Kamis, 02 Juni 2011

AIDS Makin Merajalela

AIDS Makin Merajalela
(Peringatan Hari AIDS Sedunia pada 1 Desember 2008)
Oleh Abdul Haris Booegies
Peminat Masalah Sosial

     Rock Hudson tidak begitu dikenal generasi sekarang. Ia bintang Hollywood tempo doeloe yang ketenarannya setara Brad Pitt atau Tom Cruise. Kalau Brad Pitt dan Tom Cruise beken sebagai lelaki tulen, maka, Hudson sebaliknya.
     Hudson yang banyak dipuja wanita cantik, ternyata mengidap hormon khuntsa (gay). Ia tak tertarik dengan gadis-gadis jelita yang mengerubutinya bak semut. Hudson rupanya lebih afdal memadu kasih dengan laki-laki. Akibatnya, ia terkena penyakit yang mencabik-cabik kekebalan raganya. Pesohor layar lebar tersebut terjangkit Acquired Immune Defeciency Syndrome (AIDS). Hudson akhirnya mati gara-gara AIDS (Akibat Intim Dengan Sejenis).
     Lagu We Are The Champions sangat mashur di kalangan penggemar sepakbola dunia. Sebab, jawara Liga Champions serta Piala Eropa yang melakukan victory lap selalu diiringi senandung We Are The Champions. Pelantun tembang itu adalah Freddie Mercury. Vokalis Queen tersebut juga mampus diringkus AIDS lantaran berperilaku homoseksual.
     AIDS pertama kali diidentifikasi pada 5 Juni 1981. Sedangkan di Indonesia, AIDS pertama kali terdeteksi dalam diri seorang pasien di Bali pada pertengahan 1987. Sementara kasus AIDS pertama yang menggerogoti perempuan Indonesia dilaporkan pada September 1993.
     Kini, negeri ini dihuni “orang-orang dengan HIV/AIDS” (ODHA) yang jumlahnya ditaksir 169.000-216.000. Berdasarkan teori gunung es, maka, yang belum terdata dipastikan lebih banyak lagi.
Sejak kematian Rock Hudson dan Freddie Mercury sekitar dua dasawarsa silam, ternyata obat penawar AIDS belum jua ditemukan. Badan Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa terdapat 39,5 juta orang yang dirajam Human Immunodeficiency Virus (HIV) pada 2006. Sedangkan 2,9 juta di antaranya terpaksa dikirim ke alam barzakh.
     AIDS berarti kematian. Pasalnya, tubuh penderita repot menangkal jasad renik semacam bakteri, virus berikut organisme jahat. Faktor itu terjadi akibat HIV menyerang sel-sel darah putih bernama T-limposit.
Gejala AIDS antara lain lemah, lelah, demam, sesak nafas serta diare. Mereka dirongrong pula batuk kering seraya berkeringat di malam hari. Pengidap pun gampang disergap kuman cytomegalovirus dan herpes. Tidak mustahil mereka juga didera candidiasis yang menginfeksi mulut, kerongkongan, usus besar maupun dubur.

