada tahun 356 sebelum Masehi.  Nama lengkapnya yakni Alexandros III Philippou Makedonon.  Raja Philip II, ayahnya yang ahli strategi perang dan Ratu Olympias, ibunya yang ambisius, hidup saling membenci.  Walau tidak akur, tetapi, kedua orangtuanya mengajarkan ia keberanian serta rasa tidak percaya pada siapa saja.
     Kecakapan Alexander tumbuh seiring perjalanan waktu.  Rangkaian hari demi hari menempanya menjadi pemuda kompetitif dan sensitif.  Ayahnya sangat terkesan sekaligus iri ketika Alexander yang berusia 12 tahun, sanggup menjinakkan kuda liar bernama Bucephalus (kepala sapi jantan).
     Mengetahui putranya memiliki potensi sebagai calon penguasa besar yang bisa merampas kedudukannya, maka, King Philip berniat menyingkirkannya.  Sang raja kemudian berpikir mencari anak dari rahim wanita lain.   Apalagi, tingkat kebenciannya pada sang permaisuri sudah memuncak. 
     Raja Philip II akhirnya kawin dengan Cleopatra yang asli Macedonia.  Saat istri mudanya melahirkan, ia tewas dibunuh dalam usia 46 tahun akibat pengkhianatan seorang pengawalnya.  Alexander lantas naik tahta.
     Raja muda itu lalu menaklukkan Eropa serta Asia di usia 20 tahun.  Ia menduduki Yunani, Romawi, Persia, India dan Mesir.  Di usia 25 tahun, ia telah menaklukkan 90 persen belahan dunia.  Aristoteles bersabda kepadanya bahwa ia cuma berhenti berkelana jika sudah mencapai ujung dunia.
     Di usia 32 tahun, Alexander menyatukan Barat (maghrib) dengan Timur (masyriq).  Di musim semi pada Juni tahun 323 sebelum Masehi, Alexander the Great menghembuskan nafas terakhir.  Impiannya menaklukkan jazirah Arab, gagal diwujudkan.

Homo Religius serta Homoseksual

     Dalam dunia Islam, Alexander adalah Iskandar Zulqarnain .  Al-Quran menorehkan nama Zulqarnain tiga kali di Surah al-Kahfi ayat 83, 86 dan 94.  Zulqarnain merupakan gelar yang bermakna penguasa yang telah sampai di ujung matahari terbit maupun di ujung mentari terbenam.
     Dalam kehidupan nyata, Zulqarnain tidak punya jargon kalah dalam medan tempur.  Keperkasaan serta kepiawaiannya sangat mengagumkan.  Figur yang selalu ingin memenangkan persaingan tersebut, kemudian menjadi tokoh nomor wahid yang berskala global.  Raja yang saleh itu merupakan insan yang taat beribadah dan tiada lelah mengajak rakyatnya menyembah Allah.
     Al-Quran menegaskan kalau Zulqarnain adalah maharaja.  Allah menganugerahkan kepadanya keterampilan guna meraih segala ihwal.  Ia bersama Nabi Sulaiman bin Nabi Daud, Namrud bin Kan’an bin Kusy serta Bukhtanshar putera Nabubu Lasr (Raja Babilonia), tertoreh sebagai empat penguasa dunia yang tiada tara.  Selain cemerlang dengan balatentara besar, juga Zulqarnain tergolong homo religius.  Ia merupakan hamba yang selalu bersyukur atas nikmat Tuhannya.
     Zulqarnain adalah milik dunia.  Ia kepunyaan Barat dan Timur.  Hingga, tidak mustahil antara Barat dengan Timur memiliki versi tersendiri.  Barat mengklaim bila Zulqarnain merupakan putera dari negeri Yunani.  Bahkan, penguasa dunia tersebut, tercatat sebagai murid Aristoteles. 
     Orang Yunani beranggapan jika Alexander termasuk keturunan Herkules, putera Mahadewa Zeus.  Ratu Olympias, ibunya berasal dari Kota Epirus.  Wanita itu punya hubungan darah dengan Achilles, pahlawan perang Troya.
     Penobatan Alexander sebagai keturunan dewa oleh orang-orang Yunani, menunjukkan kalau mereka sangat menyayangi sosok pahlawan nasionalnya.  Alhasil, mereka bebas tanpa beban memasukkan unsur-unsur mitologi Yunani ke dalam riwayat hidup Alexander.
     Penduduk “Negeri Penghuni 1000 Dewa” tersebut, menilai bila Alexander tergolong metroseksual sekaligus pelaku poligami.  Di Persia, ia mengawini putri sulung Raja Darius III yang bernama Stateira.  Ksatria itu menikahi pula Roxane, putri kepala kafilah di benua Asia.  Kehidupan seks Alexander tergolong liar.  Sebab, menjadikan banyak perempuan sebagai selir serta istri baru.  Hephaestion malahan tertoreh sebagai mitra homoseksnya di atas kasur.                                
     Di Timur, orang berpandangan jika Alexander atau Iskandar Zulqarnain adalah putera dari kota Hulwan di Irak.  Di antara versi perihal Zulqarnain ialah anggapan kalau ia sezaman Nabi Khidir.  Bahkan, Nabi Khidir tertera sebagai perdana menterinya.  Apalagi, Nabi Khidir merupakan anak bibi Zulqarnain.  Sementara riwayat lain mencantumkan bila Zulqarnain sebenarnya adalah malaikat yang diutus ke bumi.
     Identitas Iskandar Agung makin ramai oleh corak asal-muasalnya yang menghias banyak pendapat.  Timbul penilaian jika Zulqarnain itu tiada lain Iskandar al-Maqduni.  Ia malahan disangka Sha’ab Zulqarnain al-Khimyari.  Juga, pakar sejarah menduganya kalau Zulqarnain adalah Koresh al-Akhmini al-Farisi.