Cinta Sejenis
     Dewasa ini, beragam metode diterapkan demi menanggulangi AIDS. Di Inggris, titik cerah pengobatan AIDS sempat bergiang. Pada 1996, tim peneliti mengisolasi senyawa protein dari umbi bunga bluebell serta daffodil. Kedua kembang tersebut dipercaya dapat menghambat HIV.
     Upaya lain lantas digiatkan semacam pengobatan antiretrivoral alias ARV. Pada 2001, di Cina dijalankan program perawatan methadone guna memerangi pecandu obat bius. Methadone tergolong narkotika sintesis yang membantu pecandu mengurangi dorongan buat memakai obat bius. Methadone lalu disinyalir berfaedah mencegah penyebaran HIV.
     Bunga bluebell, daffodil dan methadone memang belum terbukti manjur mengganyang habis AIDS. Meski demikian, ikhtiar terus digelembungkan. Alhasil, muncul pengobatan tradisional atau alternatif yang dinamakan terapi komplementer. Ilmu kedokteran modern mengenalnya sebagai complementary alternative medicine.
     Penelitian terus dilakukan tanpa mengenal jeda buat meredam ledakan epidemi AIDS. Biarpun vaksinnya belum ada, tetapi, intim dengan sesama bentuk alat vital kiranya kian menggila. Padahal, sumber utama penyakit mengerikan itu ialah bercinta dengan manusia berkelamin sejenis. Kalangan gay dengan partner berganti-ganti menjadi awal malapetaka yang mengharu-biru.
     Detik berdetak untuk mengubah momen. Hari pun berganti. Dewasa ini, pergerakan AIDS akhirnya menyebar kepada pelaku seks bebas yang bergonta-ganti pasangan.  AIDS akhirnya menular dengan aneka cara. Tidak lagi didominasi jalur hubungan seksual. Bahkan, bisa menyerang via jarum suntik pengguna narkoba (Injecting Drugs User) maupun transfusi darah. Hatta, penyebaran AIDS meruyak dalam populasi heteroseksual yang tak mempraktekkan pola hidup homoseksual.
     Penderita AIDS awalnya disergap HIV. Virus tersebut sekonyong-konyong menyerang sistem pertahanan badan begitu menembus ke raga manusia. Dalam beberapa hari, kerusakan fisik yang ditimbulkan HIV dapat dideteksi.
     HIV menggerakkan sel tubuh untuk bunuh diri. Virus maut itu kemudian bermetamorfosis sambil melekat pada reseptor-reseptor sel CD4+. Begitu menempel, ia secara otomatis melabrak interior sel. Virus tersebut lantas melakukan proses reproduksi.

Solusi Poligami
     Vaksin AIDS dalam satu dekade ke depan masih muskil ditemukan. Karena, terdapat banyak variasi HIV. Selama ini dikenal HIV-1 serta HIV-2. Struktur HIV-1 lalu terbagi tipe M, O dan N. Dalam kelompok M ditemukan lagi banyak subtipe seperti A, B, C, D, E, F, H, J serta K.
     Subtipe HIV makin pelik lantaran mengalami mutasi dan rekombinasi. Arkian, vaksin AIDS harus tangguh menghadapi tipe serta varian AIDS. Di samping itu, dibutuhkan obat kompleks untuk membasmi HIV. Maklum, ia punya kekebalan akibat mutasi sekaligus rekombinasi.
     Pada esensinya, penangkal utama AIDS tiada lain moral masing-masing individu. Hidup bersih merupakan titian menikmati kesehatan dan keceriaan hidup. Di dunia ini, pria serta wanita dideklarasikan untuk saling membina mahligai rumah tangga. Hingga, mengapa mesti bercumbu dengan alat genital serupa lewat perangai seks abnormal.
     Insan normal, waras dan beragama tentu merinding kala menengok tingkah-polah gay. “Apa enaknya!” Sementara si pengidap menganggapnya nikmat sekali. “Gokil abeeez, man!”
Sebelum AIDS dilaporkan muncul pada 1981, Islam sudah menandaskan agar kaum lelaki berpoligami. Dengan begitu, terhindar membuka celana di depan perempuan idaman lain.
     Anjuran buat berpoligami yang tak menyalahi kodrat ternyata ditentang habis-habisan oleh sebagian penduduk bumi. Gerombolan feminis bersama pengibar hak asasi manusia mencak-mencak penuh nafsu angkara murka jika disodorkan jihad global berupa poligami. Mereka meraung-raung menolak sembari mengolok-olok poligami.
     Penolakan terhadap poligami akhirnya berbuah pahit. Sebab, AIDS kian merajalela. Penderitanya kemudian menjerit-jerit di tengah nelangsa kepedihan.
     Begitulah hikayat bani Adam, senantiasa menampik kebenaran yang ditawarkan. Padahal, semua itu demi kebaikan bersama. “Mereka tuli, bisu serta buta. Akibatnya, tak dapat kembali ke jalan hakiki” (al-Baqarah: 18).


(Tribun Timur, 1 Desember 2008)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Amazing People