Keturunan Nabi

     Islam bergemuruh di dunia sebagai rahmatan lil alamin (kasih bagi semesta).  Kendati hakikat Islam adalah keselamatan, namun, persepsi manusia sering keliru.  Islam dipandang berbahaya lantaran sering berbeda pendapat dengan pemikiran arus raya dunia yang kokoh memprogram logika.  Akibatnya, posisi Islam acapkali dianggap mengacaukan pendapat-pendapat yang teramat ekstrem.
     Ajaran yang dibawa Nabi Muhammad tersebut, misalnya, menegaskan bila Nabi Adam merupakan manusia pertama.  Sedangkan pemuja Charles Darwin mengembangkan teori evolusi sekaligus mencuarkan jika manusia berasal dari kera.  Padahal, Yahudi jenius Darwin tidak pernah mengatakan kalau nenek moyang manusia adalah kera.  Ia tak pernah menyimpulkan dan menuntaskan teori evolusi dalam buku The Origin of Species.  Karena, ada missing link (mata rantai terputus) dalam gagasannya.
     Orang-orang Eropa yang rasional bangga bila asal-usul mereka dari kera.  Sementara Islam berbunga-bunga hatinya jika disebut anak-cucu Nabi Adam.  Kaum Muslim sering menobatkan diri sebagai keturunan nabi! 
     Umat Kristen meyakini Yesus Kristus mati disalib.  Sedangkan Islam menegaskan kalau Yesus tidak disalib.  Ia sekarang berada di langit kedua untuk menjadi juru selamat penduduk planet bumi dari angkara murka al-Masih ad-Dajjal.
     Orang-orang Hindu di India sangat menghormati sapi.  Di dalam kitab suci Weda termaktub tulisan mengenai kesucian serta pemujaannya.  Lembu mendapat tempat tertinggi di India sebagai zat yang disembah.  Tidak seorang pun penganut Hindu berani mengusir sapi yang sedang mencari makan di tengah jalan raya ramai.  Bahkan, mereka mengusap-usapkan ujung ekor lembu di kepalanya agar memperoleh berkah.  Tidak sedikit pula yang minum kencing sapi demi mengharap jalan yang abadi.
     Komunitas Hindu memuja lembu bagai dewa, tetapi, umat Islam justru lahap memakannya!  Sapi yang menghambat jalan malahan tidak segan dibentak.  Lembu yang masuk kebun memamah tanaman langsung diusir atau dilempar.  Bahkan, hewan itu disembelih beramai-ramai pada pesta perkawinan. 
     Di hari raya Idul Fitri maupun Idul Adha, umat Islam membelanjakan uangnya buat membeli beberapa kilo daging sapi.  Tidak afdal makan ketupat tanpa kari lembu.  Terasa tiada nikmat mengunyah buras tanpa hati sapi goreng.
     Orang-orang Budha senang membangun patung-patung.  Tempat-tempat suci mereka banyak dihias dengan patung yang menggambarkan Syakyamuni Budha (Sidharta Gautama) yang bersemedi menanti pencerahan di bawah pohon Bodhi.  Sementara Islam melarang pemajangan patung atau gambar mahkluk hidup.
      Kini, Islam berhadapan dengan Warner Bros.  Studio raksasa tersebut mendeskripsikan Zulqarnain sebagai insan biseksual (mampu berhubungan intim dengan perempuan sekaligus bercumbu dengan sesama pria). 
     Film “Alexander” hanya fiksi, namun, muatannya berpeluang besar membangun citra buruk tentang tokoh legendaris itu.  Sebab, fakta sejarah dikacau-balaukan oleh Oliver Stone yang menjadi sutradara.  Di samping menggambarkan biseks dan pengkhayal, Stone tetap setia menampilkan Alexander sebagai pemimpin kerajaan besar, panglima perang jenius sekaligus murah hati.
     Dari segi bahasa, film kolosal tersebut berusaha memotret suasana percakapan masa silam.  Para aktor serta aktris didesain mengggunakan aksen yang mirip dialek bangsa-bangsa di kepulauan Inggris.  Khusus Ratu Olympias (Angelina Jolie) yang bukan asli Macedonia, maka, bahasanya dihadirkan lewat aksen Spanyol dan Italia.
     Kerja keras Stone memperlihatkan bila Iskandar Agung sudah menjadi bagian tiap bangsa.  Siapa saja boleh menafsirkan kehidupan penguasa dunia itu.  Individu, golongan, negara atau agama apa saja memiliki versi tersendiri terhadap Zulqarnain.
     Kaum Muslim punya jejak historis yang minim perihal Iskandar, tetapi, ramai oleh interpretasi.  Dalam Islam, Zulqarnain penuh semangat juang.  Tokoh fenomenal tersebut sangat perkasa serta adil.  Hingga, layak menjadi suri teladan bagi para presiden dan raja.
     Zulqarnain tidak memiliki watak kelam yang menindas sebagaimana pemimpin negara saat ini yang congkak dengan kekuasaannya.  Ia selalu berbakti kepada Allah demi mencapai tingkat ketakwaan sejati.  Islam menghargai Alexander sebagai maharaja penakluk dunia.  Tak ada pahatan aksara dalam al-Quran yang menukilkan Iskandar Zulqarnain atau Alexander the Great sebagai manusia dengan perilaku berdimensi negatif.
     “Sesungguhnya Kami jadikan ia berkuasa di muka bumi.  Dan Kami telah memberikan jalan kepadanya (guna mencapai) segala sesuatu” (al-Kahfi: 84).









 

















Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Amazing